NovelToon NovelToon
Rainy Couple SEASON TWO

Rainy Couple SEASON TWO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Selingkuh / Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers
Popularitas:674
Nilai: 5
Nama Author: IG @nuellubis

"Ivy nggak sengaja ketemu sama kamu dan Nabilah. Kamu--sabtu kemarin itu--ketemuan kan sama Nabilah di Rainbow Caffee?!"

Sempet ada jeda sebentar, yang akhirnya Matias berbicara juga. "I-iya, t-tapi a-aku ng-nggak ka-kayak yang kamu pikirin. Aku sama Nabilah pun nggak ada hubungan apa-apa. Murni ketemuan sebagai temen. Aku cuman cinta sama kamu, Ke."

Ternyata Kezia masih mau memaafkan Matias. Berlanjutlah kisah cinta mereka. Hanya saja, jalan di hadapan mereka berdua semakin terjal.

Berikutnya, tidak hanya tentang Matias dan Kezia. Ada juga kisah Martin Winter dan Vanessa Rondonuwu. Pun, kisah-kisah lainnya. Kisah yang sama manisnya.

Terima kasih banyak yang sudah menyimak season one RAINY COUPLE di tahun 2020 silam. Kali pertama aku menulis novel di platform.

NOVEL INI PERNAH MELEDAK DI NOVELTOON DI TAHUN 2020 SILAM!

Season 1 Rainy Couple
(https://noveltoon.mobi/id/share/102447)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IG @nuellubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesan Cinta Matias dalam Sebuah Mural

Matias memandangi layar laptop-nya. Panel terakhir dari episode yang sedang ia garap masih kosong. Tangan kirinya menggenggam cangkir kopi yang sudah dingin. Di meja, berserakan sketsa wajah-wajah tokoh komiknya, dan di tengahnya, kertas puisi itu. Ia tahu, kalau puisi ini masuk ke dalam panel terakhir, pembaca akan tersentuh. Sayangnya, bukan itu masalahnya.

Masalahnya, puisi itu ditulis Matias dengan tanpa sengaja melibatkan perasaannya untuk Nabilah.

Ponsel Matias tiba-tiba bergetar. Nama “Keke” muncul di layar. Nama kesayangan dari Matias untuk Kezia.

Matias sempat ragu untuk mengangkat. Tapi kemudian, ia tahu, kalau ia tak angkat sekarang, Kezia akan terus menelepon. Ia tarik napas, lalu tekan tombol hijau.

"Halo, Ke," ucap Matias pelan.

“Kamu lagi sibuk, nggak?” suara Kezia di seberang terdengar lembut, tapi juga penuh energi.

“Lagi revisi dikit,” jawab Matias sambil memijat batang hidungnya. “Deadline dua jam lagi.”

“Wah, maaf ganggu, Yas. Tapi ini penting banget. Soal Pan Lova.”

“Pan Lova?” dahi Matias mengernyit. “Kafe-nya Beby itu? Temen kamu?"

“Iya,” Kezia terdengar semangat. “Kita lagi pengembangan konsep baru. Vanessa dari Elf Designator sudah mulai desain ulang interior, dan Beby kepikiran buat nambah satu elemen lagi di salah satu dinding lantai dua.”

“Elemen apa?”

“Mural besar. Dan kamu yang langsung terpikir oleh kami semua. Eh... sebetulnya kepikiran sama aku duluan, sih. Kamu kan pacarku. Aku tahu kamu jago gambar. Makanya kepikiran kamu."

Matias terdiam.

“Aku?” tanya Matias. "Suruh bikirin mural?"

“Iya, kamu. Komik-komik kamu itu, Yas. Apalagi Beby sama Ivy pernah baca. Kata mereka, suka banget,” ucap Kezia bangga. “Bisa nggak? Mau nggak bikin konsep buat mural kafe gitu? Aku tahu kamu sibuk, tapi kami pengennya kamu yang ngerjain. Karena aku yakin kamu bisa."

Matias termenung. Ia ingin menjawab "Ya". Sayangnya kepalanya sedang penuh. Tentang revisi komik. Mendadak terpikirkan Nabilah. Belum lagi, perasaan bersalah pada Kezia. Sekarang, Kezia dengan tulus menawarinya ruang untuk menunjukkan karyanya. Mana itu di kafe yang Kezia sendiri bantu bangun dari sisi legalnya.

“Kamu masih di sana, Yas?”

“Iya, iya. Maaf. Aku cuma mikir-mikir dulu.”

Kezia tertawa kecil. “Kamu tuh, overthinking banget.”

“Tapi, kamu cinta kan sama aku?"

“Hadeuh... eh, tapi, kalo emang nggak bisa sekarang, nggak apa-apa. Tapi Beby butuh jawabannya sebelum hari Minggu. Katanya mau dirapatkan sama tim Elf.”

Matias memejamkan mata. “Kayaknya aku bisa. Tapi nggak bisa langsung dikerjain sekarang. Setelah revisi komik ini, aku bisa fokus minggu depan.”

“Beneran?” Kezia terdengar girang.

“Iya, Keke. Tapi muralnya maunya kayak gimana? Bebas?”

“Tema utamanya layers of community, gitu. Soal keberagaman, koneksi, dan ruang yang menyatukan banyak karakter. Cocok kan sama kamu?”

Matias mengangguk walau Kezia tak bisa lihat. “Oh, jadi kayak istilah melting pot gitu? Dalam satu tempat, banyak orang dari beragam agama, suku, dan bahasa?"

"Nah, itu kamu tahu,"

"Mungkin bisa."

“Gitu, dong. Betewe, aku sayang kamu,” ucap Kezia tiba-tiba.

Matias tersentak. Suara Kezia lembut, penuh cinta.

“I love you, too,” kata Matias pelan.

“Aku tahu kamu lagi stres. Tapi aku percaya kamu bisa. Aku ngerti, kadang kamu butuh ruang sendiri buat berproses. Tapi aku selalu buat kamu, oke?”

Matias tercekat. Ia menatap puisi di hadapannya. Kalimat-kalimat lama yang dulu ia tulis dari hati yang berbeda. Hati yang masih merindukan seseorang lain. Yang sekarang, seseorang itu adalah masa lalu. Lalu, perempuan di ujung telepon ini adalah masa kini dan masa depan.

“Thank you, Keke. Kamu nggak tahu seberapa besar artinya dirimu buat aku.”

Kezia tertawa kecil. “Dih, kamu ngomong gitu, jadi pengen peluk kamu, tauk.”

Matias ikut tertawa. “Pelukan dari jauh, yah, tapi?!"

“Gombal! Ya udah, lanjutin dulu kerja kamu. Nanti sore aku WA Beby buat infoin kamu bersedia. Tapi muralnya nanti harus ada kejutan romantis buat aku di salah satu pojoknya. Awas aja kalo nggak!"

“Wuih... okay, okay, Princess..."

Mereka menutup telepon.

Matias memandangi kembali puisi itu. Ia mengambil kertas itu, melipatnya, lalu menyelipkannya ke dalam laci. Ia ganti menatap panel kosong di layar komiknya. Lalu, tangannya mulai menggambar ulang adegan terakhir. Bukan Firman dan puisi untuk Sonia, tapi Firman yang duduk termenung di balkon sekolah, menatap matahari senja.

Di bawah panel itu, Matias menulis narasi baru:

"Kadang, cinta tak harus terdengar dalam bait-bait indah. Ia cukup hadir, dalam diam yang menguatkan."

Ia tersenyum. Rasanya lega sekali.

*****

Beberapa hari kemudian, Matias berdiri di lantai dua Pan Lova, menatap dinding kosong setinggi tiga meter. Cahaya matahari pagi menyorot lembut dari jendela kaca besar di sisi kanan kafe. Wangi kopi dan pastry dari dapur bercampur dengan aroma cat tembok yang masih segar.

Kezia berdiri di sampingnya, mengenakan blazer kuning dan celana panjang senada.

“Gimana, bisa?” tanya Kezia.

Matias mengangguk. “Aku suka banget sama tempat ini. Kayaknya kalo aku buatin mural, jadi makin banyak dikunjungi orang-orang.”

"Apaan sih, kamu, gak jelas," Kezia tersenyum. “Eh, Vanessa dan tim dari Elf bener-bener niat banget kerjanya. Mereka buat desain sesuai arahan Beby, tapi juga kasih sentuhan khas mereka sendiri. Soal kata-kata kamu tadi, well, aku setuju banget."

Matias menatap dinding itu dalam-dalam.

Di pikirannya, sudah mulai terbentuk siluet-siluet tokoh. Tentang pemuda dengan headphone, nenek penjual kue, anak-anak kecil yang berlari-larian, hingga pasangan muda yang duduk bermesraan sambil membaca buku. Penuh warna yang cerah. Di salah satu pojoknya, nanti ia sembunyikan inisial K dan M, berukuran kecil, tak mencolok. Sebuah kode kecil untuk Kezia.

Matias tersenyum kecil.

Jika suatu saat ada yang memperhatikan tulisan kecil tersebut, lalu ketahuan pelakunya Matias, Matias tinggal bilang ia melakukan itu demi cintanya yang begitu besar untuk Kezia. Pasti cepat atau lambat, kakaknya Kezia yang bernama Thalia akan mengetahuinya. Matias berharap Thalia luluh dan mau memberikan restu untuk hubungan Matias dan Kezia. Jujur, Matias ingin melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

“Let’s do this,” katanya.

Kezia menggenggam tangan Matias. “Aku tahu yang kamu bikin. Dan aku suka banget. Maaf, yah, Matias, aku masih suka insecure sama kamu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!