NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Terpaksa Menjebaknya Karena Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

"Aku nggak punya pilihan lain." ucap adel
"Jadi kamu memang sengaja menjebakku?" tanya bima dengan nada meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

Mata hari menyembul dibalik tirai jendela, menyinari bumi bagian tertentu. sinarnya menembus, menyilaukan mata gadis cantik yang kini masih rebahan diatas kasur. Adel menggeliatkan tubuhnya, matanya mengerjab-ngerjab,

"Hoam!" Adel menutup mulutnya yang menguap. Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk, tangan kanannya menggaruk pipinya, matanya terasa kantuk, sulit untuk dibuka.

Perlahan ia mengumpulkan seluruh nyawanya, setelah melakukan ritual tersebut. Ia turun dari ranjang, dengan langkah lunglai, berjalan menuju kamar bima. Seperti biasa Adel selalu membangunkan ayahnya itu setiap pagi hari.

Ceklek!

Pintu dibuka, benar saja bima masih tidur dengan mulut mengganga. Suara dengkurannya keras, menggangu pendengaran Adel, ingin sekali ia menyumpal mulut bima dengan bibirnya.

'mikir apa sih del! Masih pagi juga!' gerutu Adel dalam hati, menggelengkan kepalanya.

Gadis itu duduk disamping ranjang, mengguncang lengan ayahnya pelan. "Ayah! Sayang! Bangun! Udah pagi! Jangan males-malesan!" Ucap adel lembut.

"HM!" Bima berdehem tanpa membuka matanya.

"Sayang bangun!" Ucap Adel dengan pipi memerah, menunjuk-nunjuk pipi bima menggunakan telunjuknya, sangat lembut seperti seorang istri yang membangunkan suaminya.

Bima terusik, matanya sedikit terbuka. "Iya nanti! Lima menit lagi!" Katanya lalu memunggungi Adel.

"Ayah bangun ayah!" Gadis itu menggeram kesal, ia mengguncang lengan ayahnya lebih keras, bima mengubah posisinya telentang dengan raut wajah kantuk bercampur bete.

"Lima menit lagi del! Ayah masih ngantuk!" Ucap bima dengan suara khas orang bangun tidur.

"Bangun atau aku siram!" Ancam Adel,

Bima tak menjawab.

Dengan penuh kekesalan. Ia merangkak dan duduk diatas badan bima, meletakkan mil*knya di t*ngk*t sakti bima yang terbangun.

"Del!" Pekik bima seketika nyawanya terkumpul.

"A-ayah! Kok itunya bangun!" Ucap Adel pura-pura polos.

Bima menahan nafas sejenak, tenggorokannya tercekat. Keringat dingin perlahan mengucur dari pelipisnya. Ia mencoba untuk tetap tenang walau jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Pagi-pagi gini sudah disuguhkan dengan pemandangan anak gadisnya yang hanya mengenakan pakaian kurang bahan, membuat sesuatu didalam dirinya berkobar-kobar.

"Yah! Kok diem aja?" Tanya Adel dengan sengaja Menggesek*n anunya ke b*r*ng bima yang terkurung didalam sangkar.

"D-del tu-turun!" Gugup bima hampir gila, nafsunya bangkit.

Adel menyeringai, perlahan mendekatkan wajahnya. Bima memejamkan matanya, hembusan nafas Adel menyapu wajahnya. Tubuhnya panas dingin menahan hasr*tnya yang kini mulai bangkit. Ia benar-benar hampir gila, pikirannya tertuju pada sesuatu, ingin sekali ia menerkam Adel. Namun ia masih mempunyai akal sehat untuk tidak melakukan hal-hal lebih.

"Del!" Lirih bima dengan mata terpejam.

"Kita lakukan sekali ya! Aku udah gak tahan! Yah!" Bisik Adel suaranya pelan, namun terdengar menggoda.

Bima tersentak dan langsung mendorong Adel hingga anaknya itu terbaring kesamping. Dengan cepat, ia turun dari ranjang kemudian kabur dari kamarnya, pergi menuju kamar mandi meninggalkan Adel seorang diri disana.

Didalam kamar mandi, bima ngos-ngosan seperti orang yang habis dikejar kuntilanak. Matanya memejam sesaat, perlahan ia mengatur nafasnya dan menghembuskan setelah dirasa tenang.

"Gila! Apa-apaan ini! Kenapa adel bisa ngelakuin itu sama gue? Hah?" Tanya bima menyandarkan tubuhnya dibalik pintu, lututnya seketika lemas, pria itu merosot dilantai sambil mengusap-usap wajahnya kasar berulang kali.

"Gue gak bisa kayak gini! Ini udah gak beres!" Bima geleng-geleng kepala, buru-buru ia mengguyurkan tubuhnya dengan air. Sangking terburu-burunya sampai ia tidak memakai sabun, mandi praktis 2 menit selesai.

Ia berdiam diri dikamar mandi, mengusap seluruh tubuhnya menggunakan handuk dan memakaikan pakaian tadi.

"Gue harus keluar dari rumah ini! Bodo amat gak sarapan. Sumpah lama-lama jadi ngeri gue sama Adel! Ada yang gak beres sama dia!" Bima keluar kamar mandi dengan raut wajah takut-takut.

"Ayah mau kemana?" Suara Adel terdengar. Menghentikan langkahnya saat diambang pintu.

"Mau keluar sebentar del! Cari sarapan!" Dusta bima menoleh.

"Ngapain cari sarapan? Aku kan udah masak buat ayah!" Kata Adel berkacak pinggang dengan pipi menggembung.

Wajahnya sangat imut jika dilihat oleh orang lain, tapi tidak dengan bima yang justru semakin takut.

"Lagi pengen aja del! Gak tau kenapa ayah lagi mau makan nasi uduk!" Balas bima dengan raut wajah serius.

"Ka-"

"Kamu mau nitip gak? Biar ayah bawain nih!" Potong bima cepat.

"Gak mau! Aku mau ikut ayah aja!"

"Ngapain ikut ayah? Warungnya aja Deket dari sini!" Bima menggaruk keningnya.

Adel mendekat, memiringkan kepalanya lalu memasang tatapan tajam. "Pokoknya aku ikut. Biar ayah gak digoda-godain sama cewek-cewek disana. Apalagi rata-rata janda muda yang ngegodain ayah disana. Sebagai anak yang baik, aku harus mendampingi ayahku kemanapun!" Ujar Adel, berdusta. Sebenarnya ia ingin mesra-mesraan pagi ini, mumpung tanggal merah. pikirnya.

"Kamu bukan baik, tapi posesif! Jadi anak kok posesifan amat sih! Bikin ayah pusing tau gak!" Omel bima.

"Aku kan calon istri ayah!"

"Jangan aneh-aneh masih pagi!" Bima menyentil dahi Adel pelan.

"Aw! Sakit ayah! Jangan disentil-sentil!"

"Terus diapain? Dijambak gitu?" Tanya bima sewot.

"Jambak aja yah! Tapi pelan-pelan ya!" Kata Adel mulai aneh,

Bima paham maksudnya, ia menatap tak percaya ke arah anaknya. "Sana ganti baju!" Titah bima mengalihkan topik, semakin takut saja dirinya dengan sikap Adel yang agresif dan tak tahu malu.

"Oke ayah!" Adel tersenyum lalu berbalik, sesekali ia menoleh kebelakang, memastikan bima tak pergi.

Pria itu menatap punggung Adel hingga menghilang dibalik pintu. Dengan penuh kelicikan, bima mengendap keluar rumah dan naik kemotornya meninggalkan Adel sendiri didalam rumah.

Disepanjang perjalanan bima terus bergumam dengan raut wajah heran sekaligus bingung.

"Dia kenapa sih? Kok makin hari, makin Minggu, makin tahun. Sikapnya jadi aneh! Bener bener aneh banget!" Tanya bima seorang diri berhenti dilampu merah.

"Bangke gak bawa hp lagi!" Gerutu bima memukul stangnya pelan.

"Mas! Kalo ngamuk-ngamuk jangan disini. Takut disangka orang gila!" Celetuk ibu-ibu nyengir.

"Eh, nggak Bu. Saya lagi seneng aja!" Dusta bima mencoba tersenyum.

'gue samperin aja si Bastian. Mumpung hari libur, main aja disana! Kalo boleh nginep aja dari pada dirumah sama Adel. Bisa-bisa gue kehilangan akal sehat.' kata bima dalam hati, bergidik ngeri membayangkan Adel yang Menggesekan miliknya tadi.

Setibanya dirumah Bastian. Ia membunyikan klakson berulang kali. Security rumah yang sudah hapal suara tersebut, membukakan gerbangnya. Bima masuk, memarkirkan motornya. Pria itu membunyikan bel rumah Bastian berulang kali hingga pintu rumah terbuka.

"Berisik banget sih setan! Ganggu orang lagi tidur aja!" Ketus bastian muka bantal dengan mata terpejam.

"Bangun bego! Matahari terbit dari barat noh!"

"Serius?" Tanya Bastian nyawanya seketika terkumpul.

"Shit! Gue belum tobat lagi!" Bastian memegang kepalanya syok.

"Canda doang!" Kata bima menjitak kepala sahabatnya.

"Monyet Lo! Gue kira beneran." Ketus bastian, "mau ngapain Lo kesini pagi-pagi jing?" Tanyanya sinis.

"Suruh masuk kek! Gitu amat Ama gue!" Ketus bima melangkah masuk kedalam rumah, tak memperdulikan Bastian yang mengamuk-ngamuk.

"Punya tamu kagak punya sopan santun amat." Gerutu Bastian duduk disofa menghadap bima yang sedang mengunyah makanan miliknya.

"Sono mandi dulu! Badan Lo bau anyir!" Ucap bima.

"Badan Lo kali!" Bastian menimpuk bantal. Bima menangkapnya dengan satu tangan.

"Tungguin gue Bim! Mandi dulu! Lo jangan kemana-mana, oke?" Tanya Bastian, bima mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

*

*

"Ayah kemana sih? Kok hilang?" Tanya Adel setelah persiapan dengan pakaian terbuka, namun terkesan elegan.

Adel mondar mandir keluar rumah mencari ayahnya, tapi bima tak ditemukan. Wajahnya tampak kesal dengan bima yang tak mengangakat-ngangkat hubungan telponnya.

"Dia kemana sih! Ishhhh! Nyebelin banget jadi cowok! Masa ceweknya sendiri ditinggal sih!!" Adel menghentakan high heelsnya kelantai, bibirnya monyong lima centi.

"Cowok gak peka! Cowok nyebelin! Dasar cowok tua Bangka! Genit! Dia pasti pengen sendirian kesana. Biar digoda-godain sama janda. Cowok munafik! Jelalatan! Giliran digodain aku aja sok takut!" Gerutu Adel mengeraskan rahangnya.

Gadis itu menggerutu didalam rumah. Duduk disofa pun masih ngomel-ngomel dengan bima yang mengacuhkannya dan memilih pergi sendiri bertemu dengan janda muda cantik didepan gang sebelah. Pikir Adel sebal.

"Harusnya aku terkam aja dia tadi pagi! Biar gak kegatelan lagi!" Adel gemas dengan bima. Ia mendadak traveling mengingat milik bima saat digesek-gesekan olehnya, benda itu keras, panjang dan hangat.

"Gimana kalo itu ya? Enak banget bisa, aaaaa, gak boleh gak boleh! Jangan mesum Adel!" Reflek ia menggelengkan kepalanya, menghapus pikiran kotor yang sempat melintas jauh dibenaknya.

*

*

"Lo mau ngapain kesini Bim? HM?" Tanya Bastian duduk disofa sembari menyesap minumannya.

"Ham, Hem, ham, Hem! Jijik nyet!" Bima menimpuk rengginang kewajah sahabatnya itu.

"Gak biasanya Lo kesini Bim. Mana pagi-pagi lagi datengnya! Ada apa?" Tanya Bastian penasaran.

Bima menghela nafas panjang, menatap intens Bastian. "Bas tadi pagi. Adel melakukan itu lagi sama gue."

"Hah? Maksudnya? Gimana-gimana gue gak ngerti?" Bastian menegakkan tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu diatas paha.

"Jadi gini bro, tadi pagi Adel gesek-gesek batang gue pake ya itu lah! Lo paham maksud gue!"

"Sumpah? Demi apa?"

"Demikian!"

"Serius monyet!"

"Gue serius dongo! Makanya diem dulu napa. Gue Belum selesai cerita!" Ketus bima, Bastian mengganguk dan menyesap kopinya yang masih mengepul.

"Terus-terus Bim!"

"Lo kira gue mamang parkir nyet!"

"Serius dikit Napa! Giliran gue dah serius! Lu nya malah ngelawak!" Ketus Bastian meletakkan secangkir kopinya diatas meja.

Bima menghela nafas panjang, menyeruput kopinya. "Nah tadi pagi kan......" Bima menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Adel. Bastian menyimak dengan wajah serius.

"Nah gua nggak nyangkanya disitu bas. Dia ngajakin gue buat ngelakuin hal-hal gak senonoh gituan."

"Terus Lo embat gak?"

"Mulutlo sama otaklo kagak pernah waras dari dulu!" Bima menimpuk tisu kewajah Bastian.

"Gue nanya doang! Bim, kenapa ngamuk?"

"Pertanyaan Lo terlalu somplak nying!"

Bastian nyengir lalu menyilangkan satu kakinya. "Gimana rasanya Bim? Enak gak?"

"Sttt! Gue gak mikirin kesono bego! Gue mah waras, pas dia ngegituin sama ngajakin gue buat gituan. Reflek gue dorong dan kabur aja. Bodoamat gue gak peduli walaupun ngekasarin dia. Ini semua demi kebaikan dia bas. Nah, makanya gue kerumah Lo ini nih, cara gue ngehindarin dia. Bas sumpah, gue takut banget sama sikap dia kayak gitu. Gak kayak biasanya dia se agresif ini, ada apa ya?" Tanya bima serius dengan gigi gemeletuk.

"Setahu gue ya Bim, cewek kalo agresif gitu, biasanya suka dan pengen ngemilikin seseorang yang dia sukain seutuhnya!"

"Masa sih? Gak yakin gue!"

"Lah kemarin aja dia ngelakuin itu sama lu, tapi kata lu dia lagi mabok!"

"Eh iya bas, semalem nih!"

"Apa Bim?" Bastian menaikkan sebelah alisnya.

"Dia ngodein gue buat ngelakuin itu, obrolan dia sama candaan dia semalem tuh menjuruskan kesana bas. pas gue pulang nongkrong sama Lo tuh, gila gak Lo."

"Kayak gimana? Gue gak ngerti candaan yang Lo maksud Bim!"

"Pokoknya gitu aja lah, susah gue ngejalasinnya." Bima bingung menjelaskan dari mana.

Bastian manggut-manggut saja, seakan paham dengan maksudnya.

"Kenapa bas?"

"Apanya?"

"Si Adel!"

Bastian menarik napas panjang. "Dia suka sama Lo bim, seriusan ini mah. Dia udah tahap cinta sama Lo. Nah menurut pemikiran gue nih Bim, dia kayaknya tahu kalo dia itu bukan anak kandungnya, makanye sampe gitu!"

"Masa sih? Perasaan gue gak pernah ngomong apapun, atau ngasih tau ke dia tentang anak angkat. Gue aja selalu nyebut dia anak kandung gue dari dulu didepan dia, bas! Kalo misalnya dia tahu nih, tahu dari mana coba?"

"Tahu tempe!"

"Serius Napa jing!"

Bastian ngakak melihat wajah bima yang bersungut-sungut.

"Nih Bim, " Bastian mode serius. "Mungkin Adel cari tau sendiri kali, sampai dimana dia nemuin kenyataan bahwa dia bukan anak kandung Lo. Terus nih dari situlah dia mulai suka dan nyaman sama Lo, apalagi Lo tuh baik, perhatian, penyayang dan sering manjain dia lah. Nah dari situlah perasaan suka itu muncul. Tau sendirilah cewek itu gampang terbawa perasaan, para betina kan lebih sering ngegunain perasaan, beda sama jantan yang sering make logika!" Bastian mengetuk-ngetuk pelipisnya.

Bima terdiam sejenak, mengambil kopi dan menyeruputnya Kembali. Disetiap tegukan ia memikirkan perkataan sahabatnya itu, apakah mungkin ada menyukainya? Lalu sejak kapan? Gimana ceritanya? Awal mulanya gimana? Itulah isi pertanyaan didalam benak bima.

"Udah gak usah dipikirin lah! Mending kita main badminton aja! Yuklah! Sekalian olahraga!" Ajak Bastian bangkit dari duduknya.

Bima mengganguk pelan, bangkit dari duduknya. Namun pikirannya masih mengarah kesana, ia terus bertanya-tanya tentang Adel didalam hatinya.

Sesampainya dibelakang. Angin bertiup pelan, membawa aroma rumput yang baru saja dipotong. Di halaman belakang rumahnya yang luas, Bima dan Bastian sudah bersiap dengan raket di tangan. Net sederhana terbentang di antara dua tiang besi, menciptakan lapangan badminton kecil untuk mereka berdua.

Bima mengayunkan raketnya dengan santai, sementara Bastian menggulung lengan kaosnya, bersiap untuk bermain serius.

"Serius Lo mau lawan gue bas? Yakin menang gak?" Tanya bima dengan nada mengejek.

"Ye, ngeremehin! Belum tau aja Lo kalo gue pernah ngalahin shi yuqi!"

"Kentut!"

"Gak percayaan amat! Mau bukti?"

"Percaya Ama lu mah musyrik!" Ketus bima membuat Bastian terkekeh.

"Gue buktikan Bim!" Kata Bastian menatap intens. Bima tersenyum dan mengayunkan tangannya, gestur menantang.

Bastian mengambil shuttlecock dan bersiap untuk servis pertama. Ia melempar shuttlecock ke udara dan memukulnya dengan presisi. Bima dengan sigap mengembalikan pukulan itu dengan smash tajam.

"Gini doang yan?" Tanya bima menaik turunkan alisnya.

"Hoki. Santai dikit masih pemanasan!"

"Pemanasan sebelum keleh!" Ejek bima.

Bastian mengambil shuttlecock dan bersiap untuk servis pertama. Ia melempar shuttlecock ke udara dan memukulnya dengan presisi. Bima dengan sigap mengembalikan pukulan itu dengan smash tajam.

"Curang banget Bim, santai dikit kali, gak usah serius gitu!"

"Curang bibir Lo doer! Kalah kalah aja yan! Cupu bilang!" Ejek bima lagi, Bastian tersenyum.

Mereka melanjutkan permainan dengan intens. Kadang-kadang, terdengar suara gelak tawa saat salah satu dari mereka gagal mengembalikan bola atau melakukan kesalahan konyol.

Setelah beberapa set pertandingan, keduanya kelelahan dan duduk di kursi taman, mengusap keringat dengan handuk.

"Lo hebat sih Bim, gue akuin Lo jago!" Kata bastian menepuk-nepuk pundak bosnya.

"Jelas jago, Emangnya Lo, dari dulu kagak ada perkembangan!"

"Ya elah dipuji dikit langsung terbang! Nyet!"

"Hahahaha!" Bima tertawa lalu Bastian ikut tertawa.

Mereka pun tertawa sambil bercanda lepas, menikmati istirahatnya.

"Bagus! Bagus! Ternyata lagi di sini ya! Katanya tadi mau beli nasi uduk. Mana nasi uduknya? Kok malah mampir ke rumah orang?!"

1
kalea rizuky
lanjut nanti Q kasih hadiah
kalea rizuky
pergi aja del kayaknya alex keluarga mu
Rana Syifa
/Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!