Jodoh Untuk Kanaya

"Kmu sudaah periksa ke dokter Bum, mama takut kenapa -napa dengan kondisi kamu sekarang?" tanya Bu Ningsih khawatir, saat ia sedang berada di kamar putranya.Sudah sejak subuh tadi pria itu mual dan muntah,karena terlalu banyaknya cairan yang ia keluarkan ia sampai lemas.Bumi juga memutuskan untuk tidak bekerja.

'Belum Mah, Bumi gak apa-apa kok, hanya mual saja nanti juga sembuh. Kayanya rujak mangga muda enak kali ya Mah." ucap Bumi lagi.

BU Ningsih mengerutkan dahi.Kamu tuh kaya yang lai ngidam aja Bum, minta mangga muda segala."

Bumi seketika diam sejenak, sepertinya memang apa yang dikatakan para anak buahnya dan sekarang Ibunya sendiri juga mengatakan hal yang sama memang benar adanya.

"Sepertinya Naya hamil,Mah." ucapnya lirih namun dapat di dengar oleh sang ibu.

"Apa kamu bilang Bum, istrimu hamil?" Bu Ningsih mencoba untuk memperjelasnya dan Bumi mengangguk.Ia kemudian mengeluarkan tespeck yang ia temukan di kamar mandi Naya waktu itu.

Bu Ningsih melihat benda pemberian Bumi dengan raut wajah yang sulit diartikan. Namun kemudian tiba-tiba berubah tangis haru.

Ia langsung mengucap syukur karena impiannya mempunyai cucu akan segera terwujud.

"Bodoh, kenapa kamu masih disini Bum, cepat jemput Naya pulang. Masa istri hamil kamu biarin sendiri di bandung. Suami macam apa kamu ini Bum? "

Bumi hanya terdiam kaku, entah bagaimana dia mengatakan pada sang ibu jika menantu kesayangan nya telah kabur.

"Bum, ko malah bengong, cepat susul Naya, di bandung. Perempuan hamil itu sensitif Bum, dia pasti sedih, suami gak ada disisinya, padahal dia lagi pengen sesuatu, atau tengah malam pengen makan apa. "

Seketika Bumi menjadi semakin bertambah rasa bersalahnya. Dia tidak tau harus mulai darimana bilang pada sang Ibu.

"Mah, ada yang ingin Bumi sampaikan sama Mama. " Ucapnya dengan ragu.

"Apa kak? "

"Sebenarnya Naya.. "Bumi menjeda ucapannya sejenak, menunggu reaksi sang Ibu akan seperti apa.

" Ada apa dengan Naya?" tanya Bu Ningsih penasaran.

"Naya...dia kabur Mah."Ucap Bumi sambil menundukan kepala, tak berani melihat raut muka sang ibu yang pastinya akan marah besar terhadapnya.

"Kabur? Apa maksud kamu Bum? kabur bagaimana, kalian bertengkar atau kamu masih saja tidak memprlakukan Naya selayaknya istri?" tanya Bu Ningsih dengan nada marah.

"Tidak Mah, bukan seperti itu, aku memang salah karena telah mendiamkan Naya selama berbulan-bulan dan aku akui itu memang kebodohanku Mah.Tapi aku sudah sadar, bahkan Mama tau sendiri aku datang ke bandung untuk memperbaiki hubunganku dengannya."

"Lalau bagaimana tanggapannya?"

"Dia menerimaku Mah,sungguh. Bahkan saat terakhir kami masih saling komunikasi,sampai akhirnya..." Bumi kembali tak melanjutkan ucapannya, jika Mamanya tahu kalau Nesa sudah kembali apa dia akan marah besar padanya?.

Akhirnya apa? " Tanya Bu Ningsih makin penasaran.

"Naya terpengaruh oleh omongan Ne-sa mah." Ucap Bumi dengan gugup.

"Apa??? Perempuan itu telah kembali? Kamu tahu itu Bum? " Tanya Bu Ningsih tak percaya. Bumi mengangguk.

"Kamu mau kembali pada wanita yang telah berkhianat padamu, makanya Naya pergi. Sungguh Mama kecewa sama kamu, Bum." Bu Ningsih sudah mulai berkaca-kaca teringat Kanaya gadis lugu yang ia anggap bagai putri sendiri itu.

"Tidak mah, bukan seperti itu kejadiannya,aku memang tahu dia sudah kembali, tapi bukan karena kamu akan kembali bersama. Ne-sa memang meminta itu namun aku menolaknya Mah. "

"Benarkah, kamu lagi gak bohongin Mama kan? "

"Tidak Mah, aku sudah tahu seperti apa wanita itu, benar apa yang Mama bilang selama ini. Nesa bukan perempuan baik-baik. Aku sangat bersyukur Mama nikahin aku dengan Naya, aku janji setelah bertemu denganya akan jadi suami dan ayah yang baik untuknya dan anak kami. "

Bu Ningsih bernapas dengan lega, karena putranya sudah menyadari semua kebenaran tentang Nesa dan menerima takdirnya bersama jodoh pilihan sang ibu.

bersambung