NovelToon NovelToon
Rissing Sun

Rissing Sun

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan / Dunia Lain / Penyeberangan Dunia Lain / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Vidiana

Ketegangan antara Kerajaan Garduete dan Argueda semakin memuncak. Setelah kehilangan Pangeran Sera, Argueda menuntut Yuki untuk ikut dikuburkan bersama suaminya sebagai bentuk penghormatan terakhir. Namun, Pangeran Riana dengan tegas menolak menyerahkan Yuki, bahkan jika itu berarti harus menghadapi perang. Di tengah konflik yang membara, Yuki menemukan dirinya dikelilingi oleh kebohongan dan rahasia yang mengikatnya semakin erat pada Pangeran Riana. Setiap langkah yang ia ambil untuk mencari jawaban justru membawanya semakin jauh ke dalam jebakan yang telah disiapkan dengan sempurna. Di sisi lain, kerajaan Argueda tidak tinggal diam. Mereka mengetahui ramalan besar tentang anak yang dikandung Yuki—anak yang dipercaya akan mengubah takdir dunia. Dengan segala cara, mereka berusaha merebut Yuki, bahkan menyusupkan orang-orang yang berani mengungkap kebenaran yang telah dikubur dalam-dalam. Saat pengkhianatan dan kebenaran saling bertabrakan, Yuki dihadapkan pada pertanyaan terbesar dalam hidupnya: siapa yang benar-benar bisa ia percaya? Sementara itu, Pangeran Riana berusaha mempertahankan Yuki di sisinya, bukan hanya sebagai seorang wanita yang harus ia miliki, tetapi sebagai satu-satunya cahaya dalam hidupnya. Dengan dunia yang ingin merebut Yuki darinya, ia berjuang dengan caranya sendiri—menyingkirkan setiap ancaman yang mendekat, melindungi Yuki dengan cinta yang gelap namun tak tergoyahkan. Ketika kebenaran akhirnya terbongkar, akankah Yuki tetap memilih berada di sisi Pangeran Riana? Atau apakah takdir telah menuliskan akhir yang berbeda untuknya? Dalam Morning Dew V, kisah ini mencapai titik terpanasnya. Cinta, pengkhianatan, dan pengorbanan saling bertarung dalam bayang-bayang kekuasaan. Di dunia yang dipenuhi ambisi dan permainan takdir, hanya satu hal yang pasti—tidak ada yang akan keluar dari kisah ini tanpa luka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

Pangeran Riana sedang bersama Bangsawan Tinggi Trigar ketika pintu ruang pertemuan terbuka dengan keras. Seorang prajurit bergegas masuk, wajahnya dipenuhi ketegangan.

“Pangeran…!” Nafasnya tersengal, seolah habis berlari. “Putri Yuki… dia menghilang!”

Mata Riana langsung menyipit. “Apa maksudmu menghilang?”

“Saat kami bertugas mengawasinya di taman… tiba-tiba dia lenyap dari pandangan, Pangeran! Kami melihatnya bersama Lekky, lalu… dia terbang pergi.”

Hening yang mencekam memenuhi ruangan.

Bangsawan Tinggi Trigar menyesap anggurnya perlahan, tatapannya tajam namun tenang. “Sepertinya kau meremehkan Lekky terlalu banyak, Pangeran,” katanya sambil menyandarkan tubuh ke kursinya.

Riana mengepalkan tangan di atas meja. Rahangnya mengeras. “Ke mana mereka pergi?”

Prajurit itu menunduk. “Kami tidak tahu, Pangeran. Mereka menghilang begitu cepat.”

Tatapan Riana menjadi gelap.

Yuki melarikan diri darinya. Lagi.

Dan kali ini, bersama Lekky.

Pangeran Riana tanpa ragu meraih Gulf di kantungnya, jemarinya dengan cekatan menekan tombol-tombol di permukaannya. Dalam hitungan detik, hologram berbentuk peta terbuka di udara, menampilkan lanskap wilayah dari ketinggian. Di antara bayangan hutan dan perbukitan yang membentang, sebuah titik kecil berkelap-kelip—bergerak cepat menuju arah yang tidak dikenali.

Bangsawan Tinggi Trigar yang berdiri di sampingnya menyipitkan mata, memperhatikan cahaya tersebut sebelum akhirnya mengalihkan tatapannya ke Riana. “Kau memasangi istrimu pelacak?” tanyanya, nada suaranya setengah tak percaya, setengah mengejek.

Riana tetap fokus pada layar holografik, tak terganggu oleh pertanyaan itu. Senyum tipis terbentuk di sudut bibirnya—dingin dan penuh keyakinan. “Tentu saja,” jawabnya singkat. “Aku tidak pernah membiarkan sesuatu yang menjadi milikku lepas begitu saja.”

Bangsawan Tinggi Trigar menggeleng pelan, menyesap anggur dari gelasnya sambil terkekeh kecil. “Kau benar-benar gila.”

Riana tidak membantah. Sebaliknya, dia menekan tombol lain, memperbesar peta hingga titik bercahaya itu terlihat semakin jelas. Matanya menyipit saat membaca koordinat yang muncul di layar.

Pintu ruang pertemuan terbuka dengan kasar, memecah ketegangan di dalamnya. Bangsawan Voldermon melangkah masuk dengan ekspresi tajam, matanya segera menangkap peta holografik yang masih terpampang di Gulf Pangeran Riana. Ia menatap titik bercahaya yang berkedip-kedip di peta itu sebelum akhirnya mendengus pelan.

“Ku kira hobimu memasang pelacak ke tubuh Yuki sudah hilang beberapa tahun yang lalu,” katanya, suaranya mengandung sindiran yang sulit diabaikan.

Bangsawan Tinggi Trigar yang masih berdiri di dekat Riana mengangkat alis, menoleh ke arah Bangsawan Voldermon dengan keterkejutan yang jelas di wajahnya. “Jadi dia pernah memasangi Yuki pelacak sebelumnya?” tanyanya tak percaya.

Pangeran Riana, yang sejak tadi tetap tenang, tidak mengalihkan pandangannya dari peta. Jari-jarinya mengetuk permukaan Gulf dengan ritme teratur, seolah sedang memperhitungkan langkah selanjutnya. Namun, ketika dia berbicara, suaranya terdengar dingin dan mutlak.

“Aku mencari calon ratuku selama 27 tahun lamanya,” katanya, akhirnya menoleh ke arah mereka. “Ketika aku menemukannya, aku harus mengejarnya selama enam tahun sebelum bisa menikahinya.” Matanya menyipit, ekspresi kepemilikannya begitu jelas hingga udara di ruangan terasa lebih berat.

“Apa kalian pikir aku akan melepaskannya setelah semua yang terjadi?” lanjutnya, suaranya berbahaya.

Dia kembali menatap peta, mempelajari pergerakan Yuki dengan ketelitian seorang pemburu yang tidak akan membiarkan mangsanya kabur. “Hutan Terlarang….”

Tatapannya menggelap.

“Lalu, siapa yang ingin mati hari ini?”

...****************...

Angin malam berhembus kencang saat Lekky membawa Yuki melintasi langit. Sayap hitamnya mengepak dengan stabil, membawa mereka menjauh dari kediaman Bangsawan Tinggi Trigar. Yuki, yang awalnya masih berusaha memahami situasi, kini mulai menyadari ke mana mereka menuju.

Mereka bergerak ke arah selatan, menjauhi peradaban dan memasuki batas wilayah yang tak banyak dijamah manusia. Hutan Terlarang.

Yuki mengerjap, menyadari sesuatu yang sebelumnya terlewat dari pikirannya. Tujuan mereka adalah sungai tempat tinggal Nayla.

Nayla…

Sebuah nama yang seharusnya biasa saja, tetapi kini terasa begitu berarti. Dua wanita dengan nama yang sama—dan entah bagaimana, keduanya memiliki tempat tersendiri di hatinya.

Dia memikirkan Nayla yang pertama, istri Bangsawan Tinggi Trigar. Seorang wanita yang kehidupannya penuh dengan manipulasi dan paksaan. Dan kini, Lekky membawanya menemui Nayla yang lain, seorang putri duyung yang masih memiliki hubungan darah dengan mendiang istri Lekky.

Kebetulan? Atau takdir yang mempermainkannya?

Yuki menggigit bibirnya. Yang lebih aneh dari semua ini adalah perasaannya sendiri.

Dia menyukai mereka berdua.

Baik Nayla yang kini menjadi istri Bangsawan Tinggi Trigar, maupun Nayla—Putri duyung yang akan mereka temui sekarang. Ada sesuatu dalam diri mereka yang membuat Yuki merasa nyaman, meskipun latar belakang keduanya sangat berbeda.

Mungkin, karena keduanya adalah wanita yang mengerti arti kehilangan.

Atau mungkin, karena mereka adalah refleksi dari dirinya sendiri.

Ketika akhirnya Lekky menukik turun menuju sungai yang tersembunyi di dalam Hutan Terlarang, Yuki refleks mempererat pegangannya. Angin berputar di sekitar mereka, menggoyangkan rambut panjangnya, sementara sayap hitam Lekky mengepak kuat untuk mengontrol kecepatan turun mereka.

Air sungai yang jernih berkilauan di bawah sinar bulan, memantulkan cahaya seperti serpihan kaca yang berpendar di antara dedaunan lebat. Yuki bisa melihat kabut tipis yang melayang di atas permukaan air, menciptakan suasana yang terasa mistis dan jauh dari dunia yang selama ini dikenalnya.

Lekky mendarat dengan ringan di atas batu besar yang menjorok ke tepi sungai. Tanpa perlu peringatan, Yuki segera melompat turun dari punggungnya, kakinya sedikit gemetar setelah perjalanan panjang yang mereka tempuh di udara.

Dia menatap ke arah air sungai yang tenang, dadanya dipenuhi dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

Nayla ada di sini.

Putri duyung yang misterius itu… dan mungkin, jawaban atas beberapa pertanyaannya juga menunggu di tempat ini.

Lekky membantu Yuki untuk berdiri. Dia tampak tenang. Keduanya akhirnya duduk di batu. Yuki memandang langit diatasnya. Bulan bersinar cukup terang di langit malam ini.

Yuki menarik napas dalam-dalam, membiarkan udara malam yang dingin mengisi paru-parunya. Matanya tetap terpaku pada bulan yang menggantung tinggi di langit, bersinar dengan kesunyian yang anggun.

Dingin. Angkuh. Namun tetap memberikan cahaya yang dibutuhkan dalam kegelapan.

Seperti orang itu.

Seperti Pangeran Riana.

Pikiran itu datang begitu saja, menyelinap ke dalam kesadarannya tanpa bisa ia cegah. Sesuatu dalam hatinya terasa nyeri, mengingat bagaimana pria itu selalu ada—dengan caranya sendiri. Mendominasi, mengendalikan, menghancurkan… tetapi juga melindungi, meski sering kali dengan cara yang menyakitkan.

“Sedang memikirkan sesuatu?” suara Lekky yang dalam memecah kesunyian.

Lekky menarik pinggang Yuki dengan gerakan tegas, mendekatkannya hingga tidak ada jarak di antara mereka. Tatapan matanya tajam, menusuk dalam ke mata Yuki yang dipenuhi kebingungan dan kepedihan.

“Berhenti memikirkan orang lain, Yuki,” suaranya rendah, dalam, namun penuh peringatan.

Yuki menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat di tengah ketegangan yang menyelimuti mereka. “Lekky… Apa kau tidak ingin mengakhiri hubungan kita?” tanyanya lirih.

Lekky tidak menjawab seketika. Ia hanya menatapnya lebih lama, seolah memastikan bahwa Yuki benar-benar memahami arti kehadirannya dalam hidupnya.

“Tidak,” jawabnya akhirnya, mantap dan tanpa ragu.

Yuki menghela napas, merasakan tekanan di dadanya semakin berat. “Lekky…”

Lekky menyempitkan matanya, jemarinya mengerat di pinggang Yuki, membuatnya sulit untuk bergerak. “Jangan memaksaku berbuat nekat, Yuki,” suaranya bergetar oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar amarah—obsesi, ketakutan, dan kepemilikan yang telah lama berakar. “Kau tahu aku sudah cukup banyak mentoleransimu selama ini.”

Yuki terdiam. Ia tahu Lekky bukan seseorang yang bisa dibelokkan dengan kata-kata. Apa yang diinginkannya, akan ia dapatkan. Apa yang dianggapnya miliknya, tidak akan pernah ia lepaskan.

Dan saat ini, orang itu adalah dirinya.

Lekky menarik pinggang Yuki dengan gerakan tegas, mendekatkannya hingga tidak ada jarak di antara mereka. Tatapan matanya tajam, menusuk dalam ke mata Yuki yang dipenuhi kebingungan dan kepedihan.

“Berhenti memikirkan orang lain, Yuki,” suaranya rendah, dalam, namun penuh peringatan.

Yuki menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat di tengah ketegangan yang menyelimuti mereka. “Lekky… Apa kau tidak ingin mengakhiri hubungan kita?” tanyanya lirih.

Lekky tidak menjawab seketika. Ia hanya menatapnya lebih lama, seolah memastikan bahwa Yuki benar-benar memahami arti kehadirannya dalam hidupnya.

“Tidak,” jawabnya akhirnya, mantap dan tanpa ragu.

Yuki menghela napas, merasakan tekanan di dadanya semakin berat. “Lekky…”

Lekky menyempitkan matanya, jemarinya mengerat di pinggang Yuki, membuatnya sulit untuk bergerak. “Jangan memaksaku berbuat nekat, Yuki,” suaranya bergetar oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar amarah—obsesi, ketakutan, dan kepemilikan yang telah lama berakar. “Kau tahu aku sudah cukup banyak mentoleransimu selama ini.”

Yuki terdiam. Ia tahu Lekky bukan seseorang yang bisa dibelokkan dengan kata-kata. Apa yang diinginkannya, akan ia dapatkan. Apa yang dianggapnya miliknya, tidak akan pernah ia lepaskan.

Dan saat ini, orang itu adalah dirinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!