Harap membaca Novel JERAT CINTA DEWI ULAR biar gak bingung sebelum membaca novel ini.
Dua cinta yang terpisah karena beda dunia. akan kekuatan cinta mampu mempersatukan mereka kembali?
Akankah ada jalan bagi mereka untuk menemukan cinta yang hilang..
Ikuti kisah perjalanan cinta anata Kenzo dan Adhisti yang harus terpisah karena dunia mereka yang tidak sama..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Lima
Kenzo kembali menutup jubah yang memperlihatkan sisik sang wanita yang bahkan ia tak dapat melihat wajahnya.
Ia membopong tubuh Adhisti menuju pulang dan selama perjalanan, ia merasakan jika hatinya yang kosong seperti menemukan sesuatu yang mengisinya.
Jalanan yang berbukit dan melewati pepohonan pinus tak membuatnya merasa begitu berat dalam membopong tubuh wanita tersebut.
Dewi Pandita berjalan didepan dengan langkahnya yang begitu awas mengamati sekitarnya. Ia seperti sangat bahagia malam ini, dan setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, akhirnya mereka tiba didepan rumah panggung milik mereka.
Dewi Pandita tersenyum senang saat melihat sepedanya terparkir didepan gubuk, dan ia bersemangat untuk mengajak Kenzo masuk ke dalam rumah mereka yang tak layak disebut rumah.
"Ini rumah, Kamu?" tanya Kenzo seolah tak percaya.
Bagaimana mungkin seorang gadis kecil harus tinggal ditengah hutan dan terisolasi dari penduduk lain.
Ia menatap sekelilingnya. Semua hanya pohon pinus, dan pastinya mereka tidur didalam kedinginan karena udara perbukitan yang bisa saja membuat orang mengalami hipotermia.
"Ayo, Pa, masuk!" ajak.Dewi Pandita yang berjalan terlebih dahulu dan menaiki anak tangga.
Kenzo membopong tubuh Adhisti yang masih belum tak sadarkan diri menaiki anak tangga yang terlihat cukup curam.
Rumah berdindingkan kayu dengan tinggi dua meter membuat mereka terhindar dari serangan hewan buas.
Kenzo memasuki rumah yang ukurannya tidak begitu luas. Bahkan ruang kamarnya jauh lebih luas dibandingkan rumah tersebut yang hanya seluas lima kali renam meter saja.
Kenzo membaringkan tubuh Adhisti diatas sebuah ranjang yang berada didalam sebuah bilik yang juga berukuran.cukup kecil.
Ranjang itu hanya beralaskan kasur yang tipis dan membuat Kenzo merasa sangat miris.
Wanita itu masih belum sadarkan diri. Ia merasa sungkan untuk berlama didalam kamar, sebab akan membuat salah faham.
Sesat terlihat seorang wanita lain yang datang dari arah dapur dengan penampilan yang berbeda.
Sesat Kenzo seperti merasa dejavu dan seolah pernah bertemu dengan wanita itu, entah dimana.
Wanita itu berdiri diambang pintu dengan tatapan yang berbeda, ada rasa iba. Ia tahu jika kedatangan Kenzo karena pengaruh batu Zamrud tersebut.
"Maaf, bukan maksudku lancang berlama dikamar ini, tapi entah mengapa perasaanku tak.dapat ku bohongi, jika aku ingin tetap tinggal." Kenzo beranjak.bangkit dari tepian ranjang, dan ingin pergi.
Akan tetapi, wanita yang tak lain adalah Dewi Asri melangkah masuk. "Aku tidak marah, hanya saja aku tidak ingin jika nantinya kamu terkejut dan takut saat melihat fisik puteriku," ucapnya dengan nada miris.
Ia tahu jika ikatan bathin keduanya begitu sangat kuat, dan ia juga tahu jika puterinya memiliki perasaan yang sama kuatnya, namun ia tidak ingin melihat pria itu mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.
"Aku tadi sempat melihatnya," ucap Kenzo lirih. Ia melirik ujung jemari kaki Adhisti yang juga bersisik bagaikan seekor ular.
Dewi Asri menoleh ke arah Kenzo, dan ia melihat sikap pria yang tak lain adalah menantunya itu tampak bingung dengan kondisi wanita dihadapannya.
"Apakah itu sebuah penyakit yang tidak dapat disembuhkan?" tanya Kenzo pada Dewi Asri.
Saat bersamaan, Dewi Pandita datang dengan membawa nampan berisi air minum teh bercampur sereh dan jahe yang hangat dan juga ramuan yang tadinya telah dimasak oleh Dewi Asri untuk menyembuhkan luka yang dialami oleh Adhisti.
"Pa, minumlah, ini akan membuatmu lebih hangat." ucap gadis kecil sembari menberikan minuman tersebut untuk pria yang ia panggil papa.
"Terimakasih." ucap Kenzo, lalu menerima gelas tersebut dan kembali duduk ditepian ranjang, lalu meneguk minumannya dan merasakan hangat pada tubuhnya.
"Dia mengorbankan hidupnya demi seseorang yang ia cintai agar tetap hidup, dan itu ia lakukan karena cintanya yang terlalu besar pada pria tersebut, hingga merelakan semua impiannya demi melihat pria itu tetap ada," ucap Dewi Asri dengan sebuah sindiran yang sangat halus.
Kenzo menatap wanita yang masih terbaring dengan diam tak bergeming. Dewi Pandita dudk di tepian ranjang, lalu memberikan ramuan tersebut dengan cara meminumkannya pada sang ibunda melalui sendok dan menyuapkannya dengan perlahan.
"Kasihan sekali dia, pasti pria itu sangat beruntung dicintai sepenuh hatinya," ucap Kenzo dengan rasa iba. "Lalu kemana pria itu?" tanyanya dengan rasa penasaran, sembari menoleh ke arah Dewi Asri.
Dewi Asri membuang pandangannya dari tatapan sang menantu, dan ia tidak dapat menjawab pertanyaan itu, sebab keputusannya ada ditangan Adhisti.
"Kamu keluarlah, dulu. Beristirahat ditikar itu, saya ingin mengobati puteriku terlebih dahulu," Dewi Asri menunjuk tikar anyaman pandan berduri yang terbentang disudut dinding dan berbatasan dengan dapur. Ia mencoba mengalihkan pembicaraannya dengan sang mennatu.
Kenzo kembali menatap wanita yang masih terbaring dan tak bergerak itu. Entah mengapa ia merasa begitu berat untuk beranjak dari tempatnya.
Namun tidaklah sopan jika ia tidak mematuhi perintah sang tuan rumah.
Ia beranjak dari tempatnya, dan melangkah keluar dari dari tempatnya. Saat ia melintasi Adhisti, tiba-tiba saja tangannya digenggam oleh sang wanita yang masih memejamkan matanya.
Sontak saja ia menghentikan langkahnya. Lalu melirik jemari tangannya yang digenggam oleh sang wanita.
Debaran didadanya perlahan menderu dan memburu. Ia merasakan sesuatu yang sangat begitu indah mengalir dialiran darahnya dan menuju jantungnya.
Tubuhnya gemetar dan bagaikan tersengat aliran listrik yang mana semuanya dipenuhi debaran yang tak.dapat ia ungkapkan dengan kata.
Perlahan jemari tangan itu melepaskan genggamannya dan membuat Kenzo menarik nafasnya dengan berat membuat ia berusaha menolak perasaannya yang bergejolak.
"Tidak, aku tidak boleh begini, cintaku hanya untuk Adhisti, dan perasaan ini tidak benar," ucapnya dengan dadanya yang terasa sesak.
Ia berjalan keluar dari kamar dengan perasaan yang saling bertentangan dengan akal dan hatinya.
Saat ia berada diatas tikar pandan dan duduk bersandar disana, Dewi Asri meminta Dewi Pandita untuk menemani Kenzo diruang tengah, sebab ia akan mengobati luka yang dialami oleh Adhisti.
Dewi Pandita menganggukkan kepalanya, dan keluar dari kamar untuk menemani Kenzo yang saat ini terlihat galau.
Setelah Dewi Pandita keluar, Dewi Asri menarik kain pintu yang menjadi penutup ruang kamar hingga rapat.
Ia kembali menuju ranjang milik Adhisti, lalu duduk ditepiannya. Sesaat matanya tertuju pada gengaman tangan Adhisti yang begitu sangat kuat sehingga sangat takut akan kehilangan sesuatu yang digenggamnya.
Wanita itu membuka genggaman tersebut saat ia melihatnya, sontak saja ia dikejutkan oleh apa yang begitu sangat dinantikan.
"A-apakah aku tidak salah lihat?" gumamnya dengan nada lirih.
Ia meraih benda tersebut dengan memperhatikan keasliannya, dan inin adalah sesuatu yang begitu nyata.
Ben ora mumet trs sirahe 🤣🤣
tgu aja kk siti bikin kek mana terhadpa merka berdua jd tgl tgu Ja ya kannn
kalian diciptakan di dunia yang berbeda...
berdoa saja semoga cinta memihak kalian berdua...
di buat gregetan terus huhuuu..
ingin segera rasanya kenzo sadar klo yg di rumahmu itu istrimu..
pindimint dingin2 empoek.. wkwkwkwkkk...
nahhh yoooo piye kiiiieeee🤣🤣🤣🤣🤣
kamu gak mo jujur sama laki mu , tp kamu gak mo cemburu Krn laki mu terangsang dg mu ,,, aneh kaaan ❓🤔
gmn Kenzo tahu klu yg pakai jubah itu kamu , Adisty 🤦🤦🤣🤣
Adisty yaaa lgian lucu ,,, knp pula hrs cemburu pd diri sendiri ,,, gmn si Kenzo tahu klu kamu itu istrinya yg sdh pergi ,,, mmg dg semuanya tertutup bgtu , laki mu tahu ,, aneh kn kamu itu 🤦🤦🤦🤦
mknya gsah egois trs ,, tggl ngomong ja apa sich susah nya ,,, dari pd nyeseeeeek ja tu hari ,, ribet di buat sendri sich ,,,, bgtu ja Kok repot ... bgtu ja kok di buat ribeeeet 😡🤬