NovelToon NovelToon
The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

The Vault : Organisasi Penyeimbang Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Mata-mata/Agen
Popularitas:288
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

The Vault membawa pembaca ke dalam dunia gelap dan penuh rahasia di balik organisasi superhero yang selama ini tersembunyi dari mata publik. Setelah markas besar The Vault hancur dalam konflik besar melawan ancaman luar angkasa di novel Vanguard, para anggota yang tersisa harus bertahan dan melanjutkan perjuangan tanpa kehadiran The Closer dan Vanguard yang tengah menjalankan misi di luar angkasa.

Namun, ancaman baru yang lebih kuno dan tersembunyi muncul: Zwarte Sol, sebuah organisasi rahasia peninggalan VOC yang menggabungkan ilmu gaib dan teknologi metafisik untuk menjajah Indonesia secara spiritual. Dengan pemimpin yang kejam dan strategi yang licik, Zwarte Sol berusaha menguasai energi metafisik dari situs-situs kuno di Nusantara demi menghidupkan kembali kekuasaan kolonial yang pernah mereka miliki.

Para anggota The Vault kini harus mengungkap misteri sejarah yang tersembunyi, menghadapi musuh yang tak hanya berbahaya secara fisik, tapi juga mistis, dan melindungi Indonesia dar

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suara Dari Dalam Es

Monitor utama memperlihatkan gelombang magnetik yang tak biasa—seperti pusaran tak kasatmata yang mencengkeram kapal dari segala arah.

Dira langsung berdiri dari kursinya. “Apa yang terjadi?”

“Bukan serangan,” sahut Bagas, jemarinya sibuk menari di atas panel kontrol. “Tapi kita terkunci. Seluruh sistem navigasi tidak merespons. Seolah... ada medan gaya besar yang menahan kita di tempat.”

“Dari mana sumbernya?” tanya Dira cepat.

Arka menjawab datar, “Terdeteksi fluktuasi medan magnet ekstrem dari dasar laut sekitar gerbang. Kemungkinan besar, gaya tarik berasal dari formasi batu es besar yang kita deteksi sebelumnya.”

Rivani mengerutkan dahi. “Apa... es bisa menghasilkan gaya magnet?”

“Kalau bukan es biasa,” Yuni menimpali. “Mungkin bukan sekadar batu es, tapi sesuatu yang menyimpan energi kuno. Entah teknologi, atau sesuatu yang... lebih tua.”

Kamera luar menampilkan pemandangan menakjubkan. Gerbang batu setinggi bangunan lima lantai berdiri tegak di dasar laut. Sekilas tampak seperti ukiran raksasa dari zaman prasejarah, tapi saat diperbesar, terlihat lapisan-lapisan logam aneh di sela-sela esnya—membentuk pola melingkar, mirip dengan simbol di buku Noval.

“Kita lihat lebih dekat ukirannya,” ujar Noval. Ia membentangkan bukunya, membuka halaman yang penuh catatan coretan tangannya sendiri. “Ini... aneh. Simbolnya bukan hanya huruf atau bahasa. Tapi semacam instruksi. Petunjuk.”

Intan mendekat. “Petunjuk buat apa?”

“Membuka gerbang. Tapi caranya... bukan dengan paksa. Melainkan frekuensi.”

“Frekuensi?” tanya Rendi.

“Ya. Lihat ini.” Noval menunjuk salah satu ukiran yang tampak seperti gelombang sinus. “Ini bukan simbol biasa. Ini mirip dengan notasi suara. Kayak... nada.”

Yuni langsung menangkap maksudnya. “Gerbang ini hanya terbuka dengan resonansi suara tertentu.”

Dira menoleh cepat. “Kalau begitu, kita cari cara nyalain nada itu. Bisa lewat speaker kapal?”

Bagas menggeleng. “Gak bisa. Sistem audio kita ikut terganggu. Tapi... mungkin bisa manual. Kita bawa alat akustik portabel, ingat?”

Dira mengangguk. “Ambil. Sekarang.”

Sementara itu, medan magnet semakin menekan. Bagian luar kapal mulai menunjukkan distorsi kecil di lapisan metal. Goresan-goresan es merambat seperti saraf beku yang menjalar ke jendela luar.

Rivani mengetuk layar. “Kalau tekanan ini terus berlanjut, struktur kapal bakal retak.”

“Waktu kita sedikit,” ucap Intan. “Kalau mau buka gerbang, harus sekarang.”

 

Beberapa menit kemudian, tim berkumpul di ruang tengah. Noval membuka alat frekuensi akustik—semacam tuning device canggih yang digunakan untuk analisis sonar. Dira dan Bagas membantu menyambungkannya ke sistem pembaca resonansi Arka.

“Arka,” kata Dira. “Bantu cocokkan pola frekuensi dari alat ini ke simbol yang ditampilkan di dinding gerbang.”

“Dikonfirmasi. Memulai pemindaian dan sinkronisasi.”

Terdengar suara denting halus saat alat mulai menyusun nada. Bukan seperti musik, tapi lebih seperti suara lonceng logam yang tenggelam dalam air. Lambat, mengalun, menggetarkan udara.

Dan saat suara ketiga diputar, sesuatu bergerak.

Semua menoleh ke layar.

Gerbang itu... berdenyut.

Lapisan esnya bergetar, dan dari tengah-tengah celah vertikalnya muncul cahaya merah tipis, seolah retakan api di dalam es kuno.

Yuni mendekat ke layar, matanya menajam. “Nada itu benar. Gerbang mulai merespons.”

Namun tak lama kemudian, sinyal frekuensi padam.

Alat mendadak mati.

Arka melaporkan, “Interferensi elektromagnetik meningkat. Kemungkinan ada sistem pertahanan otomatis yang memblokir sinkronisasi.”

“Seperti... puzzle yang salah jawab, lalu dikunci lagi,” desah Rendi.

“Kita perlu frekuensi keempat,” ujar Noval, panik. “Tapi... di buku ini, halaman terakhirnya hilang. Sobek sejak dulu!”

Keheningan menekan mereka seperti air di luar kapal. Hingga tiba-tiba, Yuni membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sesuatu.

Potongan sobekan kertas.

“Ini... aku nemu waktu di Goa Garut. Sama dengan halaman buku Noval. Tapi waktu itu aku gak tahu apa artinya. Sekarang baru nyadar.”

Noval mengambil sobekan itu. Matanya berbinar. “Ini dia! Nada keempat. Gelombang dengan panjang 432 Hz. Frekuensi solfeggio klasik.”

Bagas cepat menyambungkan alat kembali.

Dira menatap semua orang. “Kita coba sekali lagi. Tapi setelah ini, gak ada jaminan kapal masih bisa bertahan di posisi ini.”

Semua angguk.

Nada pertama diputar.

Nada kedua.

Nada ketiga.

Dan... nada keempat.

 

Gerbang batu itu bergetar hebat.

Retakan merah di tengahnya merekah perlahan, membuka seperti kelopak bunga api di dasar laut. Dari celahnya, keluar semburan cahaya merah dan... suara.

Bukan suara mesin.

Bukan suara makhluk.

Tapi... suara manusia. Bisikan. Tua dan berulang-ulang.

“Masuklah... bila kau tahu... jalan kembali...”

Darah semua orang terasa membeku. Dira mencengkeram kursinya. “Apa itu tadi?”

Arka menjawab, “Gelombang suara terpantul. Dipastikan bukan berasal dari kita. Itu berasal dari balik gerbang.”

Cahaya dari gerbang menyala semakin terang. Tapi kapal masih belum bisa bergerak.

“Kita belum bisa maju,” kata Bagas. “Masih ada medan magnet yang ngunci.”

Rendi tiba-tiba bersuara. “Tunggu. Kalau kita nggak bisa kabur pakai sistem normal... mungkin kita bisa lepas pakai tekanan balik.”

Intan menoleh. “Maksudnya?”

“Tekan udara dari tangki cadangan, lalu ledakkan ke satu sisi kapal. Kayak dorongan roket terbalik. Gak presisi, tapi cukup buat keluar dari medan magnet kalau sudutnya pas.”

Bagas langsung merespon. “Gila, tapi masuk akal. Tapi butuh waktu nyesuaiin sudut dan tekanan. Salah dikit, kita bisa terbanting ke batu es.”

Dira tak ragu. “Lakuin. Kita gak bisa diam di sini.”

Sementara Bagas dan Rendi bekerja, Noval dan Yuni menatap gerbang yang kini terbuka separuh. Di dalamnya... terlihat lorong. Bukan alami. Tapi terstruktur. Ada dinding. Ada ukiran. Dan samar-samar, seperti bayangan tubuh... berdiri di ujung sana.

“Gerbang ini bukan ke tempat kosong,” bisik Yuni. “Ada... sesuatu menunggu kita di dalam.”

Rivani bergumam, “Atau... pernah dikurung, dan sekarang siap keluar.”

Bagas berseru, “Siap dorongan tekanan! Pegang semua!”

FX Vault Tank 805 berguncang keras. Ledakan kecil terdengar dari sisi kapal, dan tekanan besar mendorong mereka ke samping.

Medan magnet pecah.

Kapten Arka melaporkan, “Kita bebas. Tapi ada tarikan baru dari dalam lorong. Seperti... gravitasi internal.”

“Kita ditarik masuk?” tanya Dira.

“Bukan ditarik... diundang.”

Dira menatap ke layar—ke gerbang terbuka yang kini bersinar merah seperti mata dewa kuno yang terbangun. Tak ada lagi jalan mundur.

“Majukan kapal. Kita masuk.”

FX Vault Tank 805 meluncur perlahan ke dalam lorong bawah laut itu. Cahaya merah mulai melingkupi seluruh ruang dalam. Satu per satu instrumen kapal mulai berubah nilainya, seolah ada sistem baru yang mengambil alih.

Dan saat mereka benar-benar melewati gerbang...

Lampu mati total.

Suara lenyap.

Semua jadi gelap.

Bersambung.....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!