Mutia Arini seorang ibu dengan satu putra tampan dan juga pengusaha bakery wanita tersukses. Kue premium buatannya telah membuat dirinya menjadi seorang pebisnis handal. Banyak cabang telah dibukanya di berbagai kota besar. Pelanggannya adalah golongan menengah ke atas. Di balik kesuksesannya ternyata ada sebuah rahasia besar yang disimpannya. Karena kejadian satu malam yang pernah dilaluinya, mengubah semua arah kehidupan yang dicitakan oleh seorang Mutia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
Sebastian beranjak saat Langit sudah menyelesaikan makannya.
"Langit cuci tangan dulu di sebelah sana" tunjuk Sebastian.
Dewa melihat interaksi tuannya itu, sejak kapan akrab dengan anak kecil.
Bahkan keponakan semata wayangnya aja hanya sesekali disentuh.
"Come on Langit, kita main sepuasnya" ajak Sebastian.
Langit dan Sebastian berjalan ke arah play ground di mall itu. Langit pun sangat antusias karena baru kali ini akan main dengan seorang laki-laki dewasa yang baru dia kenal.
Setelah membeli beberapa voucher, "Om, main di sebelah sana ya? Balap motor" serunya.
Sebastian mengiyakan. "Kenapa suka mainan ini?" tanya Sebastian.
"Aku suka Om, tapi nggak seru kalau main sama bunda dan aunty. Mereka kalah melulu" cerita Langit.
"Oke, kali ini kau akan mendapat lawan sepadan Langit" ancam Sebastian dengan nada bergurau. Mereka pun akhirnya balapan di arena playground itu.
Saat seru-serunya ada seorang bapak dan anak menghampiri.
"Hei, gantian dong" seru anak itu hendak menarik baju Langit, tapi dengan cepat Langit menepisnya.
"Boleh minta, tapi jangan kasar dong" cegah Langit.
"Kamu berani sama aku" ucap anak yang berbadan tambun itu.
"Kalau aku benar, ngapain takut" tukas Langit.
Sebastian masih mendiamkannya, memang posisi Langit di sini tidak salah. Tapi bapak anak itu malah seakan mendiamkan ulah anak yang nyata-nyata salah itu.
"Tuan, kenapa putranya didiamkan. Dia sudah main kasar loh" ujar Sebastian.
"Anak laki-laki musti begitu, jangan hanya berani di bawah ketiak mama nya" tandasnya.
Meladeni orang ini lama-lama ikut nggak waras juga, batin Sebastian.
"Langit, kita ganti main yang lain aja" ajak Sebastian. Langit berlalu dengan menyenggol pundak anak itu. Karena tak terima, anak itu mengejar Langit dan mencoba menyerangnya.
Tapi hanya dengan sedikit gerakan, Langit menghindar.
Anak itu malah terjerembab. Anak itu pun menangis.
"Jangan cemen, sembunyi aja di bawah ketiak bapakmu" bisik Sebastian ke anak itu.
Hal itu menyulut emosi sang bapak. Dan terjadilah keributan di area play ground itu.
Para security bahkan sudah datang untuk mengamankan tempat itu, tapi mana ada yang berani dengan sang tuan besar penerus kedua pemilik mall itu.
"Maafkan kami tuan" ujar salah satu satpam itu ke Sebastian tanpa berani memandang.
Bapak yang hendak melaporkan masalahnya terdiam. Bapak itu juga merupakan salah satu karyawan di mall itu.
"Siapa orang ini??" batinnya.
"Pak Beni, cepatlah minta maaf ke tuan Sebastian" suruh satpam yang meminta maaf tadi.
Tuan Sebastian, pikiran pak Beni masih lemot mencerna. "Beliau pemilik tempat ini" lanjut satpam itu.
Pak Beni bergetar dan takut kalau-kalau dipecat. Kali ini kesalahannya cukup fatal. "Ma...ma..maafkan kami tuan. Kami tidak tau kalau anda pemilik tempat ini" ucapnya terbata.
"Kali ini aku maafkan, tapi ajari anakmu sopan santun. Jangan hanya mau minta maaf karena aku pemilik tempat ini" ucap Sebastian sambil berbisik dan berlalu meninggalkan tempat itu tanpa melepaskan gandengan tangannya dengan Langit.
Saat kejadian itu ada beberapa orang yang mengambil foto Sebastian yang menggandeng seorang anak kecil.
Bahkan kebanyakan dari mereka mengunggah ke akun sosial media mereka masing-masing. "Langit, aku antar ke tempat bunda ya. Om mau ada perlu sebentar" ujar Sebastian.
"Oke Om, makasih ya sudah menemani Langit. Kapan-kapan kalau ada kesempatan semoga bisa ketemu lagi" celoteh ceria Langit. Sebastian mengangguk.
Sampailah mereka di 'Mutia Bakery' tempat bunda Langit.
"Di sini Om tempat acaranya bunda" jelas Langit.
Mutia???? Sebastian mencoba mengingat nama itu, nama yang pernah didengarnya baru-baru ini. Tapi di mana? Sebastian tidak ingat.
"Nggak mampir Om, kue nya bunda enak-enak loh" Langit berpromosi.
"Kapan-kapan aja ya, salam juga buat bunda" ucap Sebastian hendak pergi.
Di saat bersamaan Dena datang tergopoh.
"Ya Allah, Langit dari mana aja? Aunty sampai keliling mall mencarimu" ucap Dena memeluk Langit dan merasa lega.
"Bunda di dalam tuh, cemas karena tak melihatmu" seloroh Dena.
"Abis Langit bosan auntyĺ, acara di sini kan buat orang dewasa" celetuk Langit.
"Aku tadi main sama om baik kok aunty, jadi nggak usah kuatir. Itu orangnya" Langit menoleh dan menunjuk ke arah Sebastian berada.
Tapi nyatanya Sebastian telah meninggalkan tempat itu saat Langit dan Dena berpelukan tadi.
Dena hanya menatap heran Langit dengan ucapannya itu. Dena pun mengandeng Langit ke tempat acara dan menemui Mutia.
Sementara itu, Dewa mengikuti ke mana langkah sang tuan melangkah.
Terdengar notifikasi pesan di ponselnya. Dewa pun mengambil ponsel dari saku dan melihatnya. Pesan dari kakak Sebastian.
"Tuan..tuan..tunggu sebentar. Aku mendapatkan pesan dari kakak anda" Dewa memberitahu.
"Terus aku musti bilang wow gitu???" Sebastian menghentikan langkahnya.
"Bukan begitu tuan, ini" Dewa menyodorkan ponselnya untuk dibaca Sebastian.
Berita tentang dirinya menggandeng seorang anak kecil sudah menjadi trending topik di sosial media.
Sebastian malah mengulum senyumnya. "Tuan, aku musti gimana? Apa perlu aku hapus berita-berita itu" tanya Dewa.
"Tidak perlu, kita balik ke hotel saja sekarang" perintah Sebastian.
Saat di perjalanan menuju hotel, ponsel Sebastian pun berbunyi.
Papa calling, itu yang muncul di layarnya. Sebastian pun menggerutu begitu melihat.
"Halo" ucap Sebastian menggeser ikon hijau ponselnya.
"Apa lagi yang kau lakukan? Belum puas kamu membuat malu keluarga, setelah apa yang kau lakukan kemarin" terdengar suara yang menahan geram dari seberang.
"Waduh pah, santai aja kali. Lagian siapa yang kemarin memaksa aku nikah dengan wanita ****** itu? Kenapa tidak papa saja yang menikah dengannya?" ucap Sebastian santai.
Ya, Sebastian berada di kota S ini karena menolak menikah dengan wanita yang dijodohkan oleh papa nya. Wanita yang dulu sangat dicintai oleh Sebastian.
"Kau?????" teriak papa selanjutnya. Sebastian menutup ponselnya karena tidak ingin berdebat dengan papa nya lagi.
"Tuan, kenapa kita tidak balik aja ke kota J. Tuan besar kalau marah menakutkan" ucap Dewa.
"Hei, sejak kapan kau takut dengan pria tua itu" celetuk Sebastian.
"Kenapa kamu yang takut Dewa, yang akan dihabisi pertama kali adalah diriku" ucap Sebastian santai kayak di pantai. Memenuhi perintah Sebastian mereka berdua akhirnya balik ke hotel tempatnya menginap. Sebastian belum memerintahkan kapan mereka balik ke kota J.
Di acara Mutia, Mutia terlihat menghela nafas lega melihat Dena menggandeng Langit.
Mereka menghampiri tempat Mutia berdiri dan sedang sibuk beramah tamah dengan para koleganya.
Mutia membungkuk saat Langit tiba di hadapannya, "Putra tampan bunda, dari mana saja? Jangan buat bunda mencemaskanmu sayang" ucap Mutia penuh kesabaran.
"Maafkan Langit bunda, sudah membuat cemas" Langit merajuk.
"Kalau kemana-mana musti ijin dulu. Jangan diulangi lagi. Oke?" Mutia mengangkat jari kelingkingnya.
Langit pun menautkan jari kelingkingnya, "Oke bunda".
to be continued 😊
jadi akhirnya ngga jadi Makan /Smile//Smile/