Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

"Aku tahu kau bekerja keras, tapi ini mengunjungi sarang ular di tengah malam Amora? Tidak bisakah kau biarkan aku menjagamu setidaknya?" tanya Raja Arthur, menatap Ratu Amora.

Berbeda dengan respon Ratu Amora, Ratu Amora justru menatap tajam, pada Ratu Amora.

"Aku tidak butuh penjaga Arthur, Aku butuh mitra, dan saat ini, aku harus melakukan apa yang kau tidak mau lakukan," jawab Ratu Amora, dingin.

"Aku tidak bilang aku tidak mau!" sergah Raja Arthur.

"Sudahlah," ucap Ratu Amora, memutar bola matanya malas.

"Mina, kau bisa kembali, pastikan Daftar Hitam itu dibawa kepadaku setelah satu jam, dan Tuan Valerius, dia akan di persiapkan untuk eksekusi, sesuai jadwal," perintah Ratu Amora, datar.

"Baik, Yang Mulia," jawab Mina membungkuk dan berjalan kembali ke bawah, meninggalkan mereka berdua.

Ratu Amora berbalik menghadap Arthur sepenuhnya.

"Aku menghargai kekhawatiranmu, Arthur, tapi aku bukan lagi wanita yang sama dengan yang kau abaikan di istana ini selama bertahun-tahun lalu, Aku sudah belajar bagaimana menghadapi ancaman," ucap Ratu Amora dingin.

Raja Arthur melangkah maju, tangannya perlahan meraih tangan Ratu Amora, yang tidak ditarik oleh sang Ratu.

"Aku tahu Amora, dan jujur itu membuatku bangga, tapi juga takut," jawab Raja Arthur, menghela nafas nya panjang.

"Takut pada apa? Kekuatan ku?" tanya Ratu Amora, sedikit mencibir.

"Tidak! Aku takut pada harga yang harus kau bayar untuk kekuatan itu," bisik Arthur, mengusap punggung tangan Ratu Amora dengan ibu jarinya.

"Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, kau terlalu dingin pada dunia, kau membiarkan kebencian pada para pengkhianat itu membakar kebahagiaanmu," lanjut Raja Arthur.

Deg

Sadar atau tidak yang di ucapkan oleh Raja Arthur, itu sama persis dengan apa yang dialami Ratu Amora, yang sekarang berjiwa Jesica Marry.

Dari kehidupan pertama nya, Jesica Marry terlalu keras pada dirinya sendiri, hingga akhir hayatnya Jesica Marry tidak mendapatkan kebahagiaan. Apa di kehidupan ke-dua nya ini sebagai Ratu Amora, Jesica Marry juga tidak akan mendapat kan kebahagiaan nya juga? Karena terlalu keras pada dirinya dan juga pada dunia.

Hah....

Ratu Amora menghela napas, matanya menatap lantai batu.

"Kebahagiaan adalah kemewahan yang tidak bisa ku nikmati saat Kerajaan ini masih penuh dengan tikus, Arthur, Aku harus membersihkannya, sampai ke akar-akarnya," jawab Ratu Amora, pelan.

"Aku tidak ingin kisah masa lalu ku terulang lagi, aku hidup dengan orang yang menjadi sumber penderitaan ku dan berakhir membuat ku kehilangan semua nya," batin Ratu Amora (masa lalu Jesica Marry)

"Aku akan membantumu, mulai besok, aku akan duduk bersamamu di Dewan, Aku akan belajar tentang reformasi ini, dan aku akan mendukungmu, Aku bersungguh-sungguh," ucap Raja Arthur dengan tekad.

"Tetapi malam ini, kau harus istirahat, Aku tidak akan membiarkanmu bekerja semalaman lagi!" lanjut Raja Arthur, dengan suara tidak mau di bantah.

"Kau hanya menggangguku di Sayap Raja," jawab Ratu Amora, mencoba kembali ke nada sarkasme mereka yang biasa.

"Malam ini aku akan tidur di ruangan kita. tidak di kursi mu tenang saja, Aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku ada di sana, dan bahwa kau aman," ucap Raja Arthur tersenyum kecil.

Omakkk kutub Utara mulai mencair😭

"Aku selalu aman, Arthur," Ratu Amora menggeleng.

"Aku tahu, tapi aku tetap akan tidur satu kamar dengan mu, kau butuh kehangatan, Amora. Bukan hanya dari lilin di penjara bawah tanah," ucap Arthur, menarik Ratu Amora perlahan ke dalam pelukan.

Ratu Amora awalnya kaku, namun perlahan, ia membiarkan dirinya bersandar, kehangatan tubuh Arthur, aroma kulit dan pakaiannya, sedikit demi sedikit melunturkan kekakuan yang ia kenakan sebagai perisai, tapi tetap saja hati Ratu Amora terlalu beku dan tidak gampang di robohkan.

"Baiklah, Arthur," gumam Ratu Amora pelan ke dada Arthur.

"Tapi jangan harap aku akan tersenyum, dan jangan coba-coba mencium ku seperti tadi pagi," ucap Ratu Amora, memberikan peringatan keras.

"Aku berjanji, aku hanya akan menjadi penjaga malam ini, tapi janji itu akan berakhir saat matahari terbit, kita akan kembali menjadi sekutu untuk mengamankan Lemos," jawab Raja Arthur, tertawa pelan.

Ratu Amora tersenyum kecil, senyum yang nyaris tak terlihat, tersembunyi di balik kain jubah Arthur.

"Mari kita lihat, Arthur, mari kita lihat seberapa besar kemajuanmu dalam menjadi Raja yang baik," ucap Ratu Amora, melepaskan pelukan Raja Arthur.

Mereka berdua berjalan kembali ke Sayap Raja, keheningan di antara mereka kini terasa lebih nyaman, dipenuhi janji yang terucap dan yang tersembunyi, walupun masih terasa dingin, tapi cukup membuat mereka berdua sedikit terkesan.

Raja Arthur tahu bahwa memenangkan kembali hati Ratu Amora akan lebih sulit daripada memenangkan perang, tetapi setidaknya, malam ini, dirinya telah memenangkan pertempuran kecil untuk tidur bersama.

Tidak membutuhkan waktu lama, Raja Arthur dan Ratu Amora memasuki Sayap Raja, suasana di dalam ruangan terasa hangat, kontras dengan koridor batu yang dingin.

Lampu minyak yang meredup telah diganti dengan lilin baru oleh pelayan yang bertugas, menerangi ruangan dengan cahaya keemasan lembut.

Ratu Amora segera berjalan menuju meja kerjanya, tangannya tanpa sadar merapikan perkamen yang tadi ia tinggalkan.

"Amora!" panggil Arthur, nadanya tegas, tetapi lembut.

"Cukup untuk malam ini, kau bilang kau setuju untuk istirahat," ucap Raja Arthur, kesal.

Ratu Amora menoleh, menatap Arthur yang kini mulai melepaskan jubah luarnya.

"Aku hanya merapikannya, Arthur, kau ingin aku bangun dan menemukan kekacauan yang akan mengganggu pikiranku?" tanya Ratu Amora, mendengus lirih.

"Aku akan merapikannya besok, sekarang kamu harus tidur Ratu Amora Lemos," jawab Raja Arthur penuh penekanan.

Raja Arthur melangkah mendekat, lalu meraih tangan Ratu Amora dan menariknya menjauh dari meja.

"Kau sudah cukup tegang hari ini, biarkan aku melayaninya sedikit, Ratu," ucap Raja Arthur.

Ratu Amora melepaskan tangannya, namun membiarkan Arthur menggiringnya ke sisi ranjang.

"Kau terdengar seperti pelayan, bukan Raja," jawab Ratu Amora, memutar bola matanya malas.

"Aku adalah apa pun yang kau butuhkan saat ini," jawab Arthur, dengan senyum yang tulus.

Ratu Amora, bukan nya tersanjung, justru merasa aneh dengan sikap tidak biasa dari Raja Arthur, yang terkenal dingin itu.

"Kau kenapa?" tanya Ratu Amora, menaikan sebelah alisnya.

"Aku? Memang nya aku kenapa?" tanya balik Raja Arthur.

Raja Arthur duduk di tepi ranjang, dan memberi isyarat agar Amora duduk di sebelahnya.

"Kau aneh, ini bukan Raja Arthur yang aku kenal, yang selalu berwajah datar dan dingin dan yang pasti tidak akan mau repot-repot mengurusi hal-hal yang bukan tentang Lemos," jawab Ratu Amora, duduk dengan sedikit jarak.