NovelToon NovelToon
Pernikahan Yang Ketiga

Pernikahan Yang Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Janda / Cerai / Identitas Tersembunyi / Cinta Lansia
Popularitas:13.4k
Nilai: 5
Nama Author: CovieVy

Setelah sepuluh tahun menjanda setelah pernikahan kedua, Ratna dihadapkan oleh perilaku tak terduga dari anak tiri yang ia rawat. Setelah menikah dengan Dirli, Amora mengusir Ratna dari rumah peninggalan ayahnya (suami Ratna).

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria tua memakai jaket ojek online. Pria bernama Robin itu melihat ketulusan Ratna yang menolong orang yang tak dikenal. Dengan lantang ia mengajak Ratna menikah.

Dalam pernikahan ketiga ini, ia baru sadar, banyak hal yang dirahasiakan oleh suami barunya, yang mengaku sebagai tukang ojek ini.

Rahasia apakah yang disembunyikan Robin? Apakah dalam Pernikahan yang Ketiga dalam usia lanjut ini, rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada konflik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Siasat Amora

Mendengar itu semua, Robin menghentikan langkahnya. Wirya tentu ikut menghentikan langkahnya juga.

Namun tak ada getaran sedikit pun di wajah Robin. Matanya tetap tenang, seolah ucapan Nancy hanyalah gema usang dari masa lalu yang sudah lama ia kubur.

Wajah itu masih terlihat datar, seakan kata-kata Nancy adalah serpih masa lalu yang tak lagi layak untuk direspon. Sebuah senyum dingin menggores bibirnya, terlihat pahit, tanpa harapan sedikit pun.

Ia kembali melanjutkan langkah, meninggalkan tempat itu tanpa sepatah kata pun.

“Nggak bisa begitu, Robin! Robin! Mau ke mana kau?!”

Nancy akhirnya berteriak. Suaranya gemetar, tak jelas, entah karena marah, sakit hati, atau mungkin putus asa.

Dirli masih terpaku. Matanya menatap Nancy, lalu beralih pada Robin yang telah menjauh memasuki lift dan akhirnya menghilang saat pintu lift itu

Mulutnya sedikit terbuka, seakan belum sanggup mencerna semuanya.

Beberapa detik kemudian, ia tersadar dan buru-buru menahan Nancy.

“Tante … jangan teriak-teriak di sini. Nanti Pak Robin bisa memanggil keamanan ke—”

Nancy menoleh. Wajahnya yang tadinya memelas, kini berubah datar, dingin, seakan menghitung hasil drama yang telah ia buat.

"Hmmm, ternyata dia tak merespon sama sekali," gumamnya sedikit menelengkan kepala.

Setelah itu, ia menatap Dirli dengan cara yang membuat pria muda itu menggigil tanpa sebab.

“Kau bisa jadi mata dan tangan Tante, Dirli. Jangan buang kesempatan. Bantu Tante … atau kita berdua bisa tersingkir dari lingkarannya.”

Ia melipat tangan di dada. Senyumnya bukan lagi milik wanita yang ditinggal kekasih, tapi milik seorang pemain lama yang kembali turun gelanggang.

.

.

.

Di warung kopi, Ratna hanya bisa duduk mematung sambil memperhatikan Amora yang membuat dapur seperti kapal pecah. Gelas-gelas plastik yang tak cocok pasangannya menumpuk di wastafel, sisa air kopi menggenang di meja kayu yang mulai lapuk.

“Amora, sebenarnya kamu mau apa di sini?”

Nada suara Ratna tak meninggi, tapi wajahnya tampak lelah dengan peluh yang menetes tanpa henti. Alih-alih menolong, yang ada Amora selalu melakukan kesalahan, membuat Ratna mengulang semua dari awal kembali.

Ratna menghela napas panjang, meletakkan lap di meja, lalu menatap anak tirinya itu dengan mata yang berkaca lelah.

“Kamu itu dari dulu nggak pernah bantuin Mama. Kenapa sekarang tiba-tiba memaksa untuk membantu Mama?"

Amora berhenti mengaduk kopi yang dicampur creamer, lalu menoleh pelan. Ada sedikit gugup di sorot matanya teringat ancaman Robin. "Tolong jangan katakan kepada Pak Tua itu. Aku masih belajar. Aku janji tak akan merusak lebih banyak dari ini," ucapnya dengan wajah memohon.

'Harus dibaikin dulu pokoknya selama lima bulan ini. Kalau bisa meracik kopi sendiri, warung ini akan aku ambil."

‘Lima bulan cukup untuk memoles kemampuan… dan menggantikan dia dari tempat ini. Warung ini terlalu kecil untuk dua perempuan.’ batinnya penuh dendam. Akan tetapi, bibirnya sedang terulas senyuman kikuk di hadapan Ratna.

‘Pak Tua itu harus tahu siapa yang lebih kuat. Apa dia tak sadar telah memberiku kesempatan untuk bisa menguasai tempat ini. Sekarang harus belajar dulu dengan tekun.’ batin Amora, senyumnya terulas rapat seperti menyimpan racun.

Ratna memijit pelipisnya. "Jadi semua ini karena dia?" gumamnya.

Tanpa menjawab pertanyaan Ratna, Amora kembali berlatih meracik minuman kopi berharap rasanya lebih enak dibanding tadi.

Dengan wajah melas, Ratna mengambil kain lap, berencana membersihkan semua bekas uji coba yang dilakukan sang anak tiri.

"Permisi ...."

Terdengar ada pelanggan yang masuk. Ratna segera menaruh kain lap tadi di pundaknya.

"Sela—" Ratna menatap pria yang berpakaian rapi dengan setelan jas memasuki warung kopinya. Kepalanya sedikit meneleng, merasa wajah pria itu tak asing di matanya.

"Selamat datang, apa Bapak pernah ke sini sebelumnya?" sapa Ratna dengan ramah.

Pria bersetelan jas tersebut tersenyum tipis. "Ini untuk pertama kali saya datang ke sini, Nyo— maksud saya Bu," ucapnya dengan nada hormat.

Ratna mencoba mengingat kembali, tetapi benar-benar tak terlupakan olehnya karena setiap hari menghadapi orang banyak. "Mau pesan apa, Pak?"

"Saya pesan dua ya. Satu moca dingin, satu lagi americano."

"Baik, Pak. Silakan duduk. Mohon tunggu sejenak." Ratna masih mencoba-coba mengingat wajah itu.

"Sekarang kita buat apa lagi?" tanya Amora yang kini memiliki target baru, menjelang lima bulan ini.

Ratna membuka tutup toples berlabel "Arabica Medium Roast", menggenggam secukupnya bubuk kopi dengan sendok kayu kecil, lalu memasukkannya ke dalam portafilter. Tangannya lincah dan tenang. Ia menepuk ringan permukaan bubuk, menekannya dengan tamper, lalu mengunci portafilter ke mesin espresso yang berdenting pelan.

"Perhatikan baik-baik. Americano itu dasarnya espresso, tapi ditambah air panas, bukan susu," ujar Ratna tanpa menoleh, suaranya rendah namun jelas.

"Yang barusan itu espresso?" Amora mencolek bubuk yang jatuh di pinggir meja, mencoba melihat dari samping.

"Ya. Nah, sekarang kita tarik shot-nya."

Dengan gerakan mantap, Ratna menyalakan tuas mesin. Cairan pekat kehitaman menetes perlahan ke dalam cangkir kecil di bawahnya. Aroma kopi segar segera memenuhi dapur sempit itu. Ia mengambil teko air panas, lalu menuangkannya hati-hati ke dalam cangkir espresso, sekitar dua pertiga volumenya.

"Ini americano. Rasa aslinya tetap kuat, tapi lebih ringan di mulut. Biasanya yang suka ini orang yang ingin kopi tanpa repot dan tanpa gula."

Amora mengangguk, meski tak benar-benar paham. Ia hanya menggaruk pipi mencoba untuk mengingatnya.

Setelah itu, Ratna menggeser gelas kedua. Kali ini gelas plastik tinggi, transparan. Ia memasukkan beberapa bongkah es batu, lalu mulai meracik moca dingin.

"Kalau moca, dasarnya juga espresso. Tapi kita tambahkan cokelat cair dan susu," jelasnya lagi.

Ia kembali menekan kopi bubuk ke dalam portafilter dan menarik shot kedua. Sembari menunggu, ia mengambil cokelat leleh dari botol plastik, memutarnya ke dasar gelas es hingga membentuk pola seperti sulur.

Setelah espresso siap, ia menuangkannya ke dalam gelas berisi cokelat dan es. Lalu, dengan tangan yang stabil, ia menambahkan susu cair yang sudah ia kocok sedikit sebelumnya agar terasa lembut.

"Aduk pelan, biar warnanya tetap cantik, tapi rasanya nyatu," gumam Ratna sambil menaruh sedotan dan menutup gelas moca dengan tutup plastik dome.

Ia menaruh kedua minuman itu di atas nampan kecil.

"Sekarang, kamu antarkan ke meja depan," katanya setelah memasukan ke dalam kantong kepada Amora.

"Sekalian belajar, ini juga bagian dari pelayanan," ucap Ratna tanpa curiga akan perubahan Amora yang drastis ini.

Amora menatap kantong yang berisi dua cup kopi itu dengan kagum. "Walau ini hanya warung pinggir jalan, ternyata Mama bisa menampilkannya seperti di kafe-kafe mahal ya?

Ratna hanya tersenyum samar. Matanya masih menatap pria bersetelan jas di meja pojok, yang kini sedang melihat-lihat interior warung seolah mengenang sesuatu.

"Pak, silakan," ucap Amora berjalan dengan hati-hati, takut tumpah lagi seperti tadi.

"Terima kasih," ucapnya sembari menyerahkan sejumlah uang. "Sisanya boleh diambil," ucapnya lagi membuat wajah Amora berbinar.

Pria itu segera keluar menuju sebuah super car yang berada tak jauh dari sana. Setelah masuk ia disambu oleh pria yang tadinya menopang kepala di setir merasa pusing dengan apa yang baru saja dialaminya.

"Bagaimana dengan anak itu? Apa dia bekerja dengan baik?"

"Tadi yang mengantarkan minuman ini, dia, Pak," ucap Wirya.

"Apa boleh minum di siang bolong begini?" tanya Robin dengan wajah frustrasi.

"Minum kopi ini saja, Pak. Kalau Anda minum alkohol, nanti istri Anda bisa curiga."

Mampir yuk sama cerita teman aku

Judul: Kakak Jutek, I Love You

Author: Elprida Wati Tarigan

Aulia Putri Ardinata adalah mahasiswi terpopuler, bukan hanya terkenal dengan kepintaran dan juga kecantikannya. Namun, dia juga terkenal dengan sifat playgirl, yang dengan mudah berpaling ke pelukan pria lain. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sosok pria yang mampu menghipnotisnya dalam sekejap.

Alfa Aldelard, sosok pria dingin dan juga cuek. Dia adalah putra termuda keluarga Aldelard yang tinggal di sebelah kediaman keluarga Ardinata. Bukan hanya tetangga, tetapi keluarga mereka memiliki kerja sama bisnis yang sangat dekat.

Mampukah Aulia menaklukkan hati Alfa dengan tingkah konyol dan juga kelucuannya? Sementara Alfa sendiri masih mengalami luka akibat penghinatan dari mantan kekasihnya. Sehingga membuatnya engan untuk membuka hatinya kembali.

Yuk intip kisah mereka...

1
MomyWa
semangat thor
MomyWa
thor, jngan rumit2 kali lah bkin cerita. hobi kali nulis yg rumit
MomyWa
wLaaaahh, dah pny anak..gwat dong. ksihan ratna
MomyWa
sepertinya mulai menimbang2 nih
MomyWa
manut2 aja dirli
MomyWa
berbeda dbanding saat brsama ratna
MomyWa
harusnya pcat aja langsung pak
MomyWa
cakep, tp udah tua sih 😅
MomyWa
weeehh, cocok utkku tp ga ada di sini
MomyWa
mungkin ga mau ktemu sm org kayak elu lagi
MomyWa
seharian kemarin sibuk bgt, ga taunya ketinggalan banyak. smpai2 covernya udah ganti lagi ya thor
arielskys
sekarang kami mengerti alasan Robin tak mempermasalahkan masa lalu Ratna. Karena manusia pasti memiliki kekhilafan.
arielskys
ada maksud terselubung
arielskys
jangan smpai lupa tjuanmu td dirli
Anonymous
saya kasih kopi Thor, semangat terus yaaah
Syahril Maiza
tapi emang dr awal pak ojek mengatakan nggak memiliki masa lalu yg lebih baik bukan? kita tnggu authornya mau membawa cerita ke mana
Syahril Maiza
terus pak, buktikan kau tak goyah
Syahril Maiza
emang enak dicuekin?
MomyWa: kasian deh loe
total 1 replies
Syahril Maiza
omaigat, nanti kalau si mertua Amora tau, malah semakin semena2
arielskys: jangan smpai deh
total 1 replies
Syahril Maiza
kalau lu setia, mungkin bisa naik jabatan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!