Sesa adalah gadis cantik dan anggun yang secara diam - diam mencintai kekasih dari sahabat.
Memendam cinta kepada seorang pria selama 10 tahun lamanya. Tapi cinta tak berpihak padanya di saat sahabatnya menggandeng seorang pria sebagai kekasihnya yang tak lain adalah pria yang selama ini di cintai Sesa.
Tidak ingin melukai sahabatnya Sesa lebih memilih untuk melupakan cintanya. Tapi apa yang terjadi tak sesuai dengan harapan, di saat Sesa mencoba melupakan pria itu, justru mereka malah terikat sebuah benang merah.
Lalu apa yang harus Sesa lalukan? Akankah Sesa menolak keinginan keluarganya demi kebahagiaan sahabatnya? Atau lebih memilih mengikuti keinginan keluarganya meski hatinya sendiri terluka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teh hijau
Sesa keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Hari ini Sesa pulang lebih awal dari cafe, karena cuaca hujan sehingga sedikit sepi. Bulan ini sudah memasuki musim penghujan. Jadi banyak yang lebih memilih bergulung dengan selimut dari pada keluar rumah atau sekedar nongkrong di cafe.
Sesa melirik jam yang masih menunjukkan pukul 5 sore. Tentu saja Yuga belum pulang dari kantor. Di apartemen sebesar ini tentu saja Sesa merasa sangat kesepian. Berdua dengan Yuga juga sama saja seperti seorang diri, karena mereka jarang berinteraksi. Di saat seperti ini, rasa kesepian semakin menyerang. Sesa rindu orang tuanya rindu sahabat-sahabatnya.
Sesa mengambil ponselnya di atas meja rias. Untung masih ada ponselnya yang selalu menemani di kala sepi. Saat menscroll laman media sosialnya tiba-tiba sebuah notifikasi masuk dari orang yang tak pernah ia duga.
KEMBANG PERAWAN CHAT GROUP
Della : Pada kemana ni?
Maya : Akhirnya idup lagi nih grup yang udah mati.
Della : Sesa mana?
Maya : Sesa? Sa?
Sesa : Iya.
Maya : Lagian diem-diem bae sih loe.
Della : kangen kalian tau ngga sih 😤kalian gak pada kangen gue?
Maya : Gue biasa aja.
Sesa : Kita kangen kok Della. Udah sebulan lebih kita ngga kaya gini.
Della : Iya deh, gue minta maaf. Gue udah selalu salahin loe Sa. Loe masih mau kan temenan sama gue?
Sesa : Tentu aku mau Della.
Maya : Nah gitu dong baikan kan enak.
Della : Besok kan weekend, kita nonton yuk?
Maya : Males ah nonton mulu, yang lain kek.
Della : Musim hujan May, emang yang lain apa?
Sesa : Benar kata Della May, akhir-akhir ini suka hujan.
Maya : Ke ancol kek ke taman mini kek yang penting ganti suasana deh.
Della : Yakin loe mau ke pantai? Ke ancol mau? Biar ketemu putri duyung disana. Hahaha
Maya : Oke kita ke ancol besok.
Della : Ih seriusan loe mau ke ancol? Kirain bercanda ngajakin ke pantai.
Sesa : Beneran ini May?
Maya : Jadi ngga nih sebelum gue berubah pikiran.
Della : Oke oke gue setuju.
Maya : Terus mau otw jam berapa? Terus berangkatnya gimana?
Della : Loe jemput Sesa dulu May, abis itu langsung ke sana duluan. Gue bawa mobil sendiri karena gue ada urusan bentar.
Maya : gimana Sa?
Sesa : Aku ikut aja deh.
Della : Oke, besok kita ketemu di sana. Berangkat pagi aja ya biar bisa lama kita mainnya.
Sesa : Iya.
Maya : Serah loe deh.
Sesa mengakhiri chat groupnya. Akhirnya sahabatnya kembali juga. Satu beban di pundak Sesa seakan sudah terangkat. Hingga tak sadar jika sudah satu jam Sesa berkutat dengan ponselnya.
"Ya Allah udah masuk maghrib" Sesa menepuk jidatnya bergegas untuk mengambil air wudhu.
-
Sesa keluar kamar setelah menunaikan ibadahnya. Sesa mendekat ke arah dinding kaca tembus pandang yang memperlihatkan pemandangan kota jakarta dari atas ketinggian.
"Masih hujan ternyata" Sesa melihat rintik hujan yang menempel pada dinding kaca apartemennya.
"Lebih baik aku masak saja, mungkin sebentar lagi Mas Yuga pulang" Sesa bergumam sendiri.
Wanita 26 tahun itu mulai sibuk dengan bahan masakannya. Tangannya sudah sangat lihai untuk hal satu ini. Semua yang sudah pernah mencoba masakan Sesa pasti tidak akan kecewa dengan rasanya. Orang tua Sesa juga sangat mendukung jika Sesa membuka restoran kuliner karena kemampuan Sesa di bidang memasak. Namun Sesa belum tertarik untuk hal itu.
Masakan terakhir selesai tepat saat pintu apartemen di buka dari luar. Yuga akhirnya memperlihatkan batang hidungnya. Jika biasanya Yuga masih terlihat rapi saat pulang dari kantor tapi berbeda dengan hari ini. Kemeja yang di gulung asal, dasi dilonggarkan, kancing kemeja sudah terbuka dua dari atas dan jas yang yuga bawa ditangan kirinya dengan asal.
Sesa menghampiri suaminya yang masih di ambang pintu.
"Mas Yuga baru pulang" Senyuman lembut melekat pada bibir Sesa. Tangan Sesa terulur mengambil jas di tangan suaminya. Yuga hanya diam saja tanpa protes.
Yuga mendudukkan dirinya di sofa, menyandarkan kepalanya yang terasa berat. Jari tangannya memijat pelan pelipisnya. Sesa yang melihat itu merasa tak tega melihat suaminya.
"Apa di kantor sedang ada masalah? kenapa Mas Yuga kelihatan lelah sekali" lirih Sesa.
Sesa mendekati Yuga dengan secangkir teh di tangannya. Sesa duduk di sebelah suaminya dengan sedikit jarak.
"Mas, Sesa buatin teh hijau buat Mas Yuga. Katanya teh hijau bisa bikin badan jadi lebih rileks dan sedikit menghilangkan penat. Mas Yuga coba ya?" Yuga membuka matanya yang sempat ia pejamkan karena kepalanya sedikit pusing.
Yuga menegakkan kepalanya kemudian menerima cangkir yang di ulurkan Sesa.
Seteguk dua teguk masuk menghangatkan kerongkongannya. Yuga meletakkan tehnya di meja setelah hampir separuh ia minum. Kepalanya kembali ke posisi semula, dengan jari yang masih setia memijat pelipisnya.
"Mas Yuga pusing?" Seolah tuli, Yuga tak menyahut pertanyaan Sesa.
"Mau Sesa bantu pijitin?" Kenapa juga pertanyaan itu lolos dari bibir sesa. Sungguh memalukan batin Sesa.
Sesa masih terdiam karena malu dengan ucapannya hingga memalingkan wajahnya tak berani melihat ke arah Yuga. Tapi sesuatu yang berat menimpa pahanya. Hingga mata Sesa terbelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ternyata yuga menjadikan pahanya sebagai bantalan untuk kepalanya. Tubuh Sesa terasa kaku, darahnya seakan membeku tak bisa mengalir didalam tubuhnya. Bahkan Sesa lupa cara untuk bernapas. Sudah beberapa detik berlalu tapi Sesa masih membeku.
"Kenapa diam?" Yuga bersuara dengan matanya yang tertutup.
"Hah?" Sesa masih tak paham maksud Yuga.
Yuga menarik tangan Sesa kemudian meletakkan di keningnya.
"Kepala saya pusing di bagian depan" akhirnya Sesa paham apa maksud Yuga.
"Sungguh b*doh bukanya tadi aku yang menawarkan diri, aku malu sekali" Sesa merutuki dirinya dalam hati.
Tangan Sesa dengan telaten memijat pelipis hingga pangkal hidung suaminya. Dalam posisi ini Sesa dapat melihat dengan jelas ketampanan suaminya. Bahkan bisa dengan leluasa memegang wajah yang dari dulu sangat di dikaguminya.
"Mas Yuga tidur?" Susah lebih dari 15 menit Sesa memijit kepala Yuga.
Tidak ada jawaban dari pria yang kepalanya berada di pangkuannya. Kemudian tangan Sesa melambai lambai di atas mata Yuga.
"Apa mas Yuga ketiduran?" Batin Sesa.
Dengkuran halus mulai terdengar menandakan Yuga benar-benar tertidur. Sesa merasa tidak nyaman dengan posisi seperti ini. Lebih tepatnya tidak nyaman dengan jantungnya yang terus saja mengajaknya berolahraga.
Sesa mengamati setiap inci wajah suaminya. Wajah tampan yang bisa menarik perhatian semua wanita. Jari sesa bergerak menyentuh hidung yuga. Hingga jari telunjuknya sampai di pucuk hidung mancung itu. Sangat pelan dan lembut takut membangunkan Yuga dari tidurnya.
Sesa tersadar dari tindakannya.
"Apa yang aku lakukan?" Batin Sesa kemudian menggelengkan kepalanya.
Sudah hampir satu jam dalam posisi seperti ini, Kaki sesa sudah kebas dari tadi. Perutnya juga sudah mulai lapar.
"Mas, Mas bangun" Sesa membangunkan suaminya dengan menggoyangkan lengan Yuga dengan pelan.
Yuga membuka matanya kemudian merubah posisinya menjadi duduk kembali.
"Mas Yuga mandi dulu ya, biar Sesa siapkan air hangatnya. Setelah itu baru mas yuga makan" Sesa bangkit dari duduknya dan berjalan pelan menuju kamar.
Yuga melihat Sesa sedikit pincang saat berjalan.
"Apa selama itu aku tertidur hingga jalannya jadi seperti itu?" Tanya Yuga dalam hati.
-
Sesa sudah menunggu di meja makan. Masakannya yang tadi dingin juga sudah ia hangatkan kembali. Tak menunggu lama Yuga sudah keluar dengan rambut basahnya yang harum. Sesa merasa senang melihat Yuga memakai baju yang ia siapkan. Tapi Sesa hanya menyembunyikan rasa bahagianya dengan senyuman tipis.
Yuga duduk di tempat biasa. Diam menunggu Sesa yang mengisi piringnya dengan nasi dan lauk pauk. Seperti anak TK yang menunggu ibunya mengambilkan makanan. Sungguh manis.
Suap demi suap mereka lewati dengan diam hanya suara sendok yang bergesekan dengan piring sebagai irama di ruangan yang cukup besar ini.
"Mas?" Sesa membuka suaranya setelah yuga menyelesaikan suapan terakhir.
Yuga melihat ke arah Sesa.
"Sesa mau minta izin mas Yuga, kalau besok Sesa mau pergi ke pantai sama Della dan Maya. Boleh kan mas?" Sesa meremas jarinya di bawah meja.
"Dengan siapa berangkatnya?" Tanya Yuga.
"Maya yang akan jemput" Ucap Sesa.
"Hemmm" Yuga menganggukkan kepalnya.
"Terimakasih Mas" Mata Sesa terlihat berbinar.
***
"Hay" Suara Della.
Sesa dan Maya terkejut karena Della tidak datang sendiri.
-
-
Episode naru buat readers yang selalu menemani Sesa😚
Selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejakmu🤗🤗🤗