Terobsesi dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan membuat Violet Kalalova rela menjadi yang ke 2. Gadis cantik itu sedikit gila, tengil, dan nekat. Apapun akan dia lakukan untuk membuat keinginan nya terpenuhi, salah satunya menarik perhatian Jeriko Mahendra agar membuatnya menjadikan seorang istri, namun ada alasan dibalik itu semua. Ia menyimpan rahasia besar yang selama ini membuatnya merasakan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sandiwara Lova
Lova baru saja tiba di rumahnya sekitar pukul setengah 10 malam. Mobil Kenzo sudah pergi dari pekarangan rumahnya beberapa saat lalu. Sementara ia baru saja akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba terdengar suara dari arah sampingnya.
"Bagus, jam segini baru pulang."
Suara familiar yang sudah cukup lama tidak Lova dengar kini kembali mengisi telinganya. Lova menoleh, cukup terkejut untuk beberapa detik melihat kedatangan seorang laki-laki yang paling ia benci di muka bumi ini. Dan kini laki-laki tersebut berdiri tidak jauh darinya dengan menatap remeh akan dirinya.
"Mau seperti ibu kamu?" suara itu kembali terdengar lagi.
Kali ini Lova tidak diam, ia menatap tidak suka dengan laki-laki yang merupakan papa kandungnya sendiri.
"Ngapain ke sini? Pergi nggak?" Lova tidak kalah nyalang, ia tidak takut sama sekali dengan papanya.
Menurut Lova, untuk apa ia takut. Toh, selama ini ia tidak hidup dari uang papanya. Kiriman dari papanya sudah terkumpul sangat banyak, dan mungkin bisa untuk membeli rumah. Namun Lova sangat tidak sudi dan bahkan lebih memilih menggunakan caranya untuk mendapat uang sendiri. Seperti memacari anak orang kaya, misalnya Kenzo yang rela mengirim uang bulanan untuk hidup Lova.
"Kamu berani sama papa? kamu ngusir papa Lova?"
"Ada apa ini?" tante Gina datang dengan wajah khas orang yang baru saja bangun.
Ia melihat ke arah Lova dan papanya secara bergantian.
Seketika wajahnya terkejut melihat adanya papa Lova di sana.
"Kamu ngapain ke sini mas?" tanya tante Gina membuat papa Lova mendesah kesal.
Beliau melirik Lova sekilas sebelum menjawab.
"Saya hanya ingin mengingatkan, jangan pernah usik keluarga saya lagi, uang bulanan Lova tetap saya kirim."
"Saya nggak butuh uang anda, berhenti kirim uang ke saya," sela Lova dengan kesal.
"Tidak usah munafik Lova, kamu pikir papa tidak tahu apa yang kamu rencanakan? jangan pernah mengusik rumah tangga orang Lova."
Setelah mengatakan itu, beliau pergi meninggalkan Lova yang terdiam di tempatnya. Bahkan untuk sekedar membela diri saja sulit rasanya untuk Lova lakukan. Sehebat itu memang pengaruh seorang ayah untuk Lova. Sekalipun ia benci dan sangat membenci, namun di depan Lova sangatlah lemah, tidak dipungkiri jika Lova sangat merindukan sosok itu, rindu namun juga benci.
"Kita masuk sekarang sayang." Gina merangkul Lova untuk masuk ke dalam.
Sebenarnya tante Gina cukup penasaran apa maksud dari ucapan papa Lova tadi. Tapi beliau lebih memilih untuk memendam, beliau akan menanyakan nanti kepada Lova, disaat waktu yang sudah tepat.
"Aku langsung ke kamar ya tan," pamit Lova menuju ke kamarnya.
Sampai di kamar, Lova menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, tatapan nya kosong ke atas, ucapan papanya kembali berputar di otaknya. Tanpa sadar sudut bibirnya melengkung ke atas, membentuk senyum, namun jika dilihat senyum itu penuh akan rasa sakit yang mendalam, ada kesedihan dibalik senyum manis Lova.
"Gue semakin pengen hancurin rumah tangga lo Serina Arkanjaya."
Lova kembali terkekeh miris ketika menyebutkan nama papanya diakhir nama Serina. Sementara dirinya saja tidak menggunakan marga dari keluarga besar papanya. Namun ia tahu, dengan demikian justru akan membuatnya mudah, mudah untuk melanjutkan rencananya.
...****************...
Lova baru saja akan pulang dari kampusnya saat sebuah pesan tiba-tiba masuk di ponselnya. Awalnya ia malas untuk membukanya, Lova mengira jika itu pesan dari Kenzo yang mengajaknya pulang bersama, namun setelah tahu jika nomor baru yang masuk, seketika ia semangat untuk membalas pesan tersebut. Senyumnya melebar dengan sempurna di wajah cantiknya.
"Napa senyum-senyum?" Belvi datang menyenggol lengan Lova.
Lova menoleh, lalu kembali tersenyum dengan sangat manis untuk Belvi. "Lo tau? si om ngajak ketemu sekarang," beritahu Lova seraya mengetik balasan pesan di ponselnya.
"Maksud lo? Jeriko? Om ganteng itu?" tanya Belvi diangguki oleh Lova.
"Gue duluan ya Bel, doain gue," ujar Lova diangguki Belvi dengan wajah masih bingung.
"Oh iya, bawain pulang mobil gue Bel, kalau tante Gina tanya, bilang aja gue diajak pergi Kenzo."
Setelahnya Lova pergi meninggalkan pelataran kampus. Namun tidak lama setelah itu, terlihat Kenzo yang menghampiri Belvi dengan mencari keberadaan Lova.
"Belvi," teriak Kenzo mendekat.
Belvi menoleh, mendapati Kenzo dengan napas sedikit terengah-engah.
"Lo liat Lova nggak?" tanya nya.
Kan? Sedikit lagi saja harusnya Kenzo menemukan Lova. Namun sekarang Belvi harus mencari alasan untuk Kenzo, tidak mungkin Belvi mengatakan jika Lova akan menemui Om nya Kenzo, laki-laki yang menjadi incaran Lova.
"Enggak kak."
Kening Kenzo mengernyit, ia menatap kunci mobil milik Lova yang masih berada di tangan nya.
"Itu bukan nya kunci mobil Lova ya?"
'Anjir lah, gimana ini?' bingung Belvi dari hatinya.
Berbeda dengan Belvi yang sedang bingung mencari alasan, Lova justru sedang memoleskan warna pink alami di bibirnya, tidak lupa ia menyemprotkan pewangi pada sekitar pakaian nya. Lalu merapihkan sedikit rambutnya.
Sopir taksi yang ia tumpangi bahkan sampai menggeleng tahu akan tingkah penumpang di belakangnya. Namun beliau tidak berani berkomentar, beliau tahu, mahasiswi yang menjadi penumpangnya ini mungkin akan bertemu dengan kekasihnya.
"Terimakasih pak, kembalian nya untuk bapak." Lova turun dengan gaya elegan nya.
Sedikit centil dan seksi pastinya.
"Makasih non," balas sopir taksi mendapat senyuman Lova.
Lova masuk ke dalam sebuah restoran besar dan mewah, saat ia masuk seseorang sudah menunggunya dan menuntun Lova untuk menuju ke ruangan private. Lova tidak menolak, ia sendiri tahu, sudah pasti Jeriko memintanya bertemu secara diam-diam. Meski begitu, Lova tidak mempermasalahkan.
Sebelum benar-benar masuk, Lova menghembuskan napasnya panjang, lalu dengan anggun dan seksi ia masuk ke dalam, di sana, sudah ada Jeriko yang menunggunya. Jeriko terlihat masih mengenakan pakaian kerjanya, mungkin laki-laki itu sengaja menemuinya setelah pulang dari kantor.
"Sudah lama om?" tanya Lova basa-basi.
Lova duduk dengan seksi, lalu rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai sengaja ia kebelakang kan.
"Ck." Jeriko berdecak melihat tingkah gadis di depan nya.
Pacar keponakan nya ini benar-benar terlihat sengaja menggodanya. Jeriko tidak bodoh, ia paham dengan segala tindakan Lova padanya.
"Masih tidak mau tanggung jawab?" tanya Lova langsung pada intinya, percuma saja ia sengaja menggoda Jeriko, laki-laki itu pada dasarnya sangat susah untuk ditaklukan, beruntung saja Lova bisa terjebak dengan Jeriko pada malam itu.
"Saya rasa kamu pura-pura, kamu tidak benar-benar hamil bukan?"
Lova tertawa meremehkan. Meski dalam hatinya mengumpati Jeriko yang memang sangat susah untuk memercayainya.
"Terserah om saja, tapi jangan harap nanti om bisa bertemu dengan anak ini."
Alis Jeriko menukik, ia menatap tajam Lova sebelum akhirnya mendekat dengan tatapan semakin tajam bak elang.
Lova tidak gentar, ia justru langsung mempunyai ide untuk membuat Jeriko semakin terjerat dengan nya.
Huek
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
senang baca setiap karya2nya kak Riri👍🏻