Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
🌷**Happy Reading 🌷**
Mobil hrv milik shaka berhenti diparkiran apartemen, dengan tergesa-gesa ayunda membuka pintu mobil itu dengan kasar.
Napasnya memburu, berjalan masuk kedalam apartemen, dengan mengikuti kata hati, kini ayunda, shaka, serta rendi berdiri didepan pintu apartemen milik clarissa.
Rendi maju kedepan, ia mengeluarkan kartu akses NFC, setelah itu pintu dapat terbuka dengan lebar.
Sayup-sayup terdengar suara menjijikan yang berasal dari kamar tak jauh dari mereka berdiri.
"Ahh mas edward, lebih cepat sayang." Terdengar suara perempuan yang mendesah nikmat.
Darah ayunda seketika mendidih, ia berjalan cepat menendang pintu kamar apartemen itu, menampakan dua orang manusia sedang bergulat panas diranjang.
"Bangsat!!" Teriak ayunda yang melepar segala benda yang berada didekatnya, edward dan clarissa tersentak kaget melihat kemunculan ayunda tiba-tiba.
Sorot mata ayunda begitu berbeda kali ini, terlihat tajam dan menakutkan, sorot mata yang selama ini lembut hilang entah kemana.
"A-ayunda?"
Takut, edward sangat takut dengan sorot mata istrinya yang tak biasa itu, tajam dan dingin.
"Berani sekali kau bermain api dibelakangku edward!!" Suara ayunda begitu menggelegar didalam kamar itu, ia melempar pas bunga kearah meja rias hingga kacanya pecah.
"Dan kau wanita jalang, berani sekali menggoda suami orang, dasar murahan." Tunjuk ayunda kepada clarissa yang tersenyum miring kearahnya.
Plak!!
Hening, udara seketika menjadi panas, kamar itu diselimuti ketegangan.
Suara tamparan keras itu berasal dari edward yang menampar ayunda hingga membuat wanita itu tertoleh kesamping dengan sudut bibir yang berdarah.
"Kau yang murahan ayunda, sama seperti ibumu."
Ia mengepalkan kedua tangannya, dan...
Plak
Plak
"Tutup mulut busuk mu itu, aku dari kecil hingga dewasa dibesarkan dipanti asuhan diurus oleh bu ida, lantas wanita jalang yang mana kau maksud?"
"Heh ayunda, kamu itu yang udah merebut mas edward dari aku. Dulu mas edward berjanji ingin menikahi ku, tetapi setelah bertemu dengan kau, tiba-tiba saja mas edward memutuskan aku secara sepihak, dasar anak pelacur." Ucap clarissa berapi-api.
"Edward kala itu mengaku tidak punya calon istri dihadapanku, salahkan saja lelaki bodoh itu." Ucapan ayunda terdengar menusuk, ia menarik napas panjang sebelum mengatakan satu kalimat yang akan merubah hidupnya.
"Mulai detik ini kita bercerai mas, aku akan mengurus surat perceraian kita dipengadilan." Ucap ayunda yang langsung berbalik bada diikuti oleh shaka dan rendi.
Edward yang mendengar hal itu menjadi kalang kabut, ia tak mau bercerai dari ayunda, dendam keluarga belum terbalaskan.
Pria itu berlutut dihadapan ayunda dengan wajah yang dibuat semenyedihkan mungkin.
"Sayang, mas nggak mau bercerai, kita bicara baik-baik ya? Kita selesaikan masalaj ini dengan kepala dingin, mas janji nggak akan mengulanginya lagi." Ucap edward menangis, tangisan penuh kebohongan.
Ayunda menatap edward dingin. "Jangan panggil aku dengan sebutan itu edward, haram hukumnya."
Ayunda menyentak kakinya kasar membuat tubuh edward terjengkang, ayunda meninggalkan apartemen itu dan menyetop taxi yang kebetulan lewat.
"Gue kecewa, bro." Ucap shaka yang langsung pergi dari sana, ia akan menyusul ayunda yang sudah lebih dulu pergi.
Setibanya diparkiran, mereka tak mendapati keberadaan ayunda disana.
"Rumah, ayunda pasti pulang kerumahnya."
Shaka dan rendi memasuki mobil dengan shaka yang mengemudi, mobil melaju kencang dijalanan kota.
Tak perlu memakan waktu lama, mereka telah tiba di rumah edward, terlihat ayunda baru saja tiba.
"Ayunda." Panggil shaka yang tak dihiraukan oleh wanita itu, ayunda melangkah memasuki rumah besar tersebut.
"Pulanglah, aku ingin sendiri." Ucap ayunda sebelum menutup pintu rumah itu rapat-rapat.
Shaka dan rendi saling pandang, mereka berdua meninggalkan rumah itu dengan membawa kecemasan yang besar, mereka takut ayunda akan nekat.
"Nggak usah khawatir, ayunda nggak mungkin nyakitin dirinya sendiri." Ucap rendi, menenangkan shaka yang sedang cemas.
****
Diapartemen milik clarissa sudah seperti kapal pecah, pecahan vas bunga serta perintilan yang lainnya berserakan dilantai, pintu kamar yang hampir rusak serta kaca meja rias yang hancur, berserakan dilantai.
"Sialan istri kamu itu mas, membuat kekacauan diapartemen milikku." Geram clarissa,.tak henti-hentinya wanita muda itu mengumpat menyebutkan isi kebun binatang.
Sedangkan edward memijat kepalanya yang berdenyut sakit, ia memakai baju serta celananya berjalan keluar meninggalkan apartemen clarissa.
Tujuan edward hanya satu, yaitu rumah miliknya, ia akan membujuk ayunda agar memperbaiki rumah tangga mereka.
Mobil itu melaju kencang diatas rata-rata membuat edward cepat sampai dirumahnya, setibanya disana suasana sangat sunyi, pintu tertutup rapat namun tak dikunci.
Edward mendorong pelan pintu utama, ia dikejutkan dengan ayunda yang sudah berdiri tegap diruang tamu.
"Ayunda, maafkan mas, sungguh aku khilaf. Clarissa yang menggodaku duluan hingga kami melakukan hubungan badan." Ucap edward terdengar menyesali perbuatannya.
Hahahahaha
Ayunda tertawa sumbang, ia manatap edward dengan bengis, sorot mata lembut itu kini berubah menjadi tatapan tajam.
Entah kenapa edward merasa merinding mendengar tawa istrinya sendiri.
"Aku sudah percaya selama ini kepadamu mas, kamu bilang ada kerjaan dengan shaka, kamu selalu mengatasnamakan shaka demi mencapai tujuanmu bertemu dengan wanita itu." Sorot matanya menatap edward penuh kebencian.
"Aku nggak mau cerai, batalkan niatmu itu nda. Kita bisa bicara baik-baik." Bujuk edward, padahal didalam hatinya ia ingin membalaskan dendam, hanya itu saja.
"Keputusan ku sudah bulat mas, besok aku bakalan mengurus surat peceraian kita dipengadilan." Ucap ayunda yang langsung berbalik badan menaiki lantai dua.
Diam-diam edward mengepalkan kedua tangannya, ia memutuskan pergi dari sana menuju rumah kedua orang tuanya.
Setelah edward pergi, ayunda menangis tergugu didalam kamar, dadanya begitu sesak seperti dihimpit oleh batu besar, ia masih tak percaya dengan semua ini.
Ayunda menangis keras, memukul dada serta kepalanya, ia berharap ini semua hanyalah mimpi.
Karena kecapean menangis, ayunda tertidur begitu saja dilantai dingin itu dengan mata sembab.
***
Mobil edward sudah tiba dirumah kedua orang tuanya, pria itu keluar dari mobil dengan wajah tegang.
Brakk!!
Edward mendorong pintu dengan keras membuat mama emma, papa wijaya, ceysa serta axel begitu terkejut, apalagi saat melihat wajah edward yang merah padam.
Papa wijaya berdiri merangkul anaknya, mengajak edward duduk disana.
"Ada apa edward?" Tanya mama emma begitu penasaran.
"Ayunda mengetahui semuanya, dia minta cerai, ma." Jawab edward lemah, ia menyugar rambutnya kasar.
"Apaa!! Bagaimana bisa ayunda tau? Ceroboh sekali kamu edward." Ucap mama emma begitu terkejut.
"Hancur, hancur sudah rencana kita, bodoh kalu edward." Umpat papa wijaya.
"Mas edward kan dari dulu emanh ceroboh, nggak bisa menutupi suatu rahasia." Sindir ceysa.
"Diam, kalian semua hanya bisa menyalahkan aku saja." Teriak edward, matanya memerah menahan amarah yang siap meledak saat itu juga.
"Kalo kamu nggak ceroboh, semuanya nggak bakalan kayak gini kan?"
Ruang tamu itu mendadak menjadi hening, hanya terdengar suara helaan napas berat.
Ketegangan masih menyelimuti ruang tamu itu, edward maupun papa wijaya saling menatap tajam satu sama lain.
"Aku pulang saja, disini bukannya mendapat solusi malah nambah masalah." Dengus edward yang langsung beranjak dari sana, tak ada yang menahan pria itu, mereka semua membiarkannya pergi dari sana.
Edward membawa mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan rumah besar papa wijaya.
Berkali-kali edward memukul stir mobilnya untuk melampiaskan amarah.
Tak lama mobilnya sudah memasuki halaman rumah, edward memakirkan mobil itu asal, ia melangkah masuk kedalam rumah.
Rumah begitu berantakan dimana-mana, edward menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.
Pria itu mendapati ayunda yang sesang tertidur dilantai, dengan sangat hati-hati edward membopong tubuh ramping itu keatas ranjang, meletakannya disana.