Paula adalah anak seorang Count yang sudah jatuh, di ambang kebangkrutan keluarganya, dia dijodohkan untuk menikahi seorang Duke.
"Aku menikahimu agar aku dijauhkan dari para wanita yang menganggu. Tahu batasanmu!"
Setelah berkali-kali disakiti oleh ucapannya, Paula masih mau bertahan untuk menyelamatkan wajah orang tuanya hingga Mereka menghabiskan malam bersama dan Paula hamil.
"Wanita murahan sepertimu mengaku hamil anakku?"
Sampai akhir pun Paula masih saja disakiti.
Lalu bagaimana nasib Paula selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Peri Bumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Paula bangun pagi sekali karena dia ingin beribadah ke kuil pagi. Dia tidak punya pelayan ekslusif makanya menyiapkan semuanya sendiri. Dia berpamitan ke Gery dan akan pulang saat makan pagi pukul 7.30.
Dia membawa dua pelayan bernama Ann dan Leah. Di kuil, dia berdoa dengan sangat khusyu' untuk dirinya sendiri dan keluarganya, juga untuk suami yang tidak mencintainya.
Paula merindukan Ayah dan Kakaknya.
Saat hendak kembali, dia bertemu dengan pendeta yang memberkati pernikahannya, "Apa kabar Duchess?" Pendeta tersebut menyapa ramah.
"Kabar baik Bapak Pendeta." Paula membalas sapaan tersebut dengan formal.
Pendeta Jose mengenai Paula karena Paula punya wajah cantik yang khas. "Bagaimana kabar Duke?"
"Duke juga sehat." Paula tersenyum.
"Semoga kalian selalu bahagia dan diberkati para dewa."
"Amin..." Paula mengucapkan amin yang paling serius. Meskipun Dia menganggap doanya lucu tapi tetap saja, doa pendeta bisa saja lebih manjur daripada doa hambanya.
"Maaf, saya agak terburu buru, jadi saya harus pamit."
"Ya... selamat jalan Bapak Pendeta..."
Sudut hati Paula terasa sesak melihat pendeta yang memberkati pernikahannya itu. Dia tidak berdosa karena tidak tahu pernikahan seperti apa yang dia sahkan dan dia berkati. Tapi tetap saja, Paula sedikit merasa kesal dengannya.
Paula segera pulang karena waktu sarapannya sudah hampir tiba. Kereta yang membawanya dengan cepat sampai ke mansion. Paula tak perlu berganti baju lagi karena dia ke kuil dengan baju yang cukup sopan dan bisa dipakai sehari hari, gaun itu sedikit santai dan tidak terlalu banyak ornamen mencolok.
Di meja makan, Paula yang menunggu suaminya terlebih dahulu, dia menyiapkan teh hitam panas kental kesukaan suaminya, peran sebagai istri yang berbakti sangat mudah dijalankan oleh Paula.
Delta akhirnya turun dan sarapan bersama dengan istrinya. Tak ada pembicaraan khusus, hanya sapaan hangat pagi yang singkat, lalu dengan segera Paula ditinggal pergi.
Hari ini adalah perjamuan Lady Cecil, Putri Marquess yang merendahkannya. Dia yakin kalau hari ini akan jadi hari yang berat baginya.
Dia menyuruh Ann untuk menyiapkan gaun yang sedikit mencolok. Itu semua karena citranya sebagai istri Duke harus Dia jaga. Gaun itu berat dan banyak ornamennya. Lengannya juga banyak bordiran halus. Biasanya dulu sebelum menikah, baju yang dia pakai sekarang adalah baju yang akan Paula gunakan ke pesta, bukan sekedar untuk perjamuan teh.
Paula berangkat dengan menyiapkan hatinya.
Benar saja, sesampainya disana, Paula di acuhkan. Dia juga diberi kursi duduk paling ujung dan hampir tak terlihat. Meski pangkatnya Duchess tapi Lady Cecil tampak blak belakang ingin memperlakukan Paula dan tidak ada seorang pun yang menegurnya.
"Saya membawa parfum keluaran terbaru bisnis keluarga saya Lady Cecil." kata seorang perempuan muda, mereka semua pergi membawa hadiah untuk menyenangkan Cecil.
"Ya ampun, terimakasih banyak Lady Berta," Cecil menerima parfum itu sengaja senyum bahagia.
Paula lupa kalau perjamuan minum teh juga biasanya digunakan untuk ajang pamer. Kemarin di pesta perjamuan Countess Valery dia disuruh membawa bunga saja, jadi Paula membawanya. Di perjamuan minum teh yang diadakan Lady Cecil kali ini tidak ada note khusus seperti drescode atau harus membawa hadiah, jadi Paula datang tanpa membawa apapun.
Semua orang menawarkan hadiah yang bermacam macam, mereka semua beranjak kekayaan dan pamor dan hanya Paula saja yang terdiam. Hadirnya seperti tidak diharapkan. Dia datang hanya karena Gery bilang, penting untuk menunjukkan batang hidung di keluarga Marquess.
Padahal niat Gery yang sebenarnya adalah, dia ingin menguji Paula. Cecil adalah salah satu perempuan yang tergila gila dengan Delta. Dia bahkan lebih menganggu dari pada Putri Kedua. Jadi Gery jelas tahu kalau dia menyuruh Paula datang, artinya Dia menyuruh Paula untuk dipermalukan oleh Putri Marquess. Gery buka berniat jahat, dia hanya ingin melihat respon perempuan yang dinikahi oleh Tuannya itu.
"Apakah semuanya semuanya sudah memberikan hadiahnya?" Kata Lady Terra, anak Viscount Solei.
Paula tertunduk.
"Ya ampun, apakah Duchess Paula datang tidak membawa apa-apa?" Kalimat itu cukup keras untuk di dengar oleh semua orang.
Paula tersenyum meskipun Dia malu, "Maaf, karena ini adalah...." belum selesai dia berbicara, pelayan datang membawa banyak botol wine dan salah seorang berbicara, "Duke Delta memberikan sebotol wine untuk setiap orang sebagai hadiah."
Semua orang tampak terkejut karena datangnya hadiah sangat terlambat, "Ya ampun, Duchess ternyata menyiapkan hadiahnya dengan sangat baik."
Tiba-tiba saja pujian itu datang entah dari Lady siapa.
Botol yang wine yang disiapkan itu adalah koleksi mahal dan sangat sulit didapatkan. Paula cukup beruntung karena entah Duke sendiri yang memberinya perhatian khusus untuk di perjamuan ini atau Gery yang sudah bertindak lebih dulu.
Paula masih tersenyum.
Hanya Cecil, sang tuan rumah yang terlihat tidak senang. Tapi dia sendiri menyembunyikan emosinya dengan baik. Dia tidak mau jadi bahan gunjingan karena menunjukkan ketidaksukaannya kepada Paula.
Semua orang juga sudah tahu bahwa Cecil menyukai Delta, Duke Muda tampan yang kaya raya. Dia juga ahli pedang yang hanya ada 5 di Kerajaan. Tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Jadi sewaktu Duke mengumumkan pernikahannya yang tiba-tiba, Cecil melempar semua barang di kamarnya.
Hari ini semua orang yang awalnya mengucilkan Paula pun jadi ingin berteman dengannya. Paula tampak risih akan hal tersebut. Bangsawan adalah orang yang kebanyakan adalah munafik, Paula tidak menyanggah hal tersebut.
"Lain kali, Duchess harus mengadakan pesta tehnya sendiri." Kata seseorang yang beberapa menit yang lalu menanyakan kedatangannya yang tak membawa apa apa.
Paula benci tersenyum lagi, tapi dia juga harus tetap menjadi seorang Duchess yang menjaga martabatnya di depan semua orang, jadi Dia dengan enggan yang disamparkan mengiyakan orang tersebut.
Perjamuan lalu dimulai seperti biasa, saat ada jeda istirahat, Paula ijin ke kamar mandi untuk membenarkan gaunnya yang sedikit berantakan.
Dijalan dia dicegat oleh Cecil dan kedua temannya.
'Perasaanku mengatakan kalau ini buruk' gumam Paula. Benar saja, firasatnya berkata dengan baik.
"Hei kau orang udik! Kau pasti sudah menebak Duke sehingga terpaksa dia menikahimu kan?" Suara cempreng Lady Zola menuduh Paula.
"Cih...Orang miskin yang ingin memanjat status lewat pernikahan." Kali ini Lady Terra yang berbicara.
Cecil sangat ingin menambah rambut Paula karena kesal, beruntung dua temannya susah mewakili dirinya. Dalam pikiran Cecil hanya ingin menjauhkan Paula dengan Duke bagaimana pun caranya.
"Kau lihat saja ya, pernikahanmu tidak akan bertahan lama!" Cecil mengutuk Paula.
Paula diam saja tak menggubris atau merasa terprovokasi oleh ketiga orang tersebut.
Cecil kemudian melangkah maju sengaja menabrak bahu Paula.
"Aw...." Paula merasa bahunya sakit karena ditebak dengan keras. Dia hanya menahan emosinya saja.
Paula ke kamar mandi dan melihat ke cermin, bahunya memerah. Setelah membenahi gaun dan riasannya. Dia kembali ke acara seperti tidak terjadi apa apa.
Masih berlanjut atau sudah tamat?? Authornya 😁😁
Udah naik 2 Kg pas sakit Turun 3 Kg,kan Ngeselin 🤦🏿
Orang Miskin hanya bisa Gigit jari kalo di Hina,jadi udah ga Aneh lagi Miskin selalu Salah di mata Hukum mana pun 😓.