Sheva harus memenuhi janji keluarganya dengan cara menerima perjodohan antara dua keluarga,sebagai pembalasan hutang pada masa lalu karena telah membantu membangkitkan perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut. Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun itu ia harus menerima di jodohkan dengan laki-laki yang dulu pernah ia kenal sebagai teman masa lalunya. Meski begitu karena sempat tidak bertemu selama lima tahun,sikap dan penampilan keduanya berubah drastis. Padahal di sisi lain Sheva telah memiliki seorang kekasih dan keduanya telah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun ini.
Akankah Sheva bisa memenuhi permintaan keluarganya itu?
Atau ia harus membuat keluarganya mengerti bahwa dirinya mempunyai pilihan lain untuk masa depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindu Setia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 5
Sheva menghampiri sahabatnya di Kantin,dan berusaha terlihat tidak terjadi apa-apa. Tiba-tiba salah satu senior S2 fakultas management bernama Stevan yang sering menggodanya muncul
"Hay Sheva,makan bareng yuk" ucap Steven
"Kak Steven,aku udah janjian sama Rania dan Hana"
"Udahlah Stev,mau sampai kapan di tolak terus sama Sheva" celetuk Ferly
Mereka adalah genk anak konglomerat yang berkuliah di kampus itu,ada Alta anak pemilik Saham terbesar di kampus ini,kedua ada Steven anak pemilik perusahaan properti terbesar di negara ini,ketiga Ferly anak pemilik bisnis club dan juga mafia terbesar di kota ini,dan terakhir personil baru yaitu Morgan yang di gadang-gadang sebagai ketua dari Genk itu,kalau Morgan sih jangan di ragukan dan di tanya lagi siapa dia.
"Namanya juga usaha" gumam Steven
"Hay" sapa Morgan pada Sheva namun hanya mendapatkan balasan raut wajah yang masam
"Kamu kenal dia?" tanya Steven
"Oh,iya" jawab Morgan singkat
"Eh ada kakak-kakak ganteng" ucap Hana yang sudah berada di samping Sheva bersama Rania
"Makan yuk,laper gue" ucap Sheva
Sementara genk Morgan memiliki ruangan sendiri untuk di jadikan basecamp mereka,di sana terdapat lengkap fasilitas permainan,musik,olahraga dan masih banyak lagi.
"Gimana ceritanya loe bisa kenal sama Sheva Gan?" tanya Steven
"Ceritanya panjang" jawab Morgan
"Sheva itu junior paling hitz di kampus ini loh,selain dia cantik,kaya,dia juga pinter" gumam Steven
"Makanya gak heran kalau Steven dan Alta berlomba buat bisa deketin dia" imbuh Ferly
"Seriusan kalian mau deketin Sheva?" tanya Morgan
"Memangnya kenapa?" tanya Steven lagi
"Selain ceroboh dia juga keras kepala" tutur Morgan
"Kayaknya loe tahu banget deh soal Sheva,jangan-jangan?"
"Apa sih Stev,aku cuma melihat dari apa yang aku lihat barusan"
"Jangan asal menilai" celetuk Alta
"Nah loh si Alta gak terima" ucap Ferly
"Okey,gimana kalau kita taruhan siapa yang bisa dapetin Sheva dia akan jadi ketua tim ini?" ucap Steven
"Apaan sih loe,gak banget ide loe itu. Jadiin perempuan barang taruhan loe kira Sheva apaan?" ucap Alta dengan nada tinggi
"Wih santai men,gue gak beneran mau melakukan itu kok. Tapi gimana kalau kita berjuang dan lihat siapa yang bakalan menangin hati Sheva" ucap Steven
"Gue sih gak ikutan ya" ucap Ferly mencoba menjauh dari masalah
"Oke deal" jawab Alta
"Oke,gue terima" sahut Morgan
"Lah,loe ikutan juga gan?' tanya Ferly
"Yaps"
"Oke,kayaknya seru nih makin banyak saingannya" tutur Steven
Sepulang dari kampus Sheva segera pergi ke parkiran,sementara itu Rania dan Hana berada di mobil yang berbeda. Tiba-tiba saat Sheva akan masuk ke dalam mobil ada seorang laki-laki yang mencoba menghentikannya.
"Mr.Marcell..." ucap Sheva terkejut
"Sheva,kamu ikut saya"
"Mr.ini masih di lingkup kampus"
"Makanya kamu ikut saya atau akan ada yang lihat kita"
Terpaksa Sheva mengikuti kemauan Marcell karena tidak ingin ada orang yang tahu dan salah paham nantinya,saat hendak masuk ke dalam mobil Mr.Marcell Rania dan Hana sepintas melihat sahabatnya itu.
"Itu bukannya Sheva?" ucap Rania
"Mana?"
"Itu tadi yang di dalam mobil"
"Hah ngarang kamu,itu kan mobil Mr.Marcell" ucap Hana
"Tapi itu tadi beneran Sheva,mana mungkin aku salah lihat"
"Kamu ngaco deh,itu mobil Sheva aja masih di parkiran kok"
"Tapi bukannya tadi dia bilang mau duluan?"
"Iya juga sih"
Sementara itu Sheva merasa bingung karena Mr.Marcell masih terdiam tanpa kata
"Ini sebenarnya kita mau kemana Mr?" tanya Sheva panik
"Stop panggil saya Mr,kita sudah di area luar kampus Va"
"Lalu anda berharap aku panggil apa?"
"Cello,saya rindu kamu panggil saya seperti itu"
"Jangan harap"
"Vaa...."
"Mending stop deh,hentikan mobilnya di depan"
"Saya cuma mau kita memperbaiki hubungan ini"
"Gak ada yang perlu di perbaiki"
Tiba-tiba Mr.Marcell menghentikan mobilnya dan menatap wajah Sheva dalam-dalam
"Jangan macem-macem ya" ucap Sheva kembali panik
"Va,please kali ini saja saya akan buktikan kalau perasaan saya masih sama seperti waktu sebelum saya pergi"
Mr.Marcell semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Sheva dan mencoba menciumnya
"Icchh kurang ajar" teriak Sheva sambil mendorong tubuh Mrr.Marcell
Sheva membuka pintu dan berlari keluar dari mobil,dia berlari menjauh sampai Mr.Marcell akan menyusulnya. Sheva menghentikan taksi dan segera masuk.
"Sheva tungguuuuu....." teriak Mr.Marcell yang masih berusaha mengejarnya
"Pak tolong ke Puri Indah Blok A3" ucap Shva pada sopir taksi
"Baik mbak"
"Dasar orang gila,berani-beraninya dia lakukan itu ke gue"
Sheva menghela nafas karena berhasil lari dari Mr.Marcell,sementara itu Rania dan Hana masih menunggu di parkiran tepat di depan mobil Sheva.
"Kok perasaan gue gak enak ya?" ucap Hana
"Coba deh aku telfon Sheva"
"Iya coba"
"Hallo Va"
"Iya Ran,ada apa?" jawab Sheva
"Kamu dimana?"
"Aku perjalanan balik,kenapa?"
"Tapi ini,mobil kamu masih di parkiran deh"
"Emb a oh iya,tadi gue naik taksi soalnya kepala gue tiba-tiba pusing gitu"
"Kamu sakit?"
"Enggak sih cuma pusing aja"
"Coba sini biar gue yang ngomong" sahut Hana
"Nih" Rania memberikan ponselnya pada Hana
"Hallo Va?"
"Hey Han"
"Loe gak kenapa-kenapa kan?"
"Enggak,cuma pusing aja kok"
"Tadi kenapa gak bilang sama kita? kan kita bisa anterin Loe"
"Nggak usah,gue gak mau merepotkan kalian"
"Apaan sih Va,loe kan sahabat kita"
"Iya,tapi serius gak usah kok"
"Ya sudah,loe hati-hati ya kalau sudah sampai rumah kabarin kita"
"Iya pasti"
"Bye Va"
"Bye"
Hana dan Rania merasa lega karena tidak terjadi apapun pada sahabatnya itu
"Tuh kan dia tuh gak mungkin ada di dalam mobil Mr.Marcell,ngapain juga coba?" ucap Hana
"tapi dia juga kenapa-kenapa kan? cuma pusing" jawab Rania
"Ya udah deh balik yuk"
"Kamu yang bawa mobilnya ya"
"Iya bawel"
Sheva sampai di depan rumah dan segera turun dari taksi
"Baru pulang non?" sapa security rumahnya
"Iya pak Dirman,mari"
"Iya mari non"
Sesampainya di halaman rumah,Sheva terkejut melihat mobil Mr.Marcell berada di sana. Sheva segera berlari ke dalam rumah dan mendapati Mr.Marcell bersama kedua orang tuanya berada di ruang tamu.
"Nah ini apa Sheva udah pulang" ucap nyonya Lista
"Hey Va,lihat siapa yang datang?"
"Mr.Marcell???" ucap Sheva terkejut
"Iya,Marcell baru balik dari jepang loh menyelesaikan S3 nya,dan dia Coumlade" tutur nyonya Lista
"Apalagi sekarang dia jadi rektor muda di kampus kamu" imbuh tuan Robert
"Hay Sheva,lama ya kita gak ketemu"
"Pi,Mi Sheva ke kamar dulu ya" ucap Sheva dengan wajah panik
Sheva mengunci pintu kamarnya dan duduk di atas tempat tidur,dia menelan Saliva nya berkali-kali dan tidak menyangka jika Mr.Marcell akan berbuat sejauh ini. Memang sebelumnya hubungan Mr.Marcell terbilang dekat dengan keluarganya karena ia sempat menjadi dosen pilihan tuan Robert untuk membimbing putrinya Sheva. Terlebih lagi dia adalah teman kuliah kakaknya saat di Stand Ford University,pantas saja jika mereka akrab.
Suara ketukan pintu mengejutkan Sheva
"Vaaa" suara nyonya Lista
"Iya Mi..." Sheva segera membuka pintu
"Kamu turun gih temanin Marcell ngobrol,papi lagi ada telfon dari kantor"
"Sheva Mi....??"
"Iya kamu lah,masak mami. justru gak pantes di lihatnya"
"Tapi Mi"
"Udah,mami siapkan camilan di taman belakang ya biar ngobrol kalian enak"
"Ehhh Mi...."
Sheva benar-benar tidak bisa menghindar sekarang,dia pulang untuk menjauh dari Marcell tetapi sekarang orang tuanya justru mendekatkan jarak mereka.
...DERECK FRANS WILLIAM...