Melinda dan Rauf sudah menikah selama tiga tahun, tetapi sampai saat ini belum juga di karuniai seorang anak. tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, hingga membuat Tini-- Ibu mertuanya meminta Rauf-- putranya untuk menikah lagi.
"nak, menikalah dengan Sintia tanpa sepengetahuan istrimu!"
bagai disambar petir disiang hari, membuat tubuh Rauf terdiam kaku dengan perasaan yang gelisa. permintaan itu benar benar membuat Rauf dilema. disisi lain dirinya tidak ingin menduakan istrinya, tetapi disisi lain Rauf juga sulit untuk menolak permintaan sang ibu.
lantas, bagaimana kelanjutannya? apakah Rauf akan mengikuti ucapan ibunya? jika iya, lalu bagaimana nasib Melinda? serta, bagaimana perasaan Melinda setelah tau jika suaminya akan menikah lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
" Apa, melinda yang menyalurkan dana ke perusahan kamu.?" tanya melinda.
" iya, kamu puas kan, ini semua karena kamu." jawab rauf.
" melinda itu adalah anak kolong merat, melinda adalah anak satu-satunya, dan melinda juga adalah pewaris tunggal harta kekayaan ayahnya, dan sekarang melinda yang menduduki perusahan ayahnya." ucap ibu tini kepada sintia.
" jadi, melinda anak kolong merat, dia adalah pewaris tunggal." ucap sintia yang penuh rasa malu.
" iya, sekarang kamu sudah tahu kan, melinda tidak memerlukan harta kekayaan ku, melinda menikah dengan ku, karna kita saling mencintai, bukan karna harta." ucap rauf.
sintia merasa sangat malu, karena sudah berbicara yang tidak sepantasnya kepada melinda.
tadinya sintia berfikir, melinda marah karena mendengar sintia tinggal di rumah rauf, dan mendengar anak sintia adalah pewaris tunggal, tidak tahu melinda marah, karena melinda di katakan sudah menjadi susah dan gembel. dan di rendah kan oleh sintia.
sintia sudah tidak enak kepada melinda, dan sudah malu lagi menelpon melinda.
sehabis berdebat di meja makan, masing- masing sudah kembali ke kamar untuk istirahat, karena mengingat keesokan hari rauf akan ke kantor.
hari sudah pagi, dan rauf sudah siap- siap untuk ke kantor, dan seperti biasa, sebelum ke kantor, rauf sarapan pagi bersama ibu tini dan sintia, yang sudah di sediakan oleh bibi ros.
sementara di meja makan, tiba- tiba telpon rauf berbunyi, dan rauf melihat di ponselnya, bahwa anton dari kantor yang menelpon.
tut.. tut.. tut..
" halo anton, ada apa.?" tanya rauf.
" pak gawat pa, perusahan kita mengalami masalah." ucap anton.
" apa, masalah.?" tanya rauf,
" iya pak, kantor kita mengalami masalah, perusahan yang barusan membantu kita, mereka meminta pengembalian dana, dan kalau kita tidak bisa mengembalikannya, ada kemungkinan perusahan kita di ambil alih oleh perusahan mereka, yang di pimpin oleh ibu melinda, mantan istri bapak." ucap anton.
" apa.. ya udah, saya segera ke kantor sekarang." ucap rauf.
" kenapa rauf, ada apa dengan perusahan kita.?" tanya ibu tini.
" gawat bu, perusahaan kita, ada kemungkinan akan di ambil alih oleh perusahan melinda, karena mereka meminta pengembalian dana." ucap rauf.
" kamu tenang dulu rauf, kita bisa kok mengembalikan dana itu " ucap ibu tini, sambil menenangkan rauf.
" tapi bagai mana caranya.?" tanya rauf.
" kita kan masih ada perkebunan di kampung, yang bisa kita jual, untuk menyelamatkan perusahan kita." ucap ibu tini.
mendengar ucapan ibu tini tentang perkebunan di kampung, tiba- tiba sintia tersedak makanan.
" aha.. aha.. aha.... " tersedak sintia.
" kamu kenapa sintia, kamu kaya orang yang lagi ketakutan.?" tanya rauf.
" tidak, aku hanya tersedak saja." jawab sintia.
" oh iya bu, rauf sampai lupa, kalau kita masih punya perkebunan di kampung, yang bisa kita jual." ucap rauf.
" iya rauf, kamu minta kesempatan untuk beberapa hari, agar kita menjual dulu perkebunan kita di kampung." ucap ibu tini.
" baiklah bu, rauf pamit dulu ke kantor, karena anton sudah menunggu rauf." ucap rauf dan pamit kepada ibu tini.
setelan rauf berpamitan dengan ibunya dan sintia, rauf langsung pergi ke kantor dengan mobilnya.
di rumah, sintia bingung dan ketakutan, bagai mana caranya sintia menjelaskan kepada ibu tini dan rauf, bahwa semua perkebunan mereka di kampung, sudah di jual oleh sintia.
tidak lama, rauf sampai di kantor, dan anton sudah menjemputnya di muka pintu masuk, untuk menjelaskan kepada rauf, bahwa di dalam ruangannya rauf, sudah ada melinda yang duduk di kursinya.
" pagi anton." ucap rauf sambil berjalan menuju ruangan.
anton mengikutinya, sambil berjalan dan mengikuti rauf dari belakang, dan ingin memberitahu bahwa di dalam sudah ada melinda.
" pak.. pak. tunggu pak.. di dalam ada.. ibu melinda pak." ucap anton.
rauf tidak mendengar perkataan anton, dan langsung masuk ke dalam ruangan, dan rauf terkejut melihat melinda ada di ruangan yang sedang duduk di kursinya.
" selamat pagi pak rauf." ucap melinda.
" melinda.. kenapa kamu ada di ruangan ini.?" tanya rauf.
" oh.. maaf pak rauf, karena saya sudah lancang masuk, kedatangan saya ke sini. kiranya bapak rauf sudah mengetahui, tanpa ber basa - basi." ucap melinda. yang sedang duduk di kursinya rauf.
sedang kan posisi rauf dengan anton dalam keadaan berdiri.
" iya, saya mengerti maksud kedatangan ibu melinda kemari, baiklah, tolong kase kesempatan saya untuk beberapa hari, karena saya akan berusaha mengembalikan dana yang barusan ibu melinda salurkan ke perusahan saya." ucap rauf dan memohon kepada melinda.
" oky, saya akan kasih waktu tiga hari, kalau sampai tiga hari belum ada kabar, maka terpaksa kantor pak rauf akan saya ambil alih. " ucap melinda. dan memberi kesempatan kepada rauf.
" baiklah, dalam waktu tiga hari saya akan kabarkan kepada ibu melinda." ucap rauf.
" kalau begitu saya permisi dulu, maaf sudah mengganggu." ucap melinda dan langsung pergi dari ruangan rauf.
melinda pergi dengan mobilnya yang mewah, dan kembali ke kantornya.
sedangkan rauf bergegas untuk kembali ke rumahnya, untuk membicarakan ini kepada ibunya.
sementara di rumah, sintia sudah beres- beres dan bersedia untuk kabur dari rumahnya rauf secara diam- diam, karena sudah pasti rauf dan ibu tini akan sangat marah besar kepada sintia, karena sudah menjual semua perkebunan milik rauf di kampung.
sedangkan sintia sudah siap untuk kabur, dan membawa kopernya ke mobil, sambil menggendong anak nya aqila ke mobil.
sintia langsung masuk ke mobil, dan pergi ke rumah ibunya, karena rumah sintia, sudah di jual oleh sintia, semenjak sintia tinggal di rumahnya rauf.
tidak lama, rauf sampai di rumahnya dan memberi salam.
" assalamualaikum. . " ucap salam rauf
" waalaikum salam.. " jawab salam ibu tuni dan langsung membuka pintu.
" ada apa rauf, kamu kelihatan lagi cemas begitu.?" tanya ibu tuni.
" iya ibu, rauf lagi sedang cemas, karena melinda baru saja dari kantor kita. rauf meminta waktu kepada melinda, dan melinda memberi waktu kepada kita tiga hari. untuk mengembalikan uang melinda." ucap rauf.
" ibu, sekarang cepat telpon paman adi, dan tante yuni, untuk menjual semua perkebunan kita yang ada di kampung.!" ucap rauf.
" baiklah, ibu telpon dulu." ucap ibu tini, sambil mengambil ponsel ibu tini dan menelpon.
tut.. tut..
paman adi mengangkat telpon dari ibu tini.
" halo.. " ucap paman adi di telpon...
" halo. adi, tolong jual kan, semua perkebunan di kampung, rauf perlu dana untuk membantu perusahannya."ucap ibu tini.
" bukannya perkebunan sudah di jual oleh sintia,? dan sudah di serahkan oleh kamu tin." ucap paman adi.
" apa. "...
mrlinda mnding cerai dri rauf.... biar jdi gmbel abadi tuh....
biar bu tini & rauf tau rasa....
g punya tata krama.... belagu.... pdahal g ada apa"nya di bandingkn dgn melinda....
menantu yg trzdolimi.... hnya krna blm punya kturunan...