“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35.
“Pak, Mi... sudah siap nih.. “ suara seorang perempuan dari arah belakang.
Bapaknya Tarno dan Tami menoleh ke arah suara..
“Tamunya puasa Mak. Emak ikut duduk di. sini saja.” Ucap Bapaknya Tarno agak keras juga.
Tidak lama kemudian dari arah belakang muncul seorang perempuan kira kira berusia empat puluhan tahun. Kulitnya bersih seperti kulit Tarno dan Tami..Wajah ayu alaminya tersenyum ramah menatap Yayuk .
“Haduh Bu kok ke sini pas puasa. Saya masak sayur lodeh kluwih lauk tempe goreng dan ikan asin goreng, ditambah sambel. Dan saya buat es degan.. es kelapa muda.” Ucap perempuan desa yang ayu itu. Dia lah Emaknya Tarno dan Tami.
“Wah nikmat sekali itu Bu, tapi lain kali saja..” Ucap Yayuk, sambil tersenyum ramah menatap Emaknya Tarno yang melangkah ke arahnya.
“Ke mana Bapak, Bu?” tanya Emaknya Tarno sambil memberi salam pada Yayuk.
“Suami saya di depan, kami sedang bicara hal penting. Khawatir kalau ada orang yang tiba tiba datang.” Ucap Yayuk pelan.
“Iya Bu, lain kali datang lagi ke sini, buka puasa di sini juga boleh.” Ucap Emaknya Tarno lalu duduk di salah satu kursi.
“Maaf Bu, saya ini Emaknya Tarno dan Tami. Maaf saya baru menemui, saya tadi dengar Tarno menelepon Tami. Katanya ada tamu mau datang. Ya sudah saya selesaikan masak. Tami saya suruh menjemput Bapak di sawah dan menjemput tamunya.” Ucap Emaknya Tarno menatap Yayuk lalu berganti menatap Tami.
Ekspresi wajah Tami terlihat tidak tenang. Tampak khawatir dan panik. Begitu pula dengan ekspresi wajah Bapaknya Tarno .
“Iya Bu, tidak apa apa, terima kasih kedatangan kami diterima dengan baik..” ucap Yayuk sambil masih tersenyum.
“Mak, Bu Yayuk mengkhawatirkan Bu Waspo memalsu tanda tangan Mas Tarno.” Ucap Tami selanjutnya, yang ekspresi wajahnya masih panik dan khawatir.
“Ya sudah kamu yang menghubungi rumah sakit saja sekarang. Tanya syarat syarat nya apa kalau kita yang mengambil hasil test itu. Kamu kan yang pegang hape Mas Tarno.” Ucap Emaknya Tarno sambil menatap Tami.
“Iya Mi, cepat kamu hubungi rumah sakit, sebelum kedahuluan orang lain yang mengambil.” Saut Bapaknya Tarno.
Tami pun tampak langsung mengambil hand phone yang ada di atas meja. Dan dia segera sibuk menghubungi pihak Rumah sakit.
“Untung Bu, Tarno bisa mendapatkan lagi hand phone yang sudah pernah disita Polisi. Meski pun dia tidak boleh memegang hand phone. Tapi bisa dipakai adiknya.” Ucap Emaknya Yatmi sambil menatap Yayuk.
“Rumah sakit juga menghubungi nomor itu. Pernah memberi informasi kalau hasil test sudah jadi. Tami waktu itu cuma menjawab terima kasih saja.” Ucap Emaknya Tami lagi.
“Iya Bu, kami juga bingung bagaimana cara mengurus selanjutnya kalau sudah punya hasil test itu.” Saut Bapaknya Tarno.
“Untuk urusan selanjutnya memang perlu pembanding nya Pak. Harus ada sample yang di test dari laki laki yang dicurigai sebagai Ayah dari janin itu. Saya akan membantu untuk mendapatkan rambut rambut itu. Tolong katakan pada saya siapa orang orang yang Bapak curigai.” Yayuk pelan namun sangat serius.
Di saat Bapaknya Tarno belum berucap satu patah kata pun untuk menanggapi kalimat Yayuk. Tami sudah selesai menghubungi pihak Rumah sakit.
“Pak, Mak, ini syaratnya kartu keluarga yang menunjukkan ada data Mas Tarno. Surat keterangan kalau Mas Tarno ditahan. Dan surat bukti dari rumah sakit saat Mas Tarno melakukan test.” Ucap Tami sambil menatap wajah Bapak dan Emaknya.
Yayuk yang juga ingin tahu apa mereka bisa mengambil hasil test itu, menatap Tami dan menyimak ucapan Tami.
“Apa masih ada surat dari rumah sakit itu? Dan ada di sini?” tanya Yayuk yang khawatir syarat belum lengkap di siang ini.
“Masih ada Bu, saya yang simpan. Waktu itu surat disimpan di saku celana Tarno. Untung saja orang orang di gudang itu tidak mengambilnya. Hand phone Tarno yang diambil semua data dihapus.” Ucap Bapaknya Tarno sambil bangkit berdiri.
“Kalau syarat syarat sudah ada. Lebih baik kita sekarang ke rumah sakit. Kita pesan taxi on line saja.” Ucap Yayuk penuh semangat. Dia akan mengantar orang orang sederhana itu ke rumah sakit untuk mengambil hasil test DNA janin yang dikandung Yatmi.
“Iya Bu, semua sudah ada kok. Ini mau saya ambil dan saya ganti baju.” Ucap Bapaknya Tarno lalu melangkah menuju ke kamar nya.
“Bu, kita bertiga ikut ya. Saya tidak tega meninggalkan Tami sendirian di rumah.” Ucap Emaknya Tarno yang juga siap siap bangkit berdiri
“Iya Bu. Kalau Bapak Ibu dan Tami belum makan siang, silakan makan dulu.” Ucap Yayuk yang juga siap bangkit berdiri akan memberi kabar ke Respati.
“Iya ya Bu, saya makan dulu. Kalau perut kosong bisa masuk angin Bu..” ucap Emaknya Tarno dan cepat cepat melangkah ke dalam.
Tami pun juga cepat cepat bangkit berdiri untuk bersiap siap pergi ke rumah sakit.
Sementara itu di lain tempat. Sebuah mobil sedan bagus melintas di jalan desa jurusan dusun Argo Pura.
Ninik Waspo duduk di jok depan di samping kemudi. Dia menoleh ke arah kanan, sambil berkata, “ Net cepat sedikit. Sudah ditunggu Bude.”
“Iya Ma, jalan kan nanjak dan nikung..” ucap seorang pemuda ganteng memakai kaca mata hitam. Dialah Arnetto Waspo, anak pertama Pak Waspo.
“Mama sih kenapa tidak kemarin kemarin punya ide memalsu tanda tangan.” Ucap Arnetto lagi sambil terus melajukan mobilnya.
“Aku pikir orang itu mau tanda tangan Net. Ternyata ngeyel juga.” Gumam Bu Waspo sambil menunduk mengusap usap layar hand phone.
“Tapi untung lah perempuan itu mampuuus dengan janinnya. Kalau mereka hidup apalagi janin itu. Pasti akan menuntut warisan kelak.” Ucap Bu Waspo dengan sinis.
Arnetto hanya diam saja sambil terus melajukan mobilnya..
“Net cepat dikit napa sudah tidak nanjak.” Ucap Bu Ninik Waspo lagi, tampak ekspresi wajahnya sudah tidak sabar.
“Iya Ma, sabar.. sekarang tidak nanjak tapi bentar lagi juga nanjak. Mama kan bisa tadi nyuruh Bu De atau Pak De mengirim foto tanda tangan itu. Kita tidak usah repot repot ke sini.” Ucap Arnetto yang kini tampak kesal.
“Sudah jauh, jalannya bikin stres lagi.” Gumam Arnetto tampak masih kesal.
“Tidak hanya untuk melihat tanda tangan Net. Bu De juga menyuruh aku ke sini katanya ada berita penting.” Ucap Bu Waspo sambil menatap ke arah luar jendela mobil.
“Berita kan juga bisa disampaikan lewat hand phone Ma.” Gumam Arnetto sambil terus melajukan mobilnya..
Beberapa saat kemudian mobil melintas di jalan depan proyek Mangkrak, proyek perumahan Puri Argo Nirmala..
Bu Waspo pun menoleh ke arah kanan untuk melihat lokasi proyek itu. Dan kedua mata Bu Waspo melebar saat melihat sesuatu ..
“Net lihat itu!” ucap Bu Waspo dengan nada kaget
nahh yooo ngompol2 ra kw.. syuuukurr kapok ben kapok kui drg sepiro karo leh mu gae
dan om wowo berkalborai ya biar pada kapok itu org yAaa
btw kok mlh pak kadus ya yg menghamili si yatmi
apa g ngereog itu bu kadus klo tau. wahh urusan nya makin panjang aja/Left Bah!//Right Bah!//Left Bah!//Right Bah!//Left Bah!//Right Bah!//Left Bah!//Right Bah!//Left Bah!//Right Bah!//Left Bah!/