Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
Raka menatap pria itu dengan curiga. "Bagaimana kau tahu nama kitab ini?" tanyanya dengan nada waspada.
Pria itu mengangkat kedua tangannya, seolah menunjukkan bahwa ia tidak berniat jahat. "Namaku Bram," katanya dengan suara yang sedikit parau. "Aku dulunya adalah seorang… murid dari para penjaga kitab."
Mata Raka dan Maya membulat karena terkejut. Murid penjaga kitab? Apakah itu berarti pria ini memiliki hubungan dengan kitab yang kini berada di tangan Raka?
"Penjaga kitab?" ulang Maya dengan nada penuh tanya.
Bram mengangguk. "Sudah bertahun-tahun sejak aku meninggalkan tempat itu, tetapi aku tidak pernah melupakan ajaran mereka. Aku mengenali kitab itu dari lambang yang terukir di sampulnya… dan dari aura yang terpancar darinya. Aku merasakan kehadirannya sejak kalian membawanya keluar dari hutan."
"Jika kau adalah murid penjaga kitab, lalu kenapa kau berpakaian seperti ini?" tanya Raka, menunjuk pada pakaian Bram yang compang-camping. "Dan kenapa kau tampak ketakutan?"
Bram menghela napas panjang, raut wajahnya menjadi muram. "Semuanya berubah. Kaldor… ia telah menemukan cara untuk melacak para penjaga dan murid mereka. Banyak dari kami yang telah… dihabisi. Aku berhasil melarikan diri, tetapi aku selalu merasa diawasi."
Ucapan Bram membuat Raka merasa semakin khawatir. Jadi, ancaman itu tidak hanya datang dari Melati dan para sosok berjubah itu, tetapi juga dari Kaldor sendiri. Dan sepertinya, ada lebih banyak orang yang terlibat dalam konflik ini daripada yang ia bayangkan.
"Kenapa Kaldor menginginkan kitab ini?" tanya Raka.
Bram menatap Raka dengan tatapan serius. "Kitab Dewa Naga menyimpan kekuatan yang sangat besar, kekuatan yang bisa digunakan untuk kebaikan atau kejahatan. Jika Kaldor berhasil mendapatkan kitab itu, ia bisa menghancurkan keseimbangan dunia dan membawa kegelapan abadi."
"Lalu, kenapa kau tidak mencoba merebut kitab ini dari kami?" tanya Maya, masih dengan nada curiga.
Bram menggelengkan kepalanya. "Aku tahu bahwa kitab itu telah memilihmu, Nak. Aura penjaga mengelilingimu. Aku bisa merasakannya. Aku di sini bukan untuk mengambil kitab itu, tetapi untuk membantu kalian melindunginya."
Raka dan Maya saling bertukar pandang. Mereka masih ragu untuk mempercayai Bram sepenuhnya, tetapi kata-katanya terdengar tulus. Dan pengetahuan Bram tentang kitab dan para penjaganya tampak meyakinkan.
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Raka akhirnya.
"Kita harus pergi dari sini," jawab Bram dengan nada mendesak. "Melati dan para pengikutnya tidak akan menyerah begitu saja. Mereka akan terus mencari kalian. Kita harus menemukan tempat yang aman, tempat di mana kita bisa mempelajari kitab ini dan mencari tahu bagaimana cara mengalahkan Kaldor."
"Apakah kau tahu tempat seperti itu?" tanya Maya.
Bram mengangguk. "Ada sebuah kuil kuno yang tersembunyi di pegunungan di utara. Dulunya, kuil itu adalah tempat berkumpul para penjaga kitab. Mungkin di sana kita bisa menemukan jawaban yang kita cari."
Raka dan Maya setuju. Mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus mempercayai Bram untuk saat ini. Dengan bantuan Bram, mereka melanjutkan perjalanan melalui hutan, menjauhi desa mereka dan menuju pegunungan yang tampak menjulang di kejauhan.
Saat mereka berjalan, Bram menceritakan lebih banyak tentang sejarah Kitab Dewa Naga, tentang para dewa naga purba, dan tentang ancaman yang ditimbulkan oleh Kaldor. Ia juga menjelaskan tentang garis keturunan para penjaga kitab, orang-orang yang memiliki ikatan darah dengan para dewa naga dan ditakdirkan untuk melindungi kitab tersebut. Raka mendengarkan dengan seksama, mencoba mencerna semua informasi yang baru ia terima. Ia mulai percaya bahwa tanda lahir di tangannya mungkin memang bukan hanya kebetulan.
Namun, di tengah perjalanan mereka, Raka tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang mengganjal di hatinya. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bram, sesuatu yang tidak diceritakannya. Tatapan mata Bram terkadang tampak menghindar, dan ia seringkali terlihat gelisah, seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.
Rasa curiga Raka semakin bertambah ketika mereka beristirahat di tepi sungai untuk mengisi persediaan air. Saat Bram sedang membelakanginya, Raka melihat sekilas sebuah tato aneh di lengan pria itu, tersembunyi di balik lengan bajunya yang robek. Tato itu berbentuk lingkaran dengan gambar ular yang melingkar di dalamnya, sangat mirip dengan simbol yang pernah ia lihat di salah satu lukisan dinding di reruntuhan tempat ia menemukan kitab itu.
Sebelum Raka sempat bertanya tentang tato itu, Bram sudah berbalik menghadapnya dengan senyum yang tampak dipaksakan. "Kita harus segera melanjutkan perjalanan," katanya dengan nada tergesa-gesa. "Kita harus mencapai kuil sebelum malam tiba."
Raka menatap Bram dengan tatapan menyelidik, tetapi ia memutuskan untuk tidak bertanya apa pun untuk saat ini. Ia merasa ada misteri yang lebih dalam yang sedang terjadi, dan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan mencari tahu kebenarannya.
Sementara itu, di suatu tempat yang jauh, di dalam istana gelapnya, Kaldor merasakan bahwa "Kitab Dewa Naga" semakin menjauh darinya. Ia merasakan kehadiran aura penjaga yang semakin kuat, dan ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat jika ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kekuatan yang ia dambakan. Dengan geraman marah, ia memanggil salah satu pengikutnya yang paling setia, seorang penyihir licik bernama Zyra.
"Temukan mereka!" perintah Kaldor dengan suara menggelegar yang membuat seluruh ruangan bergetar. "Temukan bocah itu dan bawa kitab itu padaku! Jangan biarkan mereka mencapai kuil!"
Zyra membungkuk dalam-dalam. "Seperti yang Anda perintahkan, Tuanku." Dengan senyum licik di bibirnya, ia menghilang ke dalam bayang-bayang, siap untuk melaksanakan perintah tuannya dan memburu Raka dan kitab yang kini menjadi incaran Kaldor. Pengkhianatan mungkin telah berakar lebih dalam dari yang Raka kira, dan perjalanan mereka menuju tempat aman akan penuh dengan bahaya dan misteri yang mengancam di setiap langkah. Cinta antara Raka dan Maya semakin tumbuh di tengah kesulitan, tetapi apakah itu cukup kuat untuk menghadapi badai yang akan datang? Hanya waktu yang akan menjawabnya.