NovelToon NovelToon
RETAK

RETAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna / PSK / Pelakor jahat / Tukar Pasangan
Popularitas:738
Nilai: 5
Nama Author: Thukul/maryoto

Sinopsis:

Putri dan Yogantara, pasangan muda yang sukses dan bahagia. Mereka bekerja keras untuk memajukan bisnis mereka, Putri dengan supermarket pribadinya dan Yogantara sebagai fotografer profesional. Namun, di balik kesuksesan mereka, terdapat kekuatan yang dapat menghancurkan kebahagiaan mereka.

Brian, karyawan Putri yang terlihat baik dan setia, ternyata menyembunyikan niat jahat. Ia bermain api dengan Putri secara diam-diam, memanfaatkan kepercayaan Putri. Sementara itu, Putri mulai merasa tidak puas dengan Yogantara dan mencoba menuduhnya dengan membabi buta.

Keretakan dalam rumah tangga mereka mulai terjadi. Yogantara yang merasa tidak bersalah, menjadi bingung dan sakit hati. Ia berusaha untuk memahami apa yang terjadi, namun Putri semakin menjauhkan diri.

Apakah cinta mereka dapat bertahan dari ujian ini? Ataukah keretakan dalam rumah tangga mereka akan menjadi awal dari akhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thukul/maryoto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peran Prayogo sang Mafia

Di Sebuah Gedung Megah dan mewah di kawasan jantung kota terdapat beberapa tokoh berkumpul. manusia manusia berstatus sosial tinggi berkumpul. di sana membahas masalah bisnis mereka. Di salah satu lantai VVIP terdapat Ruang metting

Ruangan meeting yang mewah itu dipenuhi oleh para mafia yang berpengaruh di kota. Mereka semua duduk dengan tenang, menunggu instruksi dari Bang Japra, pimpinan Satuan SRIGETUK. semua Orang yang Hadir di situ tampak pucat dan terdiam, ada apa gerangan yang akan di perintahkan oleh Bang Japra

Prayogo, salah satu anggota mafia, duduk dengan tidak tenang. Ia tahu bahwa ia akan mendapatkan tekanan dari Bang Japra.

Bang Japra, seorang pria yang berusia sekitar 50 tahun, dengan wajah yang keras dan mata yang tajam, memandang Prayogo dengan serius.

"Prayogo, aku ingin kamu menyelesaikan masalah sengketa tanah yang dimiliki Haji Bambang," Bang Japra berkata dengan suara yang keras.

Prayogo mengangguk. "Baik, Bang Japra. Aku akan menyelesaikannya saya coba sekali lagi."

Bang Japra memandang Prayogo dengan tajam. "Aku tidak ingin mendengar alasan atau dalih. Aku hanya ingin hasil. Kurang dari satu bulan, tanah itu harus menjadi milik PT TIRTA HANDAYANI SEJAHTERA."

Prayogo mengangguk lagi. "Baik, Bang Japra. Aku akan menyelesaikannya."

Bang Japra memandang Prayogo dengan serius. "Jika kamu gagal, kamu akan menghadapi konsekuensi yang berat. Kamu mengerti?"

"saya Mengerti Bang.!"

"Bagus...kerjakan, jangan seperti anak kecil, Kerja yang Bener" Kata bang japra sambil berlalu meninggalkan Prayogo.

Prayogo mengangguk lagi, dengan wajah yang pucat. Ia tahu bahwa ia harus menyelesaikan masalah ini, tidak peduli apa pun yang harus dilakukan.

**********

Prayogo, yang telah diutus oleh Bang Japra, merasa bahwa tugasnya untuk mendapatkan HGU (Hak Guna Usaha) atas tanah di hutan tersebut akan menjadi sangat sulit. Ia tahu bahwa Haji Bambang adalah seorang pengusaha yang kuat dan tidak mudah dipengaruhi.

PT Tirta Handayani Sejahtera, yang dipimpin oleh seorang pengusaha yang ambisius, ingin mendapatkan HGU atas tanah di hutan tersebut untuk kepentingan bisnis mereka. Namun, tanah tersebut sudah di kuasai oleh Haji Bambang, yang tidak mau melepaskan haknya atas tanah tersebut.

Bang Japra, yang merupakan pemimpin geng Aliansi Sri Getuk, telah dihubungi oleh PT Tirta Handayani Sejahtera untuk membantu mereka mendapatkan HGU atas tanah di hutan tersebut. Bang Japra telah mengutus Prayogo untuk melaksanakan tugas ini.

Prayogo memutuskan untuk menggunakan strategi yang lebih cerdas dan lebih halus untuk mempengaruhi Haji Bambang. Ia mengirimkan sebuah surat kepada Haji Bambang, menjelaskan tentang proposal kerja sama yang ditawarkan oleh PT Tirta Handayani Sejahtera. Ia juga menawarkan beberapa insentif dan keuntungan yang akan diterima oleh Haji Bambang jika ia menerima proposal tersebut.

Namun, Prayogo juga tahu bahwa Haji Bambang tidak akan mudah terpengaruh oleh proposal tersebut. Ia memutuskan untuk menggunakan jaringan dan koneksi yang dimilikinya untuk mempengaruhi Haji Bambang. Ia menghubungi beberapa orang yang dekat dengan Haji Bambang dan meminta mereka untuk membantu mempengaruhi Haji Bambang agar menerima proposal tersebut.

Prayogo berharap bahwa dengan menggunakan strategi yang cerdas dan halus, ia dapat mempengaruhi Haji Bambang dan mendapatkan HGU atas tanah di hutan tersebut. Namun, ia juga tahu bahwa tugasnya tidak akan mudah dan bahwa ia harus siap menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.

Waktu itu tepat hari minggu pagi, teman teman berakir pekan bersama keluarga,ada yang santai di Rumah,dan ada juga yang berlibur. tetetapi tidak dengan prayogo sang mafia ulung. Prayogo Menuju Salah satu Rumah makan untuk menemui seseorang.

Prayogo tiba di resto yang telah dipilihnya, sebuah tempat yang elegan dan nyaman. Ia memesan meja di sudut resto, tempat yang strategis untuk berbicara tanpa gangguan.

Beberapa menit kemudian, seorang pria paruh baya datang dan menuju ke meja Prayogo. Pria itu adalah perwakilan dari Haji Bambang, seorang yang dipercaya oleh Haji Bambang untuk mengurus urusan bisnisnya.

"Selamat pagi, Pak," Prayogo menyambut pria itu dengan ramah.

Pria itu membalas salam Prayogo dan duduk di seberangnya. "Selamat pagi, Pak Prayogo. Saya adalah Wakil dari Haji Bambang."

Prayogo mengangguk. "Saya senang bertemu dengan Bapak. Saya ingin berbicara tentang proposal kerja sama yang kami tawarkan kepada Haji Bambang."

Wakil Haji Bambang mengangguk. "Ya, saya sudah mendengar tentang proposal tersebut. Namun, saya ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang kamu tawarkan."

Prayogo memulai menjelaskan tentang proposal kerja sama yang ditawarkan oleh PT Tirta Handayani Sejahtera. Ia menjelaskan tentang keuntungan yang akan diperoleh Haji Bambang jika ia menerima proposal tersebut.

Wakil Haji Bambang mendengarkan dengan saksama, namun tidak menunjukkan reaksi yang jelas. Ia hanya mengangguk dan meminta Prayogo untuk menjelaskan lebih lanjut tentang proposal tersebut.

Prayogo merasa bahwa wakil Haji Bambang masih ragu-ragu tentang proposal tersebut. Ia memutuskan untuk menggunakan pendekatan yang lebih persuasif untuk membuat wakil Haji Bambang yakin tentang keuntungan proposal tersebut.

Prayogo berusaha meyakinkan wakil Haji Bambang tentang keuntungan proposal kerja sama yang ditawarkan oleh PT Tirta Handayani Sejahtera. Namun, wakil Haji Bambang tidak bergeming dan tetap menolak proposal tersebut.

"Maaf, Pak Prayogo," wakil Haji Bambang berkata dengan sopan. "Namun, kami tidak bisa menerima proposal tersebut. Kami memiliki kepentingan yang berbeda dengan PT Tirta Handayani Sejahtera."

Prayogo merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ia tahu bahwa Haji Bambang dan PT Tirta Handayani Sejahtera memiliki sejarah yang panjang sebagai rival bisnis.

"Apakah ada sesuatu yang lebih dalam yang membuat Bapak menolak proposal tersebut?" Prayogo bertanya dengan penasaran.

Wakil Haji Bambang menghela napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Ya, Pak Prayogo. Kami memiliki sejarah yang panjang dengan PT Tirta Handayani Sejahtera. Kami tidak bisa mempercayai mereka."

Prayogo merasa bahwa perbincangan tersebut tidak akan berjalan lancar. Ia memutuskan untuk menggunakan pendekatan yang lebih hati-hati untuk tidak memperburuk keadaan.

"Baik, Bapak," Prayogo berkata dengan sopan. "Saya mengerti posisi Bapak. Namun, saya ingin menanyakan apakah ada kemungkinan untuk kami berbicara lebih lanjut tentang proposal tersebut?"

Wakil Haji Bambang menggelengkan kepala. "Maaf, Pak Prayogo. Kami tidak bisa berbicara lebih lanjut tentang hal tersebut. Keputusan kami sudah bulat."

Prayogo merasa bahwa perbincangan tersebut telah berakhir. tetapi Prayogo masih mencari Cara untuk bisa mendapatkannya,

cara terakhir pun di lakukan

Prayogo memandang wakil Haji Bambang dengan senyum yang licik. Ia tahu bahwa waktu yang tepat untuk menyogok telah tiba.

"Maaf, Pak," Prayogo berkata dengan sopan. "Saya ingin menambahkan sesuatu kepada proposal yang telah saya berikan kepada Bapak."

Prayogo mengambil amplop tebal warna kuning dari kantongnya dan meletakkannya di atas meja. Wakil Haji Bambang memandang amplop tersebut dengan rasa penasaran.

"Apa ini?" wakil Haji Bambang bertanya dengan suara yang pelan.

Prayogo tersenyum lagi. "Cuma sedikit tanda terima kasih dari kami. Kami ingin menunjukkan bahwa kami serius dalam melakukan kerja sama dengan Bapak."

Wakil Haji Bambang memandang amplop tersebut lagi, lalu memandang Prayogo. Ia bisa melihat bahwa Prayogo sedang mencoba menyogoknya.

Namun, wakil Haji Bambang juga tahu bahwa ia tidak bisa menolak sogokan tersebut secara langsung. Ia harus berpura-pura bahwa ia tidak tahu apa yang ada di dalam amplop tersebut.

"Baik, Pak," wakil Haji Bambang berkata dengan sopan. "Saya akan mempertimbangkan proposal tersebut lagi."

Prayogo tersenyum lagi, tahu bahwa ia telah berhasil menyogok wakil Haji Bambang. Ia memandang wakil Haji Bambang dengan rasa percaya diri.

"Saya yakin bahwa Bapak akan membuat keputusan yang tepat," Prayogo berkata dengan sopan.

Wakil Haji Bambang memandang Prayogo lagi, lalu mengangguk. "Baik, Pak. Saya akan hubungi Bapak lagi jika saya telah membuat keputusan."

Prayogo tersenyum lagi, tahu bahwa ia telah berhasil mencapai titik temu dengan wakil Haji Bambang. Ia memandang wakil Haji Bambang dengan rasa percaya diri, tahu bahwa ia telah berhasil menyogoknya.

Wakil Haji Bambang memandang Prayogo dengan serius. "Pak Prayogo, saya ingin memberikan pesan kepada Bapak. Jika Bapak ingin mendapatkan HGU atas tanah tersebut, maka Bapak harus menyediakan amplop untuk para pejabat daerah."

Prayogo mengangguk, memahami apa yang dimaksud oleh wakil Haji Bambang. "Baik, Pak. Saya akan menyediakan amplop tersebut."

Wakil Haji Bambang mengangguk lagi. "Saya ingin menekankan bahwa ini adalah hal yang sangat penting. Para pejabat daerah memiliki peran yang sangat besar dalam proses pendapatkan HGU. Jika Bapak tidak memberikan batasan yang cukup, maka proses tersebut akan terhambat."

Prayogo mengangguk lagi, memahami apa yang dimaksud oleh wakil Haji Bambang. Ia tahu bahwa para pejabat daerah memiliki peran yang sangat besar dalam proses pendapatkan HGU, dan bahwa mereka harus diberikan batasan yang cukup untuk memuluskan jalan.

"Baik, Pak. Saya akan menyediakan amplop tersebut dan memastikan bahwa para pejabat daerah mendapatkan batasan yang cukup," Prayogo berkata dengan sopan.

Wakil Haji Bambang mengangguk lagi, terlihat puas dengan jawaban Prayogo. "Baik, Pak. Saya percaya bahwa Bapak akan dapat menyelesaikan proses pendapatkan HGU dengan lancar."

Setelah sepakat tentang proses pendapatkan HGU, Prayogo dan wakil dari Haji Bambang pun segera menikmati makanan yang sudah dipesan di resto tersebut. Meja makan mereka dipenuhi dengan aneka ragam makanan yang lezat.

Ada ingkung ayam kampung komplit dengan lalapan dan nasi uduk yang hangat. Selain itu, juga ada aneka ragam lauk pauk seperti ikan nila goreng dan gurame yang digoreng dengan sempurna.

Prayogo dan wakil dari Haji Bambang menikmati makanan dengan suka cita. Mereka berbicara dengan santai tentang berbagai hal, dari bisnis hingga hobi pribadi.

"Enak sekali makanannya," wakil dari Haji Bambang berkata dengan senyum.

"Ya, resto ini memang terkenal dengan makanannya yang lezat," Prayogo menjawab dengan santai.

Mereka terus menikmati makanan dan berbicara dengan santai, tidak ada lagi pembicaraan tentang bisnis atau HGU. Mereka hanya menikmati waktu bersama dan menikmati makanan yang lezat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!