Jiang Xia Yan merupakan putri bungsu dari seorang jenderal perang pada masa kekaisaran Ming Qi adalah wanita bodoh yang jatuh cinta dengan pangeran kedua Ming Shin yang pada akhirnya mati mengenaskan atas nama cinta.
Bukan hanya mati ditangan suaminya sendiri, Jiang Xia Yan juga menyebabkan Klan Jiang musnah ditangan Ming Shin.
Padahal Jiang Xia Yan sudah berkorban banyak untuk Ming Shin hingga bisa membuat lelaki yang sangat dicintainya itu bisa menjadi kaisar Ming setelah berhasil menggulingkam kekauasaan sang ayah.
Jiang Xia Yan mati dengan dendam yang mendalam....
Pada saat yang sama, ada seorang CEO wanita yang berhati dingin dan kejam bernama Agatha Wein yang juga mati mengenaskan ditangan sekelompok lelaki yang cintanya ditolak dengan kasar olehnya.
Agatha diberi kesempatan hidup didalam raga Jiang Xia Yan....
Mampukah Agatha bertahan hidup & membalaskan dendam Jiang Xia Yan?
Bisakah Agatha menemukan cinta dijaman kuno ini dan membuat hatinya yang dingin menjadi hangat ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SKAK MAT
Keheningan menyelimuti ruangan, tubuh Jiang Xialun membeku untuk waktu yang lama hingga suara lembut adik ketiga membuat kesadarannya kembali.
“ Kakak kedua terlalu serius menanggapi permasalahan ini. Akulah yang ceroboh sehingga terpeleset dan jatuh kedanau…”, ucap Jiang Xia Yan santai.
“ Adik ketiga….”, ucap Jiang Xialun dengan suara bergetar.
Dia sama sekali tak menyangka jika pada akhirnya hanya kata tersebut yang keluar dari mulut sang adik setelah keduanya terdiam dalam waktu yang lama.
Namun, secepat mungkin Jiang Xialun menguasai perasaannya. Dengan lembut diapun kembali berkata “ Aku tahu yang dialami oleh adik ketiga. Aku harap adik tidak bersedih hati….”.
“ Kenapa aku harus bersedih kakak. Ini hanyalah masalah sepele…..”, ucap Jiang Xia Yan mematahkan presepsi Jiang Xialun.
Sebelum kakak keduanya kembali berkata, Jiang Xia Yan pun segera kembali bersuara sambil bangkit dari kursi yang didudukinya.
“ Maaf kakak, kepala adik masih sedikit pusing. Jika kakak sudah tidak ada hal yang ingin dikatakan lagi, adik undur diri untuk beristirahat….”, ucap Jiang Xia Yan dengan wajah dibuat sesedih mungkin.
Melihat jika kondisi adik ketiganya yang masih belum membaik, Jiang Xailun pun bangkit dari duduknya dan meninggalkan rumah tangga pertama dengan banyak pertanyaan yang melintas di kepalanya.
Keempat pelayan pribadi Jiang Xia Yan merasa sangat bahagia karena pada akhirnya nona mudanya tersebut tidak lagi terjebak dengan kata – kata lembut dan manis namun beracun yang dikeluarkan oleh Jiang Xialun.
Meski mereka merasa aneh dengan perubahan sikap nona mudanya yang dianggap sangat drastis tersebut, tapi ke empatnya merasa sangat bahagia karena pada akhirnya nona mudanya tersebut bisa bersikap tegas.
Sementara sang nona yang menjadi bahan pembicaraan mereka kembali terdiam sambil memejamkan kedua matanya dan berbaring diatas ranjang.
Saat ini Jiang Xia Yan bukan sedang tertidur melainkan dia sedang memikirkan banyak hal dalam kepalanya yang kecil itu.
Diapun memutar kembali slide memori yang ada. Jika sesuai dengan alur, kedatangan kakak keduanya tersebut telah berhasil memancing kemarahannya hingga dia langsung mendatangi rumah tangga kedua dan langsung menyerang kakak tertuanya hingga mendapatkan hukuman dari nyonya besar Jiang.
Karena sekarang Jiang Xia Yan berhasil menghindari takdir buruk tersebut, maka diapun harus mempersiapkan diri untuk menunggu apa yang terjadi esok hari.
............................................................................
Keesokan paginya, Jiang Xia Yan terlihat sangat bersemangat bangun. Dia ingin penasaran apa yang akan terjadi pagi ini.
Baru saja Jiang Xia Yan menyelesaikan ritual mandinya, Jinying terlihat masuk kedalam ruangan dengan wajah pucat.
“ Nona, anda ditunggu semua anggota keluarga untuk sarapan pagi dikediaman utama…”, ucap Jinying dengan nafas tersenggal – senggal.
“ Oh…jadi ini kejutannya….”, batin Jiang Xia Yan tersenyum licik.
Menurut ingatan pemilik tubuh asli, dirinya sama sekali tak pernah diijinkan untuk makan bersama di kediaman utama.
Jika pagi ini dia diundang, tentunya wanita tua tersebut memiliki maksud terselubung untuknya. Sambil tersenyum licik Jiang Xia Yan pun berkata dalam hati “ Baiklah…aku akan masuk dalam permainan yang akan kalian buat pagi ini….”.
Melihat jika kediaman utama sangat jauh letaknya dari kediaman rumah tangga pertama membuat Jiang Xia Yan terus menggerutu dalam hati selama perjalanan.
Begitu dia datang, dapat dia lihat suasana dimeja makan sudah penuh dengan kehadiran keluarga kedua dan keluarga ketiga disana serta seorang wanita tua dengan dandanan mencolok duduk dikursi utama.
" Wanita tua itu pasti nona besar Jiang....", batin Jiang Xia Yan bermonolog.
Baru saja kakinya melangkah masuk, kakak keduanya sudah bersuara “ Kenapa adik ketiga baru sampai ?...lihatlah semua kue hampir dihabiskan oleh Jiang Zhu….”.
Tentu saja ucapan Jiang Xialun yang lantang membuat atensi semua orang teralihkan dan menatap tajam kepadanya.
“ Tampaknya pertunjukkan akan segera dimulai….”, batin Jiang Xia Yan sambil menghela nafas panjang.
Dia dapat melihat tatapan penuh kebencian diwajah semua orang dilayangkan kepada dirinya, termasuk tatapan yang penuh ketidaksabaran dan kebencian yang teramat dalam ditunjukkan oleh wanita tua yang merupakan nenek tirinya itu.
Waktu melihat kakak tertuanya ingin bersuara, cepat – cepat Jiang Xia Yan menunjukkan bakat aktingnya dengan pura – pura pusing.
“ Maafkan keterlambatan yang saya lakukan ini. Karena tubuh yang lemah ini saya terpaksa harus beristirahat beberapa kali sepanjang perjalanan untuk bisa sampai kesini….”, ucapnya lemah.
Semua orang langsung terdiam dengan apa yang dikatakan gadis muda tersebut karena menyadari jika tubuh gadis itu memang sangat lemah, tapi tidak dengan Jiang Xiuying.
Dia tak mau berhenti sebelum adik ketiganya itu mendapatkan hukuman dari sang nenek. Dengan lantang diapun kembali mencoba untuk memprovokasi waktu melihat Jiang Xia Yan dengan santainya mulai duduk di kursi.
“ Adik ketiga, meskipun semua orang tahu kalau kamu sedang jatuh cinta kepada pangeran kedua, tapi secara sembunyi – sembunyi untuk melihatnya sampai jatuh ke danau bukankah itu suatu tindakan yang sangat tidak sopan…..”, ucapnya memprovokasi.
Melihat semua orang kembali mengingat kejadian memalukan yang mencoret nama baik keluarga tersebut, Jiang Xiuying diam – diam tersenyum senang dan melanjutkan ucapannya.
“ Dan parahnya, pangeran kedua Ming Shin melihat kelakuan bodohmu itu. Apakah adik ketiga tidak berusaha untuk meminta maaf kepada pangeran kedua Ming Shin karena sudah membuatnya tidak senang…. ”, ucap Jiang Xiuying dengan tatapan sinis.
Melihat wajah nyonya besar Jiang menggelap, dalam hati Jiang Xiuying tertawa puas. Sekarang tinggal melihat bagaimana reaksi gadis bodoh itu atas ucapannya.
“ Jadi ini rencana mereka. Ingin membuatku mengakui kesalahan yang sama sekali tak kuperbuat dan menghukumku….”, batin Jiang Xia Yan sinis.
Jiang Xiuying merasa sedikit gelisah waktu melihat wajah Jiang Xia Yan masih tenang, seolah tak terganggu sedikitpun oleh ucapannya dan malah asyik menikmati hidangan yang ada dihadapannya dengan santai.
Jika Jiang Xia Yan bisa bersikap tenang dan santai, lain halnya dengan tatapan semua orang yang sudah terlihat tak sabar ingin melihat bagaimana gadis bodoh tersebut dihukum karena telah mempermalukan keluarga Jiang.
Setelah potongan kue yang ada dimulutnya telah habis dan menyesap teh hijau yang ada dihadapannya, Jiang Xia Yan pun mulai membuka mulut.
“ Kakak tertua, apa maksud ucapan kakak dengan mengatakan aku mencintai pangeran kedua Ming Shin ?...bukankah ucapan tersebut tak pantas diucapkan ?...apa kata orang jika ada yang mendengarnya ?....”, ucap Jiang Xia Yan menegur.
Seketika wajah Jiang Xiauying langsung merah padam menahan amarah. Dia sama sekali tak menyangka adik ketiganya yang bodoh itu mampu menegurnya seperti itu diahadapan semua orang.
Belum juga raut keterkejutan semua orang mereda dengan ucapan berani yang dikeluarkan oleh Jiang Xia Yan kepada kakak tertuanya, gadis itu kembali berkata yang membuat semua orang tak bisa untuk tak melotot karena terkejut.
“ Kakak tertua harus berhati – hati dalam memilih kata yang hendak diucapkan. Pangeran kedua Ming Shin adalah keluarga kekaisaran dan kita sebagai klan tertua di negara ini harus lebih berhati – hati lagi jika tak ingin mendapatkan hukuman karena telah mencemarkan nama baik keluarga kekaisaran….”, ucap Jiang Xia Yan dengan penuh penekanan.
“ Bukankah saat aku jatuh ke air kakak tertua ada disampingku. Apakah kakak tertua juga melihat pangeran kedua Ming Shin ?.….”, Jiang Xia Yan terlihat melempar bola panas ke tangan Jiang Xiuying.
Jiang Xiuying yang sudah tahu jika adik ketiganya itu akan menyeretnya kedalam permasalahan ini hanya bisa diam menahan amarah sambil mencengkeram sisi gaunnya dengan erat.
“ Ya, aku melihatnya….”, ucap Jiang Xiuying dengan wajah sedatar mungkin, berusaha untuk menahan gejolak amarah yang sudah meluap dihatinya.
“ Bukankah waktu itu aku sedang berjalan – jalan bersama kakak tertua di tepi danau hingga tak sengaja terpeleset dan jatuh ke danau….”
“ Tanpa diduga, disaat yang sama pangeran kedua Ming Shin lewat disana…”
“ Sekarang yang jadi pertanyaan, bagaimana aku bisa tahu jika pangeran kedua Ming Shin datang ke kediaman Jiang ?...
“ Apakah ada surat yang datang ke kediaman menyampaikan tentang adanya kunjungan tersebut ?...”
“ Jika ada pun, apakah mungkin aku yang berada jauh dari kediaman utama mengetahui hal tersebut sedangkan informasi yang terjadi di kediaman utama selama ini aku tak pernah tahu jika tidak ada yang memberitahuku….”, ucap Jiang Xia Yan dengan nada datar dan dingin.
Wajah semua orang terlihat sangat pias dengan tubuh membeku waktu mendengar perkataan yang keluar dari mulut Jiang Xia Yan.
Jiang Xiuying yang tak terima dengan ucapan adik ketiganya itu berusaha untuk membantahnya, namun dihentikan oleh sang ibu yang langsung menatapnya dengan garang.
Jiang Xia Yan sangat tahu jika dalam kediaman Jiang banyak orang pintar. Tentunya mereka sangat paham dengan semua kata yang baru saja dia ucapkan tersebut.
Melihat semua anaknya diam – diam mulai memperebutkan kursi kekaisaran dibelakangnya, kaisar Ming Qin sangat membenci para pangeran yang menjalin hubungan dekat dengan para pejabat dan bangsawan kelas atas.
Dan kaisar tidak akan segan – segan untuk memenggal kepala siapapun yang berani melakukan hal tersebut karena tindakan itu sama dengan pengkhianatan dan merupakan tindakan pemberontakan secara diam – diam dibelakangnya yang bertujuan untuk melengserkannya dari kursi kekuasaannya saat ini.
Ada ribuan mata dan telinga kaisar yang tersebar dimana – mana, termasuk juga di kediaman Jiang yang merupakan salah satu klan tertua di negara ini dan memiliki kekuatan yang ditakuti kekaisaran Ming.
Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Jiang Xia Yan secara tidak langsung mempertanyakan kesetiaan para pejabat terhadap kaisar.
Jika ayah Jiang Xia Yan, Jiang Shing yang saat ini berada diperbatasan sangat tidak mungkin untuk dicurigai.
Tapi kedua pamannya, Jiang Quon dan Jiang Yu dimana keduanya adalah pejabat kekaisaran tentunya hal tersebut perlu diwaspadai oleh kaisar Ming Qin jika kabar ini sampai berhembus di istana karena keduanya memegang posisi penting dipengadilan.
Melihat semua orang terdiam dengan wajah tegang akibat ucapan yang keluar dari mulutnya, diam – diam Jiang Xia Yan mencibir dalam hati.
“ Ternyata cuma segini saja pertunjukan pagi ini…sangat tidak menarik….”, batin Jiang Xia Yan mencemoh.
Dengan santainya, Jiang Xia Yan kembali memakan hidangan yang disediakan dihadapannya tanpa menghiraukan tatapan membunuh yang dilayangkan semua orang kepadanya, terutama tatapan penuh kebencian dari nyonya besar Jiang.