Ryan, kekasih Liana membatalkan pernikahan mereka tepat satu jam sebelum acara pernikahan di mulai. Semua karena ingin menolong kekasih masa kecilnya yang sedang dalam kesusahan.
Karena kecewa, sakit hati dan tidak ingin menanggung malu, akhirnya Liana mencari pengganti mempelai pria.
Saat sedang mencari mempelai pria, Liana bertemu Nathan Samosa, pria cacat yang ditinggal sang mempelai wanita di hari pernikahannya.
Tanpa ragu, Liana menawarkan diri untuk menjadi mempelai wanita, menggantikan mempelai wanita yang kabur melarikan diri, tanpa dia tahu asal usul pria tersebut.
Tanpa Liana sadari, dia ternyata telah menikah dengan putra orang paling berkuasa di kota ini. Seorang pria dingin yang sama sekali tidak mengenal arti cinta dalam hidupnya.
Liana menjalani kehidupan rumah tangga dengan pria yang sama sekali belum dia kenal, tanpa cinta meskipun terikat komitmen. Sanggupkah dia mengubah hati Nathan yang sedingin salju menjadi hangat dan penuh cinta.
Temukan jawabannya disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.02. Menikah dengan Orang Asing
"Tuan, aku dengar mempelai wanitamu telah kabur. Jika demikian, izinkan aku untuk menggantikan tempatnya. Aku bersedia menjadi pengantin wanita untukmu."
Kata-kata Liana membuat mata pria itu sedikit menyipit. Sesaat, Liana melihat ada bias keterkejutan di mata kelam pria itu.
Dia menatap Liana sejenak. Lalu berucap lirih dengan nada yang tajam, "Nona, apakah Anda yakin tentang hal ini? Saya adalah lelaki yang cacat. Jika kamu menikah denganku, kamu akan menyesal cepat atau lambat."
Liana tidak langsung menjawab ucapan pria itu. Sebaliknya, dia menatap wajah tampan pria itu dengan tajam, lalu kemudian dia bertanya, "Tuan, mohon jawab pertanyaan saya, apakah Anda akan meninggalkan istri Anda demi untuk wanita lain?"
"Tentu saja tidak!" jawab pria itu tanpa ragu, nadanya tegas. Pun demikian juga wajahnya.
"Kalau begitu, saya juga tidak akan menyesal." sahut Liana, tekadnya bulat tidak tergoyahkan. "Selama anda setuju, saya akan menikah dengan anda."
Melihat ketulusan di mata Liana, pria itu tidak punya alasan untuk menolak. Dengan anggukan pelan dan penuh pertimbangan, ia menjawab, "Baiklah, kalau begitu mari kita menikah."
Dan begitulah, pernikahan Liana pun terjadi begitu saja. Pernikahan yang hampir saja dibatalkan, tetap berjalan sesuai rencana.
Dengan Pendeta sebagai saksi, mereka berdua dengan mantap saling bertukar sumpah, suara mereka penuh keyakinan dan percaya diri tanpa adanya keraguan lagi.
Saat mereka berjalan keluar dari gereja, Liana merasakan ada suatu perasaan aneh menghinggapi dirinya.
Ironis sekali, hanya dalam waktu beberapa jam, dia telah menikah dengan seorang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Bukankah itu hal yang aneh.
Sambil mendorong pelan kursi roda suaminya, Liana berjalan menyusuri lantai menuju ke parkiran, tiba-tiba Liana menyadari sesuatu, "Tuan, ngomong-ngomong, aku bahkan belum tahu namamu. Namaku Liliana Wijaya."
"Nathan Samosa," jawab suaminya, suaranya
terdengar tenang. Wajahnya pun terlihat tak beriak.
Mata Liana membelalak karena terkejut. "Tunggu, Anda adalah Nathan Samosa? Putra sulung keluarga Samosa?"
Nathan menyeringai ketika melihat keterkejutan di wajah Liana. Ada sedikit ejekan dalam senyumannya.
"Ada apa? Sekarang kamu tahu kamu telah menikahi pria yang dianggap pecundang oleh semua orang, apa kamu menyesalinya?
Cerita tentang Nathan Samosa, putra sulung keluarga Samosa yang berkuasa, sudah menjadi buah bibir dan perbincangan di seluruh kota.
Ibunya telah meninggal saat melahirkan. Dan ayahnya telah menikah lagi.
Kemudian, sebuah kecelakaan mobil membuat pria itu lumpuh, dan mengubahnya menjadi orang yang dianggap pecundang.
Ketika ibu tirinya melahirkan seorang anak laki-laki, dia menjadi semakin terbuang dalam keluarga Samosa.
Tanpa neneknya, Anie Samosa, yang selalu membela dan melindunginya, Nathan kemungkinan besar akan dibuang.
Sejauh ini, Nathan mengalami berbagai ketidakadilan. Dia dibiarkan berjuang sendiri. Nasibnya jauh lebih buruk daripada seseorang yang hidup di jalanan. Sungguh menyedihkan.
Dalam benak Nathan, tidak ada wanita waras yang mau menikah dengan pria seperti dia kecuali wanita itu hanya mengejar uangnya.
Dia bukan hanya seorang penyandang disabilitas, dia adalah anak laki-laki yang terbuang dari keluarga Samosa. Dia sepenuhnya berpikir Liana akan kecewa.
Dia sudah siap untuk melihat penyesalan atau kepahitan yang membayang di wajah wanita itu.
Namun, yang mengejutkannya, Liana tidak menatapnya dengan rasa iba atau jijik, tetapi dengan pemahaman yang mendalam dan tak terucapkan, seolah-olah dia melihat Nathan, apa adanya, sosok yang berbeda yang ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya mencintainya.
Liana menggeleng pelan dan mengulurkan tangannya, dia meraih tangan Nathan dengan lembut, "Aku sudah bilang, ketika aku sudah membuat keputusan, aku tidak akan menyesalinya. Sekarang setelah kita menikah, aku akan memastikan kamu memiliki rumah dan keluarga yang sesungguhnya, rumah yang hangat dan penuh kasih sayang."
"Benarkah begitu?" Suara Nathan bercampur dengan keraguan, keraguan yang terpancar jelas di mata pria itu."Kita lihat saja nanti."
Dia tidak mempercayai ucapan Liana, itu yang di tangkap oleh Liana.
Hari Nathan bertaruh dengan penuh rasa penasaran, bertanya-tanya berapa lama wanita itu bisa mempertahankan pernikahan ini setelah dia menyadari bahwa tidak ada apapun yang bisa didapat darinya.
Lalu sebuah mobil mewah berhenti di depan mereka, membuyarkan lamunan Nathan.
"Ayo kita pergi..." Nathan berkata, nadanya terdengar memerintah.
Liana terdiam, keraguan muncul di matanya, "Kau mau membawaku ke mana?"
"Rumah, tentu saja," jawabnya dengan cukup yakin, "Kita sudah menikah sekarang, jadi tentu saja, kita akan tinggal bersama."
Rumah?
Kata itu membuat jantung Liana berdegup kencang.
Kata rumah mengingatkannya pada rumah yang pernah ia tinggali bersama Ryan. Rumah yang telah ia bangun dengan susah payah untuk masa depan mereka bersama.
Namun, setelah menikah dengan Nathan, ia tahu bahwa ia harus memutuskan hubungan dengan masa lalunya.
Dengan menarik napas panjang, ia menoleh ke arah Nathan dan berkata, "Ada beberapa hal yang harus saya urus terlebih dahulu. Bisakah Anda membagikan informasi kontak dan alamat Anda kepada saya? Saya akan segera pindah segera setelah saya selesai."
Nathan mengangkat alisnya, tatapannya tajam, "Anda tidak ingin saya memberikan tumpangan?"
"Tidak, tidak apa-apa." jawabnya, suaranya tegas namun lembut. "Saya bisa mengatur diri saya sendiri, saya tidak ingin merepotkan Anda."
Dia tidak membantah. Setelah bertukar nomor telepon, pria itu langsung masuk ke dalam mobil dan pergi.
Setengah jam kemudian, Liana sudah berdiri di depan apartemen yang ditempatinya bersama Ryan.
Liana memutar anak kunci dan terdengar suara pintu yang berderit terbuka dan menampakkan ruangan yang penuh dengan kenangan masa lalu.
Liana melangkah masuk, memperhatikan setiap detail dari bagian rumah yang dikenalnya, taplak meja, tanaman hias di dalam pot, setiap bagian telah dipilihnya dengan cermat, mengingatkannya akan hubungannya dengan Ryan, hatinya terasa dingin.
Sekarang, rumah itu terasa seperti penjara. Penjara yang mengurungnya dalam masa lalu.
Tanpa berpikir panjang, ia bergerak menuju semua dekorasi itu, merobohkannya, membuang semua tanaman - tanaman itu, dan melemparkannya semuanya ke tempat sampah.
Dia telah memilih untuk memulai sesuatu yang baru, dan itu berarti meninggalkan masa lalu, tidak peduli seberapa sakitnya.
Setelah membersihkan sisa-sisa kehidupan lamanya, dia mulai mengemasi barang-barangnya. Saking asyiknya, ia sampai tidak mendengar suara langkah kaki yang mendekat.
Ryan, lelaki itu telah kembali. Dia, berdiri tegak di depan pintu, wajahnya terlihat kaget dan tidak percaya. Dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi untuk bertanya,
"Liana, apa yang sedang kamu lakukan?"
Dari pada kamu ngehujat para penulis Noveltoon, dan bikin dosa, lebih baik nggak usah baca novel - novel di aplikasi ini. Saya merasa miris dengan pembaca seperti anda
Bagimana susahnya para penulis ini membuat novel, dan anda cuma tahu memaki, saya kasihan banget pada anda. ?
buanglah mantan pada tempatnya
selamat datang kehidupan baru
semoga masa depanmu secerah mentari pagi