NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Menjadi Ibu Susu Anak CEO Dingin

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Chicklit / Ibu susu / Tamat
Popularitas:2.5M
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Setelah kehilangan anaknya dan bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang penghinaan dari suami serta keluarganya, Amira memilih meninggalkan masa lalu yang penuh luka.

Dalam kesendirian yang terlunta-lunta, ia menemukan harapan baru sebagai ibu susu bagi bayi milik bukan orang sembarangan.

Di sana-lah kisah Amira membuang kelemahan di mulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amira Tercekat

Pintu rahasia terbuka pelan. Arga muncul dari baliknya dengan secangkir kopi di tangan. Ia meletakkannya di atas meja, lalu duduk di sofa dan menyeruput kopi itu perlahan, berharap rasa kantuk belum benar-benar menjemputnya.

"Amira...bangun, Amira," panggil Arga.

Amira hanya menggumam pelan, seperti orang yang sedang mengigau. "Hng... hng…"

"Bangun. Sepertinya aku sedang butuh teman main catur."

Padahal, sebenarnya Amira sudah terbangun sejak pertama kali mendengar namanya disebut. Ia adalah tipe orang yang tidak susah dibangunkan, karena terbiasa sigap. Tapi setelah mengintip sekilas dan mendapati bahwa yang membangunkannya adalah Tuan Arga, mendadak rasa takut menyergap. Akhirnya ia memilih untuk pura-pura tidur saja.

"Jangan, nanti Tuan Arga marah. Di sini cuma boleh kerja, nggak boleh main-main." Amira jawab begitu dengan mata yang tetap terpejam.

Dasar! mimpi pun masih taat aturan. Gumamnya dalam hati.

"Amira, kamu perasaannya sedang seperti apa?" Arga mancing.

Amira terdiam, seperti sedang berpikir. Kemudian ia menjawab, "Perasaan yang kayak gimana, Pakde?"

Arga diam sejenak. Ia mencermati nada suara Amira dan juga jawabannya, terlalu janggal untuk dikatakan mengigau.

"Maksudku, apa yang kamu rasain sekarang?"

Amira kembali terdiam, seperti sedang berpikir keras. "Hng..hari udah siang banget, Pakde. Saya harus cepat-cepat masak. Hitungin saja belanjaannya ya."

"Kamu bahkan belum memilih sayurannya, Amira."

"Oh, Terong berapaan, Pakde?"

"Dua ribu."

"Kalau gitu, bungkus satu ya."

Arga tidak menjawab, dia langsung menepuk tangan Amira cukup keras--plak!--membuat perempuan itu terlonjak kaget dan langsung duduk bersimpuh. Kedua tangannya terangkat, seperti tengah memohon ampunan.

"Kalau aku bilang bangun, ya bangun, Amira! Apa yang kamu takutin dariku? Sudah kubilang, jadi orang jangan dikit-dikit takut. Apalagi kamu sekarang ada di sisiku."

Amira kena semprot Arga, membuat Amira terdiam sejenak. Ia langsung menunduk, merasa bersalah.

"Maaf, Tuan Arga... Lain kali saya langsung bangun kalau dibangunin. Saya ini memang orangnya takutan, Tuan. Jangankan dibangunin diam-diam seperti tadi oleh pria bukan suami, telat haid aja, sejak jadi janda, saya bisa kepikiran berhari-hari, takut hamil."

"Kenapa? Kamu takut hamil karena sudah berhubungan dengan pria lain?" Arga sudah mulai mengepalkan tangan.

Amira buru-buru menggeleng, wajahnya memerah.

"Bukan, bukan karena itu. Saya nggak pernah macam-macam. Cuma... ya, pikiran saya suka aneh-aneh sendiri. Was-was saja kalau saya tiba-tiba hamil oleh air pas di kolam renang, atau hamil oleh angin seperti berita yang pernah saya baca. Saya jadi mikir, kalau tiba-tiba hamil begitu, saya harus minta pertanggungjawaban ke siapa?"

Arga menahan tawa mendengar penuturan Amira. Sumpah, polos banget ini orang. Ini overthinking atau emang kepolosan alami sih? gumamnya dalam hati.

Ia lalu menarik tangan Amira, membimbingnya duduk di sofa. Tangannya menggenggam tangan Amira.

"Jangan takut, selagi aku ada aku."

Amira mengangguk kecil, merasa sedikit lebih tenang. "Tuan Arga, apa tadi benar Anda ingin mengajak saya main catur? Maaf sebelumnya, saya nggak bisa main catur, Tuan."

"Apa? Kamu bahkan nggak bisa main catur?" Ia menghela napas, pura-pura dramatis. "Astaga, Amira. Ya sudah, kalau begitu aku batal ngajak kamu main catur."

Amira merasa tidak enak hati.

"Tapi sekarang aku mau kamu tunjukkan rasa terima kasihmu yang benar. Yang pernah kita bahas tadi siang. Aku tagih sekarang."

Amira buru-buru mengangguk.

"Ah iya, itu. Saya sudah memikirkan bentuk terima kasih yang benar. Jadi besok saya akan memasakkan makanan kesukaan Tuan, lalu mengucapkan terima kasih..."

"Hanya itu?" potong Arga.

"Iya," jawab Amira polos.

"Aku nggak suka."

Amira langsung panik. "Lalu saya harus bagaimana, Tuan?"

"Kamu ikuti instruksiku sekarang. Perhatikan baik-baik gerakan tanganku, jangan ada yang terlewat. Di situ kamu bisa tahu bagaimana cara mengucapkan terima kasih yang benar."

"Baik, Tuan. Saya akan perhatikan dengan seksama."

Arga mulai menggerakkan tangannya pelan, seperti sedang pemanasan. Lalu telapak tangannya mengusap pelan pipinya sendiri. Sesuai perintah, Amira menatap penuh konsentrasi, matanya nyaris tidak berkedip.

Belum paham.

"Sudah ketemu belum maksudnya?" tanya Arga.

Amira menggeleng pelan. "Belum, Tuan. Emangnya itu maksudnya apa?"

"Astaga, Amira. Perhatikan lagi!"

Amira kembali menajamkan pandangannya, kali ini matanya sampai membola. Gerakan tangan Arga makin jelas sekarang. Jari telunjuknya menunjuk ke titik yang sama, yaitu pipi. Melihat Amira masih terlihat kebingungan, perlahan tangan Arga berpindah ke bibir.

Amira mengerutkan kening. Dia punya pengalaman jadi istri, tentu paham bahasa tubuh semacam itu. Tapi... masa iya? Masa Tuan Arga ingin dirinya mencium laki-laki itu?

Amira menatap Arga mencari jawaban lewat sorot matanya. Ia takut-takut bertanya,

"Tuan… apa maksud gerakan tadi itu… cium? Saya harus mencium pipi Tuan, gitu?"

Arga tersenyum lebar, terlihat puas.

"Pintar juga kamu, bisa nebak."

Namun Amira buru-buru menggeleng.

"Maaf, Tuan. Untuk kali ini saya nggak mau melakukannya."

Arga mengangkat alis, penasaran.

"Kenapa nggak?"

"Soalnya kalau saya lakukan, pasti nanti ujung-ujungnya Tuan bilang begini: Kurang ajar kau, sudah berani menciumku! kau harus membayar mahal atas perbuatanmu itu!" Amira menirukan nada bicara Arga dengan gerakan tegas yang dibuat-buat.

Arga tidak bisa menahan tawanya. "Hahaha, Bagus. Rupanya kamu sudah mulai ngerti jalan ceritanya, ya?"

Amira cengengesan, "Sedikit-sedikit mulai paham, Tuan. Makanya, saya nggak mau nambah utang lagi. Cukup yang kemarin-kemarin saja."

Masih tertawa kecil, Arga berdiri dan berjalan ke arah box bayi. Ia mengangkat Arkha dan menyerahkannya ke Amira.

"Tolong gendong anakku."

Amira langsung menyambut Arkha dengan hangat. Namun tidak lama kemudian, Arga mengambil penutup telinga bayi dan memakaikannya ke Arkha dengan hati-hati.

Amira mengerutkan kening, "Ini buat apa, Tuan?"

Arga tidak menjawab pertanyaan Amira. Wajahnya kini berubah ke mode serius. Sorot matanya tajam seperti elang yang mengunci mangsanya. Tiba-tiba, ia merogoh balik bajunya dan mengeluarkan sebuah pist0l yang sebelumnya tersembunyi rapi.

Amira terkejut, kontan menutup mulut dengan tangan. Napasnya tercekat, tapi ia langsung menangkap isyarat halus dari Arga berupa kode pergerakan tangan agar Amira bersembunyi di belakangnya dan menggenggam erat tubuh laki-laki itu. Jangan sampai terlepas.

Tanpa banyak bicara, Amira menuruti arahan itu. Ia berdiri di belakang Arga, memeluk lengan pria itu yang tidak memegang senjataa dengan gemetar.

Arga mengangkat pist0l, membidik dengan tenang ke arah persembunyian seseorang.

DOR!

Suara tembakan memecah keheningan. Seseorang terhuyung lalu ambruk, mengerang kesakitan. Daraah mulai mengalir membasahi lantai. Dari luar, Buana yang memang sudah siaga sejak awal, masuk cepat dan segera mengamankan situasi, membereskan kekacauan dengan cekatan.

Sementara itu, Arga menyelipkan kembali pist0lnya seolah tidak terjadi apa-apa, ekspresinya kembali dingin dan tenang seperti biasa.

Di belakangnya, Amira masih berdiri membatu. Tubuhnya gemetar hebat.

Kenapa Tuan Arga menembak? Siapa yang ditembak?

.

.

Bersambung.

1
Nurlaila Hasan
ternyata aku dah baca,, wes ben lah
Zenun: hehehe
total 1 replies
cleo_aay
wkwkwkkwk ngakak banget ih
Manggar Manggar
👍👍👍👍
cleo_aay
"mas" ga tuh 🤣🤣🤣🤣
nannikyy
siapanya vina panduwinata ini kak?
nannikyy
semua bisa diterima kecuali walid. allahu akbar.
Sri Supeni
sy suka sgn cerita namun bg sy logika dan norma hrs tetap ada. Kl ikuti cerita2 di NT itu suka mendewa2kan setan😄 contoh sj cerita tokoh ardi yg seperti kena sepuruk2nya. pdhal Tuhan tdk seperti itu. contoh sj koruptor🤭🤣
Paon Nini
konyol tapi gapapa, ngak mesti ikutan euforia nangis kan ya mas meskipun ada rasa ngak nyaman di hati
Paon Nini
modus
Paon Nini
hemmmmm
Paon Nini
pantes Amira ngerasa pernah lihat buana
Paon Nini
pantes... si Lisa yang kerjaannya sama kayak Ardi kok bisa bawa barang mewah kerumah ardi, ternyata 😅
Sri Supeni
walaah flash backnya kok panjang
Paon Nini
maksudnya?? apakah Gladys udah leave dari dunia dan dia nitipin Amira ke Arga atau gimana?
Paon Nini
nahhhh
Paon Nini
cosplay dia jadiin Amira nyonya nya hahaah
Paon Nini
meskipun dia lagi sedih aku kok pengen ketawa ya
Paon Nini
inget saat Amira ngerasa buana a.k.a asintennya Arga ngak asing, apakah ada hubungannya dengan Gladys dan Arga juga buana?
Paon Nini
hah?
Paon Nini
astaga 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!