Tutorku Tunanganku
“Kei, lo dipanggil sama Bu Rasmi buat datang ke ruang guru sekarang,” ucap gadis berambut panjang dengan badge name Luna Geraldine itu dari depan kelas.
Gadis bernama lengkap Keisha Zievanna ini menoleh ketika mendengar namanya disebut oleh seseorang. Tidak biasanya ia dipanggil ke ruangan sakral itu jika tidak ada keperluan. Kerutan pada kening juga raut wajah seolah sedang kebingungan benar-benar tergambar jelas.
“Ngapain?” tanya Keisha.
“Gue nggak tahu sih tapi kata gue sih ya mending sekarang lo ke sana sekarang.” Luna berkata sambil mendorong pundak Keisha agar segera beranjak dari bangku beton yang sedari tadi menjadi tempat keduanya berbincang ringan.
“Oke, thanks ya Lun,” kata Keisha.
Keisha lantas bangkit berdiri dan merapihkan rok abu-abu miliknya sebelum benar-benar melangkah pergi meninggalkan koridor kelas. Jarak antara ruang kelas dengan kantor guru tidak lah jauh. Hanya berbeda satu lantai saja.
Ketukan lirih sang puan beri ketika akan memasuki kawasan berbahaya yang menjadi daerah teritorial para guru. Ketika izin sudah didapat, Keisha masuk ke dalam dan mencari sosok yang memanggilnya tadi. Gadis berambut coklat kehitaman itu segera mendatangi meja Rasmi yang berada tidak jauh dari pintu masuk.
“Ada keperluan apa ya Ibu memanggil saya?” tanya Keisha sopan.
Rasmi menoleh. Sudut bibirnya terangkat naik membentuk sebuah senyuman. “Ibu mau minta tolong ke kamu buat jadi tutor sebaya Jiwangga. Kamu bantu dia ya buat naikin nilai-nilainya. Saya udah angkat tangan menghadapi anak itu. Setidaknya sampai Jiwangga bisa naik kelas dengan nilai yang memuaskan,” jawab Rasmi tanpa basa-basi.
“Saya nggak yakin bisa jadi tutor yang baik buat dia, Bu,” tolak halus Keisha.
“Kamu ini kan murid kebanggaan kita semua, saya yakin sekali kalau kamu mampu mengajari Jiwangga. Cuma satu orang aja loh Kei. Mau ya?” tanya Rasmi tetapi nada bicara wanita itu seakan menekan Keisha untuk setuju atas permintaannya.
“Kalau saya gagal gimana Bu?” Keisha menggigit bibir bawahnya gugup. Ada rasa tidak yakin yang membuat dirinya enggan untuk mengusulkan macam-macam.
“Semisal gagal ya kamu bisa coba lagi. Saya percaya kamu bisa menangani Jiwangga. Ibu minta tolong sekali sama kamu ya, Keisha,” mohon Rasmi seraya menggenggam tangan Keisha dengan sorot pandang sayu.
Keisha menghela napas berat lantas menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Meski enggan, gadis itu tidak bisa serta-merta menolak begitu saja jasa guru di hadapannya ini. Terlalu banyak bantuan yang dia terima selama mengikuti banyak perlombaan. Suka atau tidak pada akhirnya Keisha menerimanya.
Meskipun menerima tugas dengan separuh hati tak rela. Lagi pula, siapa yang tidak mengenal sosok pemuda yang sedang keduanya bicarakan. Kepopuleran seorang Jiwangga Abram sudah tidak perlu diragukan lagi. Pemuda itu mahir dalam banyak hal. Termasuk berbuat onar dan suka mengganggu murid perempuan bersama teman-teman satu gengnya.
Chaos Brotherhood adalah sekumpulan pemuda yang suka membuat onar dengan Jiwangga sebagai ketuanya. Mereka tidak hanya tampan, tetapi juga memiliki pesona dalam bidang olahraga. Sedikit banyak piala kejuaraan basket dan, futsal, dan taekwondo memenuhi lemari kaca karena prestasi mereka.
“Saya nggak ada pilihan lain buat nolak juga kan. Ya udah saya bakal bimbing Jiwangga sampai nilainya membaik di ujian kenaikan kelas nanti Bu,” kata Keisha pasrah.
“Nah gitu dong. Kamu bisa kembali ke kelas sekarang ya, tuh bel udah bunyi dari tadi,” titah Rasmi.
“Baik, saya permisi dulu Bu Rasmi,” pamit Keisha.
Keisha membungkuk dengan kepala tertunduk sopan. Ia berbalik arah menuju pintu keluar dan tidak lagi menoleh ke dalam kantor guru. Gadis itu berjalan lebih lambat dari semua orang. Sorot pandangnya kosong seperti sedang memikirkan sesuatu. Lebih tepatnya penyesalan dari langkah nekat yang diambilnya secara gegabah tadi.
Tidak ada jalan untuk kembali sekarang. Rasanya ingin sekali Keisha menolak sekuat tenaga permintaan dari Rasmi yang dirasa tidak masuk akal untuknya. Berurusan dengan Jiwangga Abram? Si pembuat onar itu...hanya memikirkan namanya saja sudah membuat Keisha sakit kepala.
Keisha berjalan tak tentu arah. Pikirannya melalang buana menjelajah alam lain sedangkan tubuhnya dipaksa untuk tetap melangkah. Terlalu asik berada dalam ilusi, gadis itu sampai tidak menyadari kalau ada presensi manusia lain yang juga berjalan berlawanan arah dengannya. Keisha hampir saja jatuh jika tidak berpegangan pada lengan seseorang di hadapannya.
“Punya mata nggak sih lo? Kalau jalan tuh lihat depan bukannya nunduk,” omel orang itu.
Keisha menoleh cepat ke sumber suara. Netranya seketika terbuka lebar bulat sempurna sebab terkejut. Ia tidak menyangka akan berhadapan langsung dengan pemuda yang tadi hanya ada dalam khayalannya. Suara omelan tadi berasal dari mulut seorang Jiwangga Abram.
Refleks cekalan tangan pada lengan pemuda itu langsung terlepas begitu saja. Keisha kembali pada setelan awal. Alis sedikit turun ke arah dalam hidung, kedua matanya yang menyipit, dan sudut mulut membentuk lengkungan ke bawah. Terlihat sangat tidak bersahabat sekali.
“Ya gue juga tahu kalau jalan tuh butuh kaki sama mata,” balas judes Keisha.
“Kalau dikasih paham tuh nggak usah nyolot,” balas Jiwangga sinis.
“Suka-suka gue lah. Badan juga badan gue,” sahut Keisha tidak mau kalah.
“Terserah lo aja lah,” kata Jiwangga malas.
Jiwangga kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena ditahan oleh Keisha. Ia tertinggal cukup jauh dari teman-temannya. Pemuda berkulit sawo matang itu hanya melirik sekilas ke arah Keisha lalu meninggalkannya begitu saja.
Keisha berusaha menahan diri untuk tidak melampiaskan rasa frustasinya dengan berteriak sekencang mungkin sekarang. Usapan kasar wajah ia beri sesaat kemudian. Keisha tidak ingin dipandang aneh oleh orang lain ini segera beranjak pergi menuju kelasnya di lantai dua.
***
Keisha kembali ke kelas sambil mengunyah cireng isi kesukaannya. Ia mendengar dari teman satu kelas jika guru yang mengajar di jam berikutnya tidak masuk. Mereka hanya diminta untuk melanjutkan catatan dan mengerjakan buku latihan. Makanya dia bisa santai jajan dulu di kantin sebelum masuk.
Hitung-hitung camilan yang bisa membuat moodnya naik setelah diberi tugas berat. Keisha mengunyah cireng isi ayam suwir pedas itu lahap. Ia tidak sempat ke kantin karena menghadap ke kantor guru tadi. Lima biji makanan berbahan tepung tapioka itu akhirnya habis tak bersisa.
Keisha meneguk hingga separuh lebih isi botol minumnya demi memberi kepuasan pada tenggorokannya yang kering. Perut yang semula keroncongan karena belum diisi kini sudah penuh maksimal. Gadis itu mengusap permukaan perut datarnya sambil bersandar pada bangku yang didudukinya.
“Lo dipanggil Bu Rasmi lama banget deh. Lo mau diajuin ikut lomba yang mana lagi?” tanya Luna membuka pembicaraan.
“Bukan masalah lomba,” jawab Keisha lesu.
“Terus?” tanya Luna dengan kening berkerut heran. Pasalnya, sahabatnya ini langganan sekali mengikuti banyak perlombaan demi mewakili sekolah sampai ke tingkat nasional.
“Bu Rasmi nyuruh gue buat jadi tutornya Jiwangga,” kata Keisha.
“HAH? Jiwangga? Si tukang bikin onar ketuanya Chaos Brotherhood? Lo serius nggak sih?” pekik Luna kencang. Ia menutup mulut dengan kedua tangan kemudian ketika sadar suaranya terlalu nyaring, sampai membuat beberapa teman di sekitarnya menoleh ke arah mereka.
“Mana ada gue bohong sih, Lun. Gue udah udah coba buat nolak permintaannya Bu Rasmi, tapi beliau maksa??? Gue nggak enak buat nolaknya lah,” gerutu Keisha.
“Ya kalau gue jadi lo juga bakal susah sih nolak permintaannya dia. Gue turut prihatin sama kesialan yang lo dapat hari ini. Emang apes itu nggak ada di kalender, Kei. Lo harus banyak stok sabar deh kalau berhadapan sama Jiwangga,” kata Luna.
“Pusing banget gue. Kasih tahu kalau guru jam berikutnya masuk ya. Gue mau tidur bentar,” kata Keisha.
Keisha mengambil jaket miliknya yang tersampir di bangku. Ia membentuk kain itu menjadi sebuah bantal yang nyaman untuk dipakai. Saat sedang mencari posisi ternyaman masuk ke alam mimpi yang indah, dari pintu masuk seorang pria separuh baya membawa beberapa buku tebal juga laptop di tangan.
Musnah sudah rencana Keisha untuk tidur barang sebentar sebab kelas yang ‘harusnya’ kosong ini malah dipakai oleh guru lain demi mengisi jam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
2025-03-22
0