NovelToon NovelToon
Summer With You

Summer With You

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Slice of Life
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Shea Olivia

Sinopsis:

Choi Daehyun—penyanyi muda terkenal Seoul yang muncul kembali setelah 5 tahun menghindari dunia hiburan.

“Aku hanya ingin memintamu berfoto denganku sebagai kekasihku,” kata Choi Daehyun pada diriku yang di depannya.

Namaku Sheryn alias Lee Hae-jin—gadis blasteran Indonesia-Korea yang sudah mengenali Choi Daehyun sejak awal, namun sedikit pun aku tidak terkesan.

Aku mengangkat wajahnya dan menatap laki-laki itu, lalu berkata, “Baiklah, asalkan wajahku tidak terlihat.”

Awalnya Choi Daehyun tidak curiga kenapa aku langsung menerima tawarannya. Sementara aku hanya bisa berharap aku tidak akan menyesali keputusanku terlibat dengan Choi Daehyun.

Hari-hari musim panas sebagai “kekasih” Choi Daehyun dimulai. Perubahan rasa itu pun ada. Namun aku ataupun Choi Daehyun tidak menyadari kebenaran kisah lima tahun lalu sedang mengejar kami.

🌸𝐃𝐈𝐋𝐀𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐊𝐄𝐑𝐀𝐒 𝐂𝐎𝐏𝐘
🌸𝐊𝐀𝐑𝐘𝐀 𝐀𝐒𝐋𝐈 𝐀𝐔𝐓𝐇𝐎𝐑/𝐁𝐔𝐊𝐀𝐍 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓
🌸𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐈𝐍𝐆

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shea Olivia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 29

Sheryn mengangkat dagu, menantangnya. “Syarat apa?”

“Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku, kau mau memberitahuku?” tanya Choi Daehyun.

Sheryn mengerutkan kening karena merasa lucu. “Syarat apa itu?”

“Setuju atau tidak?” tanya Choi Daehyun sambil memosisikan sepuluh jarinya di atas tuts-tuts piano. Ia menatap Sheryn lurus-lurus, menunggu jawaban.

“Kenapa aku harus memberitahumu?” tanya Sheryn lagi.

“Supaya aku bisa langsung berlari menemuimu,” jawab Choi Daehyun ringan.

Sheryn tertegun. Ia merasa jantungnya berdebar dua kali lebih cepat. Apakah laki-laki itu sungguh-sungguh? Apa maksudnya?Akhirnya Sheryn berdeham dan berkata,

“Baiklah, aku akan memberitahumu kalau suatu saat nanti aku rindu padamu. Tapi kau tidak perlu berlari menemuiku, nanti kau capek.”

Choi Daehyun tertawa. Tiba-tiba ia berseru pelan, “Ah, ada satu hal lagi sebelum aku main!”

“Apa?”

Ia menatap Sheryn. “Artikel itu,” katanya ragu-ragu.

“Artikel tentang perselingkuhanmu itu... bukan aku yang mengatakannya.”

“Oh...”

“Aku hanya ingin kau tahu,” kata Choi Daehyun lagi.

“Jadi kau tidak usah mencemaskan masalah itu lagi. Serahkan saja padaku.”

Dalam hati, Sheryn sudah tahu bukan Choi Daehyun yang menyebarkan gosip tersebut. Maka tanpa ragu ia pun langsung mengangguk.

“Tapi, apakah kau memang... maksudku, apakah sekarang kau memang dekat dengan seseorang?”

“Kau sendiri yang bilang gosip-gosip seperti itu tidak bisa dipercaya. Kenapa bertanya seperti itu?” tanya Sheryn kesal.

“Aku memang tidak percaya. Makanya aku bertanya langsung padamu,” kata Jung Daehyun membela diri.

"Aku ingin tahu jawabannya darimu."

Sheryn meringis. “Tidak, semua yang ditulis di artikel itu tidak benar.”

Choi Daehyun mengangguk. “Oke, aku percaya padamu. Ah, satu hal lagi.”

Sheryn menghela napas. “Apa lagi? Kau sebenarnya mau main atau tidak?”

“Kalau suatu saat nanti aku rindu padamu, bolehkah kukatakan padamu?”

Pertanyaan itu membuat hati Sheryn berdebar-debar lagi.

“Boleh...,” sahut Sheryn, berusaha agar suaranya tidak terdengar gugup.

“Terserah kau saja.”

“Aku rindu padamu.”

Kali ini Sheryn merasa jantungnya berhenti berdegup. Ia hanya bisa menatap laki-laki yang sedang tersenyum itu. Ia tidak bisa mengucapkan apa pun, tidak bisa memikirkan apa pun.

“Baiklah,” kata Choi Daehyun akhirnya.

“Sekarang lagu apa yang harus kumainkan?”

"Terserah kau saja, yang pas sama suasana ini juga boleh."

Choi Daehyun mengangguk lalu mulai memainkan pianonya dengan lihai. Sheryn tersenyum sambil memperhatikan. Ia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya.

I'm so sorry that my timing's off

Aku minta maaf jika aku lupa waktu

But I can't move on if we're still gonna talk

Tapi aku tak bisa melanjutkan hidup jika kita masih ingin berbicara

Is it wrong for me to not want half?

Salahkah aku jika tak ingin setengah-setengah?

I want all of you, all the strings attached

Aku ingin semuanya darimu, semua rangkaian yang terikat

Oh, I'm good at keeping my distance

Oh, aku mahir dalam menjaga jarak

I know that you're the feeling I'm missing

Aku tahu bahwa kaulah perasaanku yang hilang

You know that I hate to admit it

Kau tahu jika aku benci tuk mengatakannya

But everything means nothing if I can't have you

Tapi semuanya tak berarti jika aku tak bisa memilikimu

I can't write one song that's not about you

Aku tak bisa menulis lagu jika bukan tentangmu

Can't drink without thinking about you

Tak bisa minum tanpa memikirkan tentangmu

Is it too late to tell you that

Apakah sudah terlambat tuk katakan bahwa

Everything means nothing if I can't have you?

Semuanya tak berarti jika aku tak bisa memilikimu?

I'm trying to move on, forget you, but I hold on

Aku mencoba tuk lanjutkan hidup, lupakanmu, tapi aku bertahan

Everything means nothing, everything means nothing, babe

Semuanya tak berarti, semuanya tak berarti, kasih

I'm trying to move on, forget you, but I hold on

Aku mencoba tuk lanjutkan hidup, lupakanmu, tapi aku bertahan

Everything means nothing if I can't have you, no

Semuanya tak berarti jika aku tak bisa memilikimu, tidak

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sheryn, setelah Mama pikir-pikir, sebaiknya kamu jangan terlibat dengan artis itu lagi."

Sheryn memindahkan ponsel ke telinga kirinya. “Mama, Sheryn kan sudah bilang bahwa hubungan Sheryn dengan dia nggak seperti yang Mama kira.”

Di ujung sana, ibunya menghela napas berat dan berkata, “Mama ngak peduli kalian punya hubungan yang seperti apa, tapi yang penting, jangan bergaul dengan artis itu. Atau artis mana pun.”

Giliran Sheryn yang menarik napas panjang.

“Awalnya Mama pikir kamu bisa menyelesaikannya, tapi sepertinya nggak begitu,” kata ibunya lagi.

Suaranya terdengar sedih. “Kenapa kamu harus terlibat dengan dia? Memangnya kamu sudah lupa tentang Lisa?”

Sheryn terdiam. Ia merasa tidak perlu diingatkan pada masalah itu. Ia belum lupa. Tidak pernah lupa. Bagaimana bisa lupa?

Sejak pertama kali bertemu Choi Daehyun sampai sekarang, setiap kali melihat Choi Daehyun, ia selalu teringat pada Lisa, selalu bertanya pada dirinya sendiri apakah keputusannya benar. Kini ia merasa ada yang salah pada keputusannya.

Seharusnya ia memang tidak terlibat dengan Choi Daehyun, karena sekarang ini hatinya kacau, pikirannya kacau. Ia tidak bisa tenang karena belum sepenuhnya jujur pada laki-laki itu.

“Jangan katakan masalah kali ini berbeda dengan masalah Lisa,” kata ibunya lagi.

“Karena walaupun berbeda, Mama nggak peduli. Tolong jangan terlibat dengan dia lagi.”

"Choi Daehyun orang yang baik, Ma," kata Sheryn.

“Mama nggak tahu apakah dia orang yang baik atau jahat,” sela ibunya cepat.

“Yang Mama tahu, kematian kakakmu ada hubungannya dengan dia. Jadi jauhi dia, Sheryn. Jauhi dia.”

Sheryn tersentak. “Kenapa Mama bicara seperti itu? Mama bicara seakan-akan Choi Daehyun sendiri yang menyebabkan kematian Lisa.”

“Bukan itu yang Mama katakan!” kata ibunya keras. “Mama hanya berpikir, kalau saja waktu itu Lisa nggak ke Korea, kalau saja dia nggak ikut acara itu, sekarang dia pasti masih hidup.”

Pada dasarnya ibunya bukan orang yang berpikiran sempit, Sheryn tahu itu. Ibunya bukan orang yang suka berandai-andai. Sebenarnya bukan ini yang Sheryn harapkan ketika ia memutuskan membantu Choi Daehyun.

Saat itu tujuannya hanya untuk mengenal Choi Daehyun, mengenalnya lebih baik. Hanya sebentar dan sebatas itu. Ia tidak punya maksud apa pun. Bagaimana ia bisa tahu masalahnya bisa berubah jadi seperti ini? Bagaimana ia bisa tahu bahkan perasaannya bisa berubah jadi seperti ini?

Setelah menutup telepon, Sheryn bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Ia menyingkap tirai dan memandang ke luar jendela. Hujan. Sudah berapa lama? Ia tidak menyadarinya.

Sheryn menarik napas, lalu mengembuskannya pelan. Ia memegang pipinya yang terasa hangat. Benar, kakak perempuannya, Lisa, sudah meninggal. Lisa dulu penggemar Choi Daehyun.

Lisa penggemar Choi Daehyun yang meninggal pada acara jumpa penggemar empat tahun lalu. Siapa yang bisa menduga Lisa akan meninggal hanya karena menghadiri acara jumpa penggemar? Sheryn masih ingat ketika Lisa meneleponnya empat tahun yang lalu.

“Sheryn!” seru kakaknya gembira.

“Acaranya baru selesai nih! Akhirnya aku ketemu Jung Daehyun! Aku melihat dia! Aku bahkan bicara dengan dia! Oh ya, aku berhasil mendapatkan tanda tangannya. Dapat dua. Satu buat kamu. Dan aku juga mendapat bros dari dia! Tadi dia membagikan sepuluh bros kepada penggemar-penggemarnya. Salah satunya aku! Beruntung banget, kan?”

Sheryn hanya mendengus dan tertawa. “Aduh, senangnya. Pasti Onni satu-satunya orang Indonesia di sana. Onni sempat bicara sama dia? Pakai bahasa apa? Memangnya Onni bisa bahasa Korea?”

“Jangan anggap enteng Onni-mu ini ya,” kata kakaknya sambil tertawa.

“Aku bisa bahasa Inggris sedikit-sedikit. Bahasa Korea? Setidaknya aku bisa bilang Sarang haeyo, Daehyun Oppa. Itu yang paling penting.”

Sheryn tersenyum mendengar tawa kakaknya di ujung sana.

“Kenapa sih kamu nggak mau ikutan? Rugi lho,” kata Lisa lagi Sheryn meringis.

“Ih, Onni kan tahu aku bukan penggemar Choi Daehyun. Untuk apa berdesak-desakan demi melihat seseorang yang tidak aku suka? Memangnya seperti Onni yang demi melihat Choi Daehyun saja harus naik pesawat ke sini.”

“Cinta perlu pengorbanan,” kata Lisa puitis, lalu tertawa lepas. Sheryn juga ikut tertawa.

“Ya sudah, sekarang aku lagi nunggu dia keluar,” kata Lisa.

“Wah, mulai hujan nih. Oh, nah, nah, nah... itu dia udah keluar. Udah dulu ya. Sebentar lagi aku pasti pulang. Jangan makan dulu. Tunggu aku. Annyeong!”

Itu terakhir kalinya Sheryn mendengar suara Lisa. Lisa tidak pulang makan. Sheryn menunggunya pulang untuk makan, tapi dia tidak pulang. Setelah menunggu lama, telepon berbunyi dan Sheryn nyaris lumpuh mendengar berita itu. Ia tidak ingat apa yang dilakukannya kemudian. S

emuanya menjadi kabur. Kalau tidak salah, ia langsung menelepon orangtuanya di Jakarta, lalu berlari ke rumah sakit. Lisa tidak membuka mata ketika Sheryn tiba di rumah sakit. Kakaknya tidak membuka mata saat Mama dan Ayah tiba di rumah sakit. Ia bahkan tidak membuka mata ketika Mama memanggil namanya. Lisa tidak pernah membuka matanya lagi.

Sheryn tersadar dari lamunan dan menyadari pipinya basah karena air mata. Ia menghapusnya dengan telapak tangan, namun air mata tidak mau berhenti mengalir.

Sekarang harus bagaimana? Choi Daehyun... haruskah aku memberitahu laki-laki itu?

Tiba-tiba ponselnya berdering. Sheryn tersentak. Ia memandang ponselnya yang tergeletak di tempat tidur. Ia menghapus air mata dan meraih ponsel itu. Ia melihat layar ponsel yang menyala. JTW. Choi Daehyun.

“Halo?”

“Sheryn?” Terdengar suara Choi Daehyun.

“Sudah makan?”

Tanpa sadar Sheryn tersenyum. “Kau menelepon cuma untuk menanyakan itu?”

“Memangnya tidak boleh?” balas Choi Daehyun.

“Sudah makan, belum?”

“Tentu saja sudah. Sekarang sudah lewat jam makan malam,” sahut Sheryn.

“Kau belum makan?”

“Belum. Aku baru selesai syuting untuk acara televisi,” jawab Choi Daehyun, lalu terdengar suara bersin.

“Kau kenapa? Flu?” tanya Sheryn.

“Tidak. Hanya saja cuaca agak dingin hari ini,” ujar Choi Daehyun.

Sheryn mendengar sepertinya Choi Daehyun sedang membersihkan hidungnya.

“Sekarang sedang hujan. Jangan berkeliaran ke mana-mana. Pakai baju yang tebal sedikit,” kata Choi Daehyun menasihati.

“Memangnya kau ibuku?” balas Sheryn sambil tertawa kecil.

“Hanya berusaha menunjukkan sedikit perhatian. Sudahlah. Tidak apa-apa. Aku akan pergi makan dengan Hyun-Shik Hyung.”

“Choi Daehyun ssi.”

Ah, apakah aku barusan memanggil Choi Daehyun?

“Apa?”

Sheryn tidak tahu apa yang ingin dikatakannya. Tadi ia hanya ingin mendengar suara Choi Daehyun.

“Kau tidak apa-apa, kan?” tanya Choi Daehyun dengan nada khawatir.

Sheryn menggeleng, tapi setelah menyadari Choi Daehyun tidak bisa melihatnya, ia berkata, “Tidak, aku tidak apa-apa.”

“Lalu ada yang mau kau katakan?”

Sheryn tidak menjawab.

“Wah, jangan-jangan kau rindu padaku?” gurau Choi Daehyun.

“Mm.”

“Apa? Kau bilang apa?”

Sheryn ragu-ragu sejenak, lalu menetapkan hatinya. “Mm, aku memang rindu padamu.”

“Oke, itu artinya aku harus berlari menemuimu sekarang,” kata Choi Daehyun.

Sheryn tertawa. “Itu tidak perlu.”

“Kau ada di rumah, kan? Tunggu di situ. Aku akan segera ke sana.”

“Choi Daehyun ssi, tidak usah. Lagi pula sedang hujan—Choi Daehyun ssi? Halo? Choi Daehyun ssi. Astaga.” Sheryn menatap ponselnya heran.

Ada apa dengan laki-laki itu? Apakah dia serius?

1
🧚‍♀️⃝𝑺𝒐𝒐-𝑱𝒊𝒏𝄞࿐
emang boleh sepanjang ini, rajin up kak
🧚‍♀️⃝𝑺𝒐𝒐-𝑱𝒊𝒏𝄞࿐
singkat, padat, "jadi pacarku" 😭
🧚‍♀️⃝𝑺𝒐𝒐-𝑱𝒊𝒏𝄞࿐
keren banget kak, tapi kakak kenapa?
🧚‍♀️⃝𝑺𝒐𝒐-𝑱𝒊𝒏𝄞࿐: kak, DM aku
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: kakak mau namatin semua karya yang kakak punya dengan cepat lalu berhenti dari nt
total 2 replies
Mazz Tama_Meii
mantap Thor cerita nya bagus
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: makasih
total 1 replies
💫⃝𝙕𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧
singkat padat gay 😭😭
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: hehe gapapa 😅
total 1 replies
💫⃝𝙕𝙚𝙣𝙙𝙚𝙧
Aku mampir nih, semangattt /Determined//Determined/
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: wih thank you 😁
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅Rivana84
smngttt thoorr /Determined//Determined/
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: makasih /Smile/
total 1 replies
Ƙҽƚυα♥︎᥊іᥱ﷽𝐀⃝🥀
done
🟡Xuan
Baru bab 2 aja udh di pop 6k + /Determined/ semangat thor/Determined//Determined//Determined/
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: udah, masih review
🟡Xuan: kenapa sekarang ndk update? /Sneer/ seharusnya rutin update, setidaknya 1 bab sehari /Determined/ Hadehh, aku ceramahin orang 🤣tapi aku aja ndk pernah konsisten 🤣
total 5 replies
🧚‍♀️⃝𝑺𝒐𝒐-𝑱𝒊𝒏𝄞࿐
gay 😭😭
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: hehe 😅
total 1 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
bungkus permen juga? 😭 lengkap banget isinya
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: 😭ngakak
🌸⃝𝑯𝒂𝒆𝒘𝒐𝒏❀​᭄➼࿐: banget, mau masukin rumah kalau bisa
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!