Perjodohan Terindah

Atas prentah dari sang Mama hari ini Daniel dan Dara berencana memeilih cicin pernikahan, dan untuk urusan lainya di serahkan pada orang tua mereka.

.

Dengan memakai celana jens dan kaos model sabrina di tambah sepatu sneakers putih dan tas punggung kecil menambah kesan remaja pada Dara.

sedangakan Daniel masih dengan stelan jasnya mereka berjalan seperti dua orang asing menuju toko perhiasan rekomendasi Mamanya.

Saat tiba ditempat mereka langsung disambut ramah legawai toko karana perentah dari sang atasan yang merupakan teman Daniel juga.

'Kamu yang pilih cicinnya' prentah Daniel pada Dara.

'Aku mana tau urusan begini bang, aku aja gak pernah pake perhiasan.'

Benar daniel dapat melihat bahwa di tubuh Dara tidak ada perhiasan hanya sebuah jam tangan sederhana yang melekat di pergelangan tangannya.

'Kamu kan perempuan masa gak tau urusan perhiasan' ujar Daniel heran.

'Aku tu gak suka pake perhiasan kaya gitu kaya Ibu Ibu arisan aja' gerutu Dara dengan bibir manyun.

Playan toko hanya senyum melihat pertengkaran dua manusia beda usia itu.

'Ya udah, mba tolong ambilkan cincin nikah yang paling bangus' prentah Daniel pada pelayan.

'Baik Tuan'

'Yang ini Tuan, ini keluaran terbaru ditoko kami. Pelayan sambil menunjukan beberapa model cicin pernikahan model terbaru.

'Kamu mau pilih yang mana' tanya pada Dara.

'Mmm....mmmmm yang itu aja kali ya kelihatannya lebih sederhana' tunjuk salah satu cincin.

'Ya udah itu aja mba' prentah Daniel.

'Baik tuan' patuh pelayan sambil menerima kartu kredit Daniel.

Stelah urusan cincin selesai mereka bergegas meninggalkan toko.

'Mau kemana lagi' tanya Daniel sambil berjalan beriringan bersama Dara.

'Kalo makan gimana Bang, aku laper' jawab Dara dengan wajah memelas dan di angguki oleh Daniel.

'Kesana yuk.' Tunjuk Dara restoran seefood, tanpa sadar ia menarik tangan Daniel.

mereka menuju Prifat Room karna Daniel tidak suka makan di tempat terlalu ramai.

'Kenapa ke Prifat Room Bang' tanya Dara heran.

'Aku gak suka makan di liatin orang, dan terlalu ramai, lagian ada yang ingin aku bicarakan denganmu.'

Seketika pelayan datang

'Pesan apa Tuan Nyonya' tanya pelayan dengan ramah.

'Abang mau makan yang mana' tanya Dara sibuk dengan daftar makanannya.

'Samain aja'

Darapun memilih menu makanan yang kiranya menggugah selera.

Seketika sening.

'Katanya ada yang mau di omongin Bang' tanya Dara, Daniel yang sedang memegang telefon genggamnyapun meletakan di meja dan menatap intens wajah sang calon istri.

Dara hanya diam memperhatikan Daniel.

'Aku tau kamu juga keberatan dengan perjodohan ini, sama sepertiku kan?' tanya Daniel dan hanya di angguki oleh Dara.

'Apa kamu mau mundur atau membatalakan semuanya' tanyanya lagi to the point

karna Daniel bukan tipe orang yang suka basa basi.

'Tidak' yakin Dara.

'Kenapa?' Heran Daniel bukanya Dara keberatan kenapa tidak ingin membatalkannya.

'Aku yakin apapun yang di pilihkan orang tuaku itu yang terbaik untukku, dan aku tidak ingin mengecewakan mereka' Jawab dengan menatap mata indah Daniel.

'Hhmmm baik kalo begitu mari kita jalani semua ini dengan sungguh sungguh, kita bisa saling mengenal dan belajar saling mencintai karna aku juga tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku dan tidak ingin memainkan pernikahan. Aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup.

dan aku harap saat ini kamu tidak memiliki kekasih karna akupun tidak' jelas daniel panjang lebar, dan diangguki oleh Dara.

Wajah Dara seketika cerah setidaknya dia tidak berjuang sendiri di pernikahan ini, itu pikirnya.

Seketika pesanan mereka pun datang, mereka makan di iringi dengan ngombrol ringan untuk meningkatkan kemistri di antara mereka.

'Ternyata kalo udah kenal gak sedingin dan secuek itu' batin Dara dengan tersenyum.