CEO perusahaan literasi ternama, Hyung menjual dirinya di situs online sebagai pacar sewaan hanya karena GABUT. Tak disangka yg membelinya adalah karyawati perusahaannya sendiri. Ia terjebak satu atap berminggu-minggu lamanya. Benih-benih asmara pun muncul tanpa tahu jika ia adalah bosnya. Namun, saat benih itu tumbuh, sang karyawati, Saras malah memutuskannya secara sepihak. Ia tak terima dan terpaksa membongkar jati dirinya.
"Kau keterlaluan, Saras. Kau memperlakukanku semena-mena tanpa menimbang kembali perasaanku. Lihat saja! Kau akan datang padaku secara terpaksa ataupun patuh. Camkan itu!"
Ia pun ingin membalas terhadap apa yang pernah Saras lakukan padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaharu Wood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DILABRAK
Ada perasaan kasihan di hati Saras terhadap pria paruh baya yang bekerja di kantornya. Ia pun berinisiatif untuk meminta Hyung menaikkan gaji office boy kantor. Berharap Pak Amin lebih semangat bekerja. Karena Saras tahu gaji Pak Amin digunakan untuk menafkahi keluarga.
Pukul sepuluh pagi waktu ibukota dan sekitarnya...
Keadaan di kantor tampak sibuk dengan bidang pekerjaan masing-masing. Tim marketing sibuk memasarkan produk mereka, sedang tim keuangan sibuk menghitung laba rugi perusahaan dan mencari selisihnya. Begitu juga dengan Saras sebagai editor di kantor literasi. Ia tampak sedang mengedit naskah para penulisnya.
Ponselku bergetar?
Dan tak lama Saras merasakan ponselnya bergetar. Ia pun melihat siapa gerangan yang meneleponnya.
Elen?
Dan ternyata Elen lah yang menelepon Saras. Seketika itu juga Saras ragu untuk mengangkat teleponnya.
"Siapa Ras?" tanya Stefany yang duduk di sampingnya.
"Elen. Temanku di gedung sebelah," jawab Saras.
"Jawab saja dulu. Mungkin ada hal penting." Stefany menyarankan.
Saras pun mengangkat teleponnya. Saat itu juga ia mendengar teriakan dari sana. "SARAAAS!!!" Seketika Saras mengecilkan volume ponselnya.
"Elen, aku dengar." Saras berbicara pelan. Ia seperti orang yang takut ketahuan.
"Saras! Kau sudah diterima di kantor ini, kenapa tidak terlihat juga batang hidungmu?!" Elen terdengar berapi-api di sana.
"Em ...," Seketika Saras tersadar dengan kesalahannya. "Elen, bos memintaku untuk bekerja di sini dulu. Dia berjanji akan menaikkan gajiku." Saras beralasan.
"Oh, jadi karena itu kau tidak masuk?! Sekarang bagaimana, aku yang ditanya oleh bos!" Elen terdengar kesal karena ulah Saras.
Saras berpikir cepat. Ia menggaruk kepalanya walaupun tak gatal. Ia mencari jawaban agar Elen tak lagi marah padanya.
"Em, begini saja. Cari dulu saja yang lain ya. Aku tidak bisa menjanjikan kapan bisa masuk ke sana. Pekerjaanku masih banyak di sini. Apalagi sebentar lagi anniversary kantor." Saras menerangkan.
"Ya sudah!" Elen pun seketika mematikan sambungan telepon mereka. Saat itu juga Saras tahu jika temannya marah.
Aduh gawat. Elen pasti marah besar karenaku.
Saras pun menarik napas dalam-dalam. Ia tahu Elen marah kepadanya. Namun, ia tidak bisa memenuhi permintaan temannya. Saras masih harus bekerja di kantor yang sekarang.
"Ras?" Sedang Stefany tampak memerhatikan Saras yang tertunduk lemas. Ia menyadari jika sesuatu terjadi pada temannya. "Apa ada masalah?" tanya Stefany lagi.
Saras mengangkat kepalanya, melihat ke arah Stefany. "Temanku marah karena aku tidak masuk bekerja di tempatnya," terang Saras.
Stefany mengembuskan napasnya. "Kau ini. Lain kali jangan gegabah. Sekarang runyam, kan? Pasti bos di sana menanyakanmu." Stefany menasehati agar Saras tidak gegabah lagi.
Saras pun mengangguk lesu. Ia mengakui kesalahannya.
"Ehem!" Tak lama seseorang pun datang menghampiri mereka.
Stefany menoleh ke arah orang yang datang. Namun, saat itu juga ia terkejut seketika. " Nona Zuyu?!" Stefany langsung berdiri untuk menyambutnya.
Zuyu?!
Sedang Saras ikut terperanjat. Tak menyangka jika yang datang adalah Zuyu. Ia pun menoleh untuk memastikan. Dan ternyata benar jika Zuyu lah yang datang. Terlihat Zuyu yang menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Nona Stefany, bisakah kau tinggalkan kami di sini?" tanya Zuyu ke Stefany.
Sontak Stefany kaget. Begitu juga dengan Saras. Ia ingin ikut berdiri untuk menyambut kedatangan Zuyu.
"Kau tidak perlu ikut berdiri." Dengan senyum sinis Zuyu berkata kepada Saras. Saras pun tidak jadi berdiri.
"Em, Nona. Apakah ada sesuatu yang perlu saya ambilkan?" Stefany mengalihkan.
Zuyu melihat keduanya secara bergantian. "Tidak. Kedatanganku ke sini hanya karena ingin berbicara dengan temanmu." Zuyu melirik ke arah Saras. "Bisakah kau tinggalkan kami sekarang?" tanya Zuyu lagi.
Saat itu juga Stefany mengerti tujuan utama sekretaris bos itu datang. Stefany pun tampak khawatir meninggalkan Saras sendirian. Namun, perintah itu seolah tidak bisa dilawan.
"Baik." Stefany akhirnya menjeda sistem kerja komputernya. Ia pun berpamitan pada Saras. "Ras, aku tinggal sebentar ya." Stefany segera pergi. Zuyu pun duduk di kursi. Berdampingan dengan kursi Saras.
Zuyu duduk menyilangkan kakinya di hadapan Saras. "Ada yang ingin kubicarakan padamu." Ia memulai pembicaraan.
"Tentang apa Nona?" Saras masih menduga-duga apa yang ingin Zuyu katakan padanya.
Zuyu memerhatikan Saras dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia pun tersenyum sinis melihatnya. "Sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya secara detail. Namun, kau pasti tahu berapa usiamu sekarang." Zuyu menyindir usia Saras.
Apa maksudnya? Kenapa dia menanyakan umurku?
Saras pun bertanya-tanya. Segala dugaan pun muncul di hatinya. Namun, ia berusaha tetap tenang menjawabnya.
"Maaf, Nona. Apakah pertanyaan Nona ada hubungannya dengan pekerjaan?" tanya Saras ke Zuyu.
Zuyu tersenyum kecut. "Kau terlalu tua untuk bersaing denganku," kata Zuyu yang seketika membuat Saras tersadar ke mana arah tujuan pembicaraan ini.
Dia ingin membandingkan usia untuk menjatuhkanku? "Maaf, Nona. Saya tidak mengerti apa yang Anda bicarakan." Saras berpura-pura tidak mengerti.
Zuyu mendekati Saras. Ia memiringkan kepalanya dengan tatapan mengejek.
"Cobalah ingat berapa usiamu saat ini jika ingin berdampingan dengan Hyung. Coba mengaca dan tahu diri. Kami sudah dijodohkan dan sebentar lagi pernikahan akan digelar. Ada baiknya jika kau tidak menganggunya lagi." Zuyu mengatakan.
Saat mendengarnya, saat itu juga hati Saras terasa sakit seperti tersayat-sayat. Zuyu membandingkan usia untuk membuatnya tidak lagi dekat dengan Hyung. Saras pun menarik napas dalam-dalam agar hatinya tetap tenang. Tidak terbawa emosi sehingga memperburuk keadaan.
"Nona, sepertinya Nona harus bicara dengan Tuan Hyung. Bukan dengan saya. Karena saya tidak melakukan sesuatu seperti yang Nona duga. Saya hanya sebatas bekerja." Saras menerangkan.
Zuyu memalingkan mukanya dari Saras. Tampak kesombongan dari dalam dirinya. "Ini peringatan untukmu. Pertama dan terakhir kalinya. Jauhi Hyung. Dan jangan ganggu hubungan kami."
Zuyu beranjak berdiri. Ia menatap Saras dengan tajam. Saras pun menelan ludahnya. Ia diintimidasi. Namun, Saras tersadar jika tidak ada guna memperpanjang pembicaraan. Zuyu telah langsung ke inti. Ia tak ada basa-basi. Saras pun mengerti apa yang Zuyu inginkan.
Ternyata dia ke sini hanya untuk itu.
Zuyu pun pergi begitu saja. Meninggalkan Saras yang terdiam tanpa berkata apa-apa. Sisi congkaknya ia tunjukan kepada Saras. Membuat Saras merasa lebih baik dibanding dirinya meskipun kalah secara usia. Saras tahu Hyung tidak menyukai wanita yang sombong.
"Ras, kau baik-baik saja?" Tak lama Stefany pun datang kembali ke meja kerjanya.
Saras mengangguk. "Aku baik-baik saja," kata Saras kepada Stefany.
"Syukurlah."
Stefany pun merasa tenang. Ia kemudian meneruskan pekerjaan. Sedang Saras tampak meneguk botol air mineralnya. Mencoba mendinginkan keadaan yang baru saja memanas karena sebuah peringatan. Namun, Saras tidak gentar.
Kaget ya karena dia tamvan 😁