Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.
Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.
Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Setelah petualangan nyasar yang ajaib, Revan kembali ke kantor dengan semangat membara. Tapi semangat itu ternyata cuma bertahan... dua hari.
Hari ketiga, Revan duduk di ruangannya dengan wajah pucat, hidung merah, dan suara bindeng.
“Arga...”seru Revan
Arga muncul dengan ekspresi panik. “Bapak kenapa? Jangan bilang... mantan Bapak nempel lagi?”
“Lebih parah. Aku kena flu.” jawab Revan lemah
Beberapa jam kemudian, Laras datang tergesa sambil bawa tas jinjing isi... segala macam ramuan.
“Obat, madu, jahe, minyak kayu putih, dan bubur instan rasa ayam. Katanya kamu sakit, ya?” tanya Laras
Revan yang sudah lunglai di sofa kantor mengangkat tangan lemah. “Laras... kamu kayak ibu kos.”
Laras langsung duduk di sebelahnya dan meraba dahi Revan.
“Gila, panas kamu bisa goreng telur!” ujar Laras
“Kayaknya cuma flu...” jawab Revan
“Cuma apaan Ini udah borderline rebus kepala!” jawab Laras
Laras mulai sibuk menyetel playlist lagu instrumental ala spa.
Menyuruh Arga beli air kelapa muda.
Memakaikan Revan bando dingin yang ada gambar dino di depannya. (Itu satu-satunya yang dia temukan di minimarket.)
Revan, sambil rebahan, mengeluh lemah. “Aku CEO. Ini gak cocok sama... dino-dinoan.”
“Kamu CEO sakit. Jadi diem aja dan pasrah.” jawab Laras
Laras kemudian menyuapi bubur ayam, tapi... dengan gaya militer.
“Satu suapan, satu tegukan. Kalau kamu nolak, aku masukkan bubur ini lewat telinga.” ujar Laras
Revan ngakak setengah batuk. “Kamu tuh... perawat atau tukang satpam?”
Setelah makan, Revan rebahan sambil menatap Laras.
“Kamu tau gak... ini pertama kali aku sakit dan gak sendirian.” ujar Revan
Laras berhenti mengaduk madu. “Maksudnya?”
“Biasanya... sakit sendirian. Karena orang tuaku sibuk dan jarang ada di sini, aku juga lebih suka tinggal di rumahku sendiri, ... ya, kamu tau lah ceritanya.” jawab Revan
Laras diam sejenak. Kemudian duduk di pinggir sofa, menepuk-nepuk tangan Revan.
“Tenang, sekarang ada aku. Tapi jangan kebanyakan manja. Aku bukan suster panggilan.” jawab Laras
Revan tertawa kecil. “Tapi kamu paling bawel... dan paling bikin nyaman.”
Malamnya, di Rumah Revan
Laras ngotot mengantar Revan pulang dan memastikan dia istirahat.
“Aku tidur di sofa. Titik.”. Ujar Laras
Revan protes. “Kamu bisa pulang. Gak enak ngerepotin.”
Laras melempar bantal ke mukanya. “Revan, kamu pikir aku tega ninggalin pasien kayak kamu? Bisa-bisa kamu ngigau dan nelfon Clara.”
“Naudzubillah.” seru Revan
Malam itu, Laras benar-benar merawat Revan seperti pasien ICU.
Dia bolak-balik ganti kompres.
Nulis jam minum obat di sticky note.
Bahkan ngecek suhu tubuh tiap dua jam.
Dan yang paling ajaib... dia tidur di sofa sambil pakai masker wajah dan bawa kipas kecil buat ngusir nyamuk.
Pagi Hari
Revan bangun dan merasa... segar.
Tidak hanya karena tubuhnya lebih baik, tapi karena aroma kopi dan suara... karaoke?
Dari dapur terdengar suara sumbang Laras menyanyikan lagu lawas:
“Kaauu cinta aku, jangan pernah lelah menjaga hatikuuu~”
Revan jalan pelan ke dapur dan melihat Laras masak omelet pakai apron bergambar kucing.
“Kamu masak?” tanya Revan
Laras menoleh. “Selamat pagi, pasien. Kalau kamu gak suka rasa omeletnya, pura-pura pingsan aja
Setelah sarapan, Revan menatap Laras serius.
“Lar, makasih ya.” ujar Revan
Laras diam sebentar. “Iya, sama-sama. Tapi jangan terharu.”
Revan tersenyum
Arga Masuk Tanpa Ketuk pintu,
“Bos, saya bawa laporan mingguan—”
Arga beku di tempat. Melihat Laras pakai apron, Revan duduk di meja makan, dan suasana... seperti pasangan suami istri.
“Eh... saya balik lagi aja ya. Maaf, saya lupa saya masih single.” seru Arga
Revan baru sembuh total dari flu ketika sang mama, Ny. Veronica mengirim pesan misterius:
“Revan sayang, Ibu dengar kamu sedang dekat dengan seorang wanita? Undang dia ke rumah akhir pekan ini. Papi dan tante Rina juga ingin kenalan.”
Revan langsung pucat. Bukan karena takut. Tapi... karena yang dimaksud “tante Rina” adalah sumber segala gosip keluarga, dan yang dimaksud “kenalan” biasanya berarti interogasi skala nasional.
Revan Minta Tolong... dengan Ragu
Hari itu, Revan mendekati Laras yang sedang mengetik sambil menyanyi sumbang di kantor.
“Lar... akhir pekan ini kamu sibuk gak?”
“Kalau disuruh ngitung bonus karyawan, sibuk. Kalau diajak nonton konser dangdut, hayuk.”jawab Laras
Revan tertawa. “Aku mau kenalin kamu ke keluarga.”
Laras berhenti ngetik. “Keluarga kamu? Yang tajir-tajir itu?”
Revan mengangguk canggung. “Yang kadang... agak gimana gitu.”
Laras mendelik. “Gimana itu? Suka nyinyir? Suka nyodorin pertanyaan ‘kapan nikah’? Suka banding-bandingin sama mantan?”
“Ya... semua itu digabung.”jawab Revan
Laras berdiri sambil tepuk tangan. “Wah seru! Aku suka tantangan! Kita gas, Pak Bos.”
Bersambung
🌹🌹🌹🌹🌹