NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kerja Kelompok

Jiwangga melihat punggung Keisha berjalan menjauh lalu masuk ke dalam gedung sekolah. Lapangan yang semula berisik perlahan menjadi sunyi kembali. Keheningan memeluk tubuh Jiwangga untuk beberapa saat. Pemuda itu masih terdiam sebab memikirkan tingkahnya saat bersama Keisha tadi. 

 Apa yang Jiwangga pikirkan tadi saat bertingkah menyentuh bibir Keisha dengan jemarinya? Melihat bagaimana sang puan mengomel sepanjang mereka berbicara dengan bibir mengerucut lucu. Secara naluri, wajar saja jika Jiwangga menjadi gemas karenanya. Ia tidak bisa menahan tangan untuk tidak bertingkah menyebalkan di depan Keisha.

Ada kepuasan tersendiri yang Jiwangga rasakan setiap kali melihat Keisha meledak dalam amarah. Pemuda tampan berambut sehitam arang itu menumpukkan tangan kanannya di pinggang. Refleks ia menendang sebuah kerikil yang berada tidak jauh di dekatnya. Perasaan aneh yang masih tersisa di hati membuat Jiwangga mengacak rambutnya tak nyaman sampai berantakan.

“Bego, gue ngapain sih kayak gitu segala sama si cewek aneh itu,” gumam Jiwangga lirih.

Jiwangga bisa dengan jelas mendengar suara degup jantungnya yang berdebar kencang. Suara itu bagaikan gemuruh petir saling menyambar di tengah hujan deras. Berisik dan tak beraturan ritmenya. Mungkinkah ini reaksi alami ketika seseorang mulai jatuh cinta?

Tidak, tidak mungkin seorang Jiwangga Abram bisa dengan mudahnya menjatuhkan hati pada perempuan berisik, cerewet, suka mengatur, tidak bisa memasang gas sendiri, dan manja seperti Keisha. Tetapi, tunggu, kenapa Jiwangga tahu banyak hal tentang gadis itu lebih banyak dari kebanyakan orang? 

Jiwangga tidak mengawasi setiap gerak-gerik yang Keisha lakukan, kan? Pemuda itu lantas mencubit kencang pipinya agar mengembalikan kewarasannya untuk tidak memikirkan segala hal tentang Keisha lebih jauh. Dengan langkah cepat, ketua dari Chaos Brotherhood itu kembali ke dalam area sekolah saat mendengar bel jam istirahat telah selesai. 

*** 

Kelompok 10 (5)

Luna: Gue sama Tristan bentar lagi sampai nih. Tinggal masuk ke gerbang komplek aja.

Clover: Lo mau titip jajanan nggak Kei? @you

Ciko: Gue bawain mangga dari rumah, disuruh nyokap tadi. 

Tristan: Kita mau nugas bukan mau nongkrong di rumah Keisha.

Luna: Ya nggak apa-apa dong kan bisa sambil nugas sekalian ngerujak.

Keisha: Nggak usah deh Clo. Semua udah ada di sini.

Clover: Oh oke. Gue tinggal nunggu Ciko datang jemput.

Keisha: Ya udah gue tunggu.

Gelembung pesan dari Keisha hanya diberi tanggapan emoji hati dari Luna dan acungan jempol oleh Clover, Ciko, dan Tristan. Kira-kira masih ada waktu tersisa sekitar lima sampai sepuluh menit lagi untuk bersiap. Segera gadis itu memeriksa juga memastikan tidak ada barang milik Jiwangga yang berserakan di berbagai tempat.

Netranya menatap pada setiap sudut ruangan satu persatu. Atensi gadis itu sempat teralihkan pada jaket denim dengan bordir nama Chaos Brotherhood di bagian punggung tergeletak di atas sofa. Keisha langsung menyambar jaket itu untuk disembunyikan di kamarnya. Jiwangga ini benar-benar ya, bukan di rumah sendiri saja kebiasaan sekali suka membuat berantakan. 

Keisha sesekali melirik pada jam di dinding menunjukkan pukul 15.30 sore. Ia menggigit bibirnya gelisah saat menyadari waktu yang tersisa untuk bersiap tidak banyak. Gadis berambut hitam panjang itu kemudian berlari ke arah dapur mencari di mana keberadaan Siti. Si nona muda ingin mengajak semua orang untuk bekerja sama dalam melancarkan aksi sembunyi identitas Jiwangga di rumah ini.

“Mbok! Mbok Siti,” panggil Keisha lantang. Langkah-langkah cepat sang puan segera beralih ketika di dapur tidak ada siapa pun. “Mbok di mana?” tanya Keisha.

“Mbak Keisha perlu apa? Mbok tadi habis siram tanaman di balkon,” balas tanya Siti. Perempuan separuh baya dengan pakaian lusuh itu berjalan ke arah Keisha dengan kerutan di keningnya. 

“10 menit lagi teman-temanku mau ngerjain tugas di sini. Aku mau Mbok Siti sama Pak Cipto bantu sembunyiin barang-barangnya Jiwangga. Terserah mau ditaruh di mana, asal mereka nggak boleh tahu kalau aku sama Jiwangga tinggal satu rumah. Bisa kan, Mbok?” pinta Keisha memelas.

“Walah mendadak banget. Ya udah sekarang Mbok suruh Pak Cipto buat bantu berberes ruangan depan. Mbak Keisha bersihin area ruang tengah sama tempat buat ngerjain tugasnya,” ucap Siti patuh.

“Makasih ya Mbok,” kata Keisha mengusap pundak sang asisten rumah tangganya lembut.

“Sama-sama, Mbak Kei.”

Siti berlalu pergi meninggalkan ruang tengah untuk mencari keberadaan Cipto. Pesan ini harus disampaikan segera sebelum mereka benar-benar diburu oleh waktu. Keisha mengambil perintilan pod vape milik Jiwangga, yang entah kenapa bisa berada di dalam vas bunga. Dalam waktu singkat Keisha sudah mengamankan area ruang tengah dan gazebo taman belakang. 

Sekarang, tinggal menunggu kedatangan teman-temannya saja. Keisha sungguh tidak bisa menahan debaran jantung yang makin menggila setiap kali melihat pada arloji di pergelangan tangannya. Gadis itu kerap kali melihat para ruang obrolan grup mereka yang masih belum mendapat info terbaru. 

Samar-samar dari luar terdengar suara deru mesin motor yang baru saja dimatikan. Ada pula ramai orang berbincang membuat Keisha mau tidak mau pergi ke luar untuk memeriksa. Pasti teman-temannya sudah datang. Dan, benar saja dugaan si cantik tidak mungkin meleset. 

“Kei! Gue bawa cireng isi kesukaan lo nih, tadi beli di dekat pom bensin langganan kita,” sapa Luna sambil menunjukkan kantung plastik berisi camilan kesukaan Keisha. 

“Nih mangga hasil kebun di kampung.” Ciko memberikan satu tas penuh berisi mangga yang kelihatan sangat segar dan menggiurkan. Aroma wangi dari buah yang sudah matang tentu saja lebih menggugah selera. 

Clover melepas helm dan menaruhnya di atas motor Ciko. Ia membenarkan penampilannya dari balik kaca spion. Sorot pandang gadis itu lantas melirik pada sekeliling. Bibirnya tergerak membentuk bulatan saat melihat betapa megah dan besarnya rumah milik Keisha. “Rumah lo gede banget. Nggak heran sih kalau Luna semangat banget mau ngerjain tugasnya di sini,” kata Clover.

“Tamu nggak disuruh masuk nih?” tanya Tristan menginterupsi.

“Ayo langsung ke taman belakang aja ya,” kata Keisha seraya menggeser tubuh lalu mempersilahkan teman-temannya untuk masuk.

Luna masuk lebih dulu dari pada yang lain. Gadis itu berjalan mantap bak pemimpin regu dalam suatu karya wisata. Diikuti oleh Ciko, Clover, Tristan, dan si pemilik rumah tentunya. Keisha mengarahkan ketiga temannya ke lorong menuju taman belakang. Banyak komentar takjub yang gadis itu terima dari belah bibir Clover. 

Ciko sama kagumnya dengan Clover tetapi tidak sevokal gadis itu. Sedangkan, Tristan tampak acuh dan tidak peduli. Rumah mewah dan segala isinya pun dia juga sudah punya sendiri. Kelima anak itu sampai juga di gazebo taman belakang yang berada tepat di tengah-tengah pepohonan rindang. 

Mereka langsung mengambil tempat ternyaman dan mulai mengerjakan tugas. Di hadapan masing-masing ada laptop yang sedang menyala sedang menampilkan berkas presentasi. Keisha bergabung dengan Luna dan Ciko untuk membahas bagian apa saja yang harus dimasukkan ke dalam powerpoint. Clover menggarisbawahi buku dengan stabilo, sedang Tristan sibuk mengotak-atik laptop sambil menghirup pod vape miliknya.

“Lo kalau mau ngerokok mending di luar aja dari pada bikin polusi di rumah gue,” tegur Keisha.

Tristan menoleh sekilas. “Santai aja kenapa sih, Kei. Vape nggak akan sebau asap rokok kali,” ucap Tristan acuh.

“Mulut lo gatal banget kalau nggak ngisap sebentar aja? Tahan dulu paling dua jam selesai. Lagian di rumah orang, hargai yang punya lah,” sahut Luna membela sahabatnya.

“Wangi vapenya Tristan nggak seburuk itu guys. Strawberry smoothie gini enak kok,” celetuk Clover santai.

“Tetap nggak bisa, Clo. Mau seenak apa pun baunya kalau bikin gue jadi perokok pasif juga ogah banget. Matiin nggak?” perintah Keisha sambil menatap sinis ke arah Tristan.

“Udah,” lerai Ciko. Pemuda bertubuh tinggi kurus itu lantas menepuk pundak Tristan sampai membuat laki-laki berambut hitam dan pirang itu menoleh ke arahnya. Separuh alis pemuda Gamalael itu terangkat naik. “Kita lagi di rumah orang ya hargai pemiliknya. Gue temani ntar kalau lo mau sebat. Sekarang matiin dulu baru kita lanjut ngerjain,” tutur Ciko.

“Hidup lo terlalu banyak aturan.” Tristan terpaksa menuruti permintaan teman-temannya sebab dia adalah pihak minoritas. Ia melempar asal pod itu di atas meja sampai terdengar bunyi nyaring dari gesekan dua benda. “Puas?” tantang Tristan.

Keisha menganggukkan kepala saat melihat Tristan benar-benar tunduk dengan perintahnya. Kerja kelompok sore hari itu kembali kondusif dan mereka mengerjakan sesuai porsi masing-masing. Sesekali terdengar bising saat Luna atau Tristan beradu argumen tentang hal yang tidak penting.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!