NovelToon NovelToon
Istri Bar-bar Ustad Tampan

Istri Bar-bar Ustad Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Aku ingin kebebasan.

Aku ingin hidup di atas keputusanku sendiri. Tapi semua itu lenyap, hancur… hanya karena satu malam yang tak pernah kusangka.

“Kamu akan menikah, Kia,” kata Kakek, dengan suara berat yang tak bisa dibantah. “Besok pagi. Dengan Ustadz Damar.”

Aku tertawa. Sebodoh itu kah lelucon keluarga ini? Tapi tak ada satu pun wajah yang ikut tertawa. Bahkan Mamiku, wanita modern yang biasanya jadi pembelaku, hanya menunduk pasrah.

“Dia putra Kiyai Hisyam,” lanjut Kakek.
“Lulusan Kairo. Anak muda yang bersih namanya. Cermin yang tepat untuk membasuh aib keluargamu.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 6

Jam hampir menunjukkan pukul sebelas malam. Suasana kafe mulai lengang. Beberapa pengunjung telah membubarkan diri setelah menikmati "sedekah calon pengantin" seperti yang diumumkan Ustadz Damar. Sisa tinggal mereka berdua, duduk di pojok dengan lampu gantung yang mulai redup.

Kia mengangkat alisnya sambil menyesap minuman terakhirnya espresso dingin yang ia pesan hanya untuk pura-pura terlihat cool. Namun dalam kepalanya, ide-ide jahil masih mengalir deras.

"Belum kapok, Pak Ustadz?" ujarnya sambil menyandarkan punggung ke kursi, lalu melipat kedua tangan.

"Aku masih duduk di sini, Kia," tuturnya dengan nada lembut. "Berarti aku belum menyerah."

Kia tersenyum sinis. Lalu, tiba-tiba ia berdiri.

"Oke, satu tantangan lagi," serunya, membuat Damar menoleh.

"Malam ini, lo ikut gue keliling kota naik motor. Tanpa helm. Tanpa jubah-jubah ustadz lo itu. Cuma gue, lo, dan malam Makassar," ujarnya penuh tantangan. "Berani?"

"Tanpa helm bisa ditilang," ucap Damar, tenang. "Dan jubahku tak akan membuatku lebih saleh atau kurang gagah. Tapi baiklah, kalau kau ingin aku ikut, aku ikut."

Kia terkekeh. "Serius? Jangan-jangan lo pikir gue mau ngajak lo ke taman buat ngaji bareng."

"Aku tidak pernah mengira. Aku hanya mengikuti. Karena malam ini adalah tentang mengenalmu," imbuhnya tulus.

Kia sempat terdiam matanya menatap laki-laki di hadapannya seperti sedang memindai isi pikirannya.

"Lo tuh nggak takut ya, Pak Ustadz? Digiring ke dunia gue yang penuh dosa dan kekacauan?"

"Aku tidak datang untuk ikut larut dalam duniamu, Kia," tuturnya pelan. "Tapi untuk memperkenalkanmu pada cahaya yang barangkali sudah terlalu lama kau jauhi."

Kia mencibir pelan, tapi tak ada tawa. Entah kenapa, dadanya terasa aneh. Ia malah berbalik dan berjalan keluar dari kafe.

"Ya udah, ikut gue kalau lo beneran gentle," ucap Kia singkat sambil mengayunkan kunci motornya.

Damar berdiri, mengambil jas panjangnya, tapi tak memakainya.

"Baik. Bismillah," ujarnya singkat sebelum melangkah mengikuti Kia menuju dunia malam yang penuh warna tempat di mana seorang ustadz dan seorang ‘liar’ akan saling menguji atau barangkali saling menyelamatkan.

Deru motor besar terdengar menggelegar ketika Kia menyalakan mesinnya. Yamaha R1 hitam matte dengan stiker petir merah di badannya tampak kontras dengan penampilan Kia yang liar dan eksentrik.

Ustadz Damar berdiri tenang di pinggir trotoar, jaketnya dilipat di lengan kiri, sorban ditinggal dalam mobil. Tanpa banyak bicara, ia mengenakan helm hitam polos yang diberikan Kia tanpa protes meski sebelumnya dilarang.

"Gue nggak mau lo mati di boncengan gue, Pak Ustadz. Dosa lo bisa numpuk," ujar Kia setengah menggoda setengah tulus.

"Aku juga ingin memastikan bisa melihat fajar bersama orang yang sama malam ini," tuturnya tenang sambil naik ke belakang motor.

Kia melirik lewat spion. Ustadz Damar duduk tegak, tak merangkul, hanya menumpu ringan di belakang.

"Pegangan, Ustadz. Ini bukan becak bandung," serunya.

"Percaya padamu lebih dari cukup," ucap Damar lembut.

Motor melaju menembus malam. Jalan-jalan Makassar yang mulai lengang membuat suara mesin mengisi ruang kosong antara lampu jalan.

Mereka melewati pantai Losari, melewati lorong-lorong sempit yang penuh kenangan masa kecil Kia, hingga berhenti di sebuah jembatan tua dekat pelabuhan.

Kia mematikan mesin meletakkan helm dan turun dengan kaki menyentuh tanah kasar.

"Ini tempat gue suka datang kalau otak gue udah mau meledak," ujarnya, memandangi air gelap di bawah.

Damar ikut turun angin laut malam mengibaskan ujung lengan bajunya.

"Gelap dan sepi. Tapi jujur," tuturnya sambil menatap langit tanpa bintang.

"Lo tau kenapa gue suka di sini?" tanya Kia suaranya lebih pelan.

"Kenapa?" ucap Damar, setia mendengar.

"Karena di sini nggak ada yang nge-judge gue. Nggak ada yang bilang gue salah. Nggak ada yang nyuruh gue tobat," imbuhnya.

"Aku juga tidak datang untuk menyuruhmu tobat," ujar Damar. "Aku hanya ingin kamu tahu Allah nggak pernah pergi dari tempat seperti ini. Bahkan saat kita yang pergi, Dia tetap menunggu."

Kia menghela napas, "Lo terlalu tenang buat orang yang barusan dibawa muter keliling dunia gelap gue," ucapnya, sedikit sarkastik.

"Aku tenang karena aku tahu, bahkan bunga liar pun bisa tumbuh di celah beton," tuturnya lembut.

Kia menatap Damar lama. Tak ada lagi senyum sinis. Tak ada lagi tantangan. Yang ada hanyalah gadis muda yang mungkin untuk pertama kalinya merasa dilihat bukan sebagai masalah, tapi sebagai kemungkinan.

Dan malam itu, di jembatan tua tanpa lampu, mereka tidak sedang membicarakan pernikahan. Mereka sedang membicarakan arah dan harapan.

Setelah dari jembatan pelabuhan, Kia tak langsung mengantar Ustadz Damar pulang. Ia malah memutar arah dan menembus jalanan sempit menuju satu tempat yang gelap tapi akrab Dojo Black Eagle, markas kecil tempat Kia dan teman-temannya latihan taekwondo dan kadang juga mengadakan sparring liar tengah malam.

Motor berhenti dengan bunyi rem mendecit. Pintu dojo yang sudah hampir ditutup didobrak terbuka oleh Kia.

"WOI! BANGUN! TURUN KE MATRAS! GUE BAWA TAMU ISTIMEWA!" serunya nyaring hingga menggema di ruangan kosong.

Beberapa kepala keluar dari balik ruang ganti. Ada Rico sang mekanik, Thoriq si ahli gulat, Nira yang keras kepala, Edo si pendiam tapi gesit, Ciko si tukang ngelawak, dan Ansar si pembaca komik silat yang jarang bicara dan Azka si anak SMA paling muda dari yang lainnya.

Melihat Kia masuk dengan lelaki bersorban yang kini hanya memakai kemeja putih dan celana santai, mereka semua langsung saling pandang.

"Astagaaa… itu... itu bukan Ustadz Damar?!" ujar Rico, nyaris menjatuhkan botol minumnya.

"Dia bukan mau ceramah di sini kan?" ucap Thoriq setengah bercanda.

"Eh jangan-jangan Kia mau ta’aruf di atas matras?" imbuh Nira sambil tertawa setengah takut.

Ciko mendekat pelan, menatap Damar dari atas ke bawah. "Ustadz, ente mau dilatih jadi petarung? Atau malah mau nyelamatin Kia dari dunia hitam?"

Edo hanya mengangkat alis. "Fix, ini malam paling aneh tahun ini."

Ansar sambil memegang komik Dragon Ball berbisik, “Goku kalah plot kalau sama Pak Ustadz…”

Kia langsung naik ke atas matras dan melepas jaket kulitnya, hanya memakai tank top olahraga dan celana training. Ia melakukan pemanasan cepat lalu menantang Ustadz Damar dengan gaya khasnya.

"Naik ke matras, Pak Ustadz. Kita sparring. Kalau lo bisa bikin gue jatuh tiga kali, gue ikut ngaji lo sebulan penuh. Tapi kalo lo gagal, gue yang atur akad nikahnya pake gaya drag race dan musik metal!" serunya sambil menyeringai.

Ustadz Damar hanya menatap matras, lalu menatap Kia. Lalu menatap teman-teman Kia yang masih melongo.

"Aku bukan petarung, Kia," tuturnya.

"Lo pengecut?" ucap Kia, memancing.

"Justru karena aku bukan pengecut, aku naik," imbuhnya sambil melepas sepatu dan pelan-pelan naik ke atas matras.

Dojo mendadak hening seketika itu juga, Damar berdiri tegak di hadapan Kia. Posturnya tenang tangannya santun. Ia hanya memasang kuda-kuda dasar.

Kia menyerang dengan tendangan cepat spontan Damar menghindar. Kia melancarkan pukulan memutar.

Damar membalas bukan dengan serangan, tapi dengan mengunci pergerakan Kia dan menjatuhkannya perlahan ke matras sekali.

Teman-teman Kia serempak: "WHOOOOAAAAA!"

"Apa barusan Pak Ustadz nge-sweeping Kia?!" seru Ciko shock.

"Bukan sweeping itu silat! Itu silat gaya pesantren!" imbuh Thoriq.

Rico memegangi dadanya, "Astagaaa gue mulai mempertimbangkan ikut ngaji."

Nira mendecak, "Kalo dia nikah sama Kia, anaknya bisa ngaji sambil salto."

Kia bangkit wajahnya merah bukan karena malu tapi karena heran.

"Lo... belajar bela diri dari mana?" tanyanya curiga.

"Ayahku dulu pendekar kampung. Aku hanya menyerap sedikit ilmunya," ucap Damar tenang.

"OKE. RONDE DUA!" serunya, makin semangat.

Dan malam itu, bukan hanya adu fisik yang terjadi, tapi adu prinsip dan cara pandang antara seorang gadis liar dan lelaki yang sekeras batu tapi selembut air.

1
Purnama Pasedu
ustadz bisa ae
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pintar gombal yah 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
iya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
tapi kadang tempat kerja ngelarang pakai hijab ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: iya kakak tergantung dari peraturan perusahaan
total 1 replies
Purnama Pasedu
bisa ae pak ustadz
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: pak ustadz gaul 😂
total 1 replies
Purnama Pasedu
masih galau ya kia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
aamiin
Purnama Pasedu
pasangan yg kocak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak masih setia baca 🙏🏻🥰
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia terlalu keras ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ujian sang ustadz tapi nanti dapat hidayah kok 🤣🤭
total 1 replies
Purnama Pasedu
si kakek
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ulah kakeknya akhirnya gol 🤭🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
kia jadi diri sendiri aj,perlahan aj
Eva Karmita
semangat otor 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak
total 1 replies
Eva Karmita
semangat ustadz... yakinlah Allah selalu ada untuk umatnya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: betul kak
total 1 replies
Purnama Pasedu
nyimak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semoga suka
total 1 replies
Purnama Pasedu
koq sedih ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: jangan sedih kak 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Thor bisa ngk bahasa kia kalau ngomong sama yg lebih tua sopan sedikit jgn pakai bahasa Lo gue , maaf sebelumnya bukan mengkritik otor cuma gak ngk enak aja di baca bahasanya bisa diganti aku atau apalah ... sebelum mohon maaf ya ,, ceritanya bagus tetapi semangat Otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: belum saatnya kak kan gadis bar-bar tomboy liar dan pembangkang 🤭🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
keren pak ustadz 😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ustadz idaman yah kakak 🤭
total 1 replies
Eva Karmita
langsung kena mental si Kia 😩👻🙈
kia ni ustadz bukan kaleng" kia jdi ngk udah banyak drama 🤣🤣🤣🤣
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
Eva Karmita
❤️
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak... karena aku di tetangga juga nulis di sana ☺️🥰
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!