Tegar adalah seorang ayah dari dua anak lelakinya, Anam si sulung yang berusia 10 tahun dan Zayan 6 tahun.
Mereka hidup di tengah kota tapi minim solidaritas antar sekitarnya. Hidup dengan kesederhanaan karena mereka juga bukan dari kalangan berada.
Namun, sebuah peristiwa pilu membawa Tegar terjerat masuk ke dalam masalah besar. Membuat dirinya berubah jadi seorang pesakitan! Hidup terpisah dengan kedua anaknya.
Apakah yang sebenarnya terjadi? Bisakah Anam dan Zayan melalui jalan hidup yang penuh liku ini? Jawabannya ada di 'Surat Terakhir Ayah'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di usir sana sini
Melihat Abut yang semakin dekat dengan Anam dan Zayan, rasa dengki pada diri Alin makin subur menggerogoti hatinya. Dia tak habis pikir, apa yang dilihat Abut dari dua anak kampung itu. Sampaikan dia terus meracuni pikiran kedua adiknya untuk turut membenci Anam juga Zayan.
Puncaknya, dia bertengkar hebat dengan suaminya, Alex. Alex menganggap Aline terlalu berlebihan karena berpikir jika anak kecil bisa menggantikan kedudukannya sebagai ahli waris di keluarga Abut.
"Lagi pula apa yang mau kamu gerogoti dari papa mu itu? Dia hanya punya usaha pengepulan sampah! Untuk apa kamu terlalu meributkan hal itu setiap hari?! Daripada terus menggila seperti itu, lebih baik kamu urusi saja anakmu yang merengek setiap waktu itu!" Bentak Alex sambil menatap tak suka ke arah Aline.
"Apa kamu sadar dengan yang kamu ucapkan?! Usaha pengepul barang bekas milik papaku saja bisa membuat rumah megah bak istana yang sekarang ditinggali dua bocah kampung di sana, sedangkan kamu? Yang katanya pengusaha berlian tapi rumah saja masih mengangsur?! Gila! Bisa-bisanya dulu aku mau tinggal sama kamu, lebih baik aku kembali ke rumah ku saja!" Ancam Aline tak kalah senewen.
"Kamu pikir mengumpulkan uang itu gampang hah? Apalagi dengan sifat boros mu yang tidak bisa ditoleransi, mau sampai kapan kamu seperti itu hah? Mau kembali ke rumah papa mu? Oke! Terserah kamu saja. Apa aku pernah melarang dirimu untuk pergi ke sana? Kamu sendiri yang menjauhi orang tuamu. Bukan aku yang meminta atau menyuruhmu!!" Sudah habis kesabaran Alex dengan segala sifat arogan Aline yang menurutnya tidak masuk akal, entah dulu kenapa dia bisa menikahi wanita dengan tingkat emosi tinggi itu?
Tangisan Celine rupanya tak membuat kedua orang dewasa itu menghentikan adu mulut yang terjadi diantara mereka. Dengan hati diselimuti amarah, Aline memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Tadinya dia tidak ingin membawa Celine, anak perempuan mereka tapi tangisan Celine rupanya mampu membuatnya luluh juga.
"Ya, pergilah! Jangan pernah kembali lagi kalau perlu!! Wanita tak berguna!!" Bentak Alex membanting pintu tepat saat Aline mengeluarkan koper dan menarik tangan Celine.
"Lihat, papamu sudah tidak waras! Dia mengusir kita dari rumah! Nanti kalau kamu sudah dewasa, jangan mau menikah dengan lelaki yang nanggung kayanya! Mengatakan mama tidak berguna, padahal papa mu lah yang tidak becus mencari cukup uang untuk kita!" Aline terus bicara sambil mengeluarkan mobil yang ada di garasi.
"Jangan menangis terus! Apa kamu pikir hanya kamu yang sedih di dunia ini?? Kalau kamu masih saja rewel seperti ini, mama nggak segan-segan nurunin kamu di sini!! Diam bisa kan?!" Bentak Aline karena anaknya terus menangis.
Celine.. Bocah lima tahun itu hanya bisa menangis sambil memegangi boneka kelinci yang sejak tadi dibawanya. Rasa takut, dan sedih bercampur jadi satu karena dia tidak mengerti dengan situasi yang terjadi.
"Gunakan air matamu untuk merayu opa mu saja. Itu lebih bermanfaat, dari pada terus terisak tidak jelas seperti ini!!" Sentak Aline lagi.
"Mama.. Apa mama dan papa berantem karena aku?" Celine bertanya karena dia tidak tahu, kenapa orang tuanya bisa sampai marah serta berteriak seperti tadi.
"Ya!! Karena kamu!! Jadi jangan berisik lagi!! Mengerti?!"
Lihatlah anak kecil itu, matanya sembab oleh air mata yang terus mengalir. Hidung dan pipinya merah karena terus menerus diusap, hatinya sangat sedih..
Jadi semua ini memang salahnya? Bagaimana jika kedua orang tuanya akan musuhan terus seperti ini? Apa yang harus dia lakukan? Pikiran Celine seperti didoktrin jika semua yang terjadi antara Alex dan Aline adalah kesalahannya. Dia tidak bisa mengabaikan perasaan bersalah yang pelan-pelan merasuki hatinya.
Tiba di kediaman Abut dengan mengajak Celine bersamanya, Aline memaksa masuk ke rumah orang tuanya. Belum ada yang bergerak membukakan gerbang untuk Aline, karena semua pekerja Abut tidak ada yang berani melakukan itu tanpa ijin majikan mereka.
"Buka gerbangnya sekarang?! Apa sebesar itu nyali kalian sampai mengabaikan perintahku hah? Cepat buka, aku bilang!!" Suara Aline terdengar lantang.
Dengan ragu, security yang ditugaskan berjaga di sisi samping gerbang tersebut memberi tahu kepada Abut jika di luar ada Aline yang memaksa masuk ke dalam rumah. Abut menyuruh security agar membukakan gerbang, dia ingin tahu, kali ini drama apa yang akan dimainkan oleh anaknya.
"Pa! Pecat dia pa! Dia tidak memberiku ijin masuk ke dalam rumah!! Padahal--"
"Padahal aku sendiri yang melarang nya. Kenapa?" Kata Abut santai memotong ucapan Aline.
"Pa! Kenapa papa jadi berubah gini?! Apa jangan-jangan karena pengaruh dari anak-anak kampung itu, iya kan pa?! Emang keterlaluan mereka--"
"Cukup Aline. Cukup! Jika kamu ke sini hanya untuk menghina cucu ku, lebih baik kamu pergi dari sini sekarang juga!" Abut kembali menyela apa yang akan dikatakan Aline.
"Cucu?? Cucu dari mana pa?! Ini.. Ini cucumu, cucu kandungmu!! Celine!! Bukan mereka!!" Aline sampai mendorong Celine maju ke depan dengan sedikit kencang saking emosinya dia terhadap Abut.
Abut tersenyum lembut ke arah Celine. Tangan Abut direntangkan, dia memberi kode agar Celine memeluk pria tua yang berjongkok mensejajarkan tinggi badan mereka.
"Opa..." Celine menangis dalam pelukan Abut.
"Kenapa? Apa mamamu memarahi mu?" Tanya Abut lembut.
Celine menggeleng. Namun dia terus menunduk ketakutan. Melihat interaksi antara Celine dan papanya, dia jadi punya ide bagus. Aline akan menggunakan kebaikan hati Abut dan kepolosan Celine untuk mendapatkan harta dari orang tuanya itu. Wah, senyum langsung terbit begitu saja di wajah Aline.
"Pa, aku dan Celine akan tinggal di sini. Alex mengusir ku dari rumah pa.. Kemungkinan kami akan berpisah jadi--"
"Tidak bisa Line. Pernikahan bukan hal yang bisa kamu permainan, dan untuk tinggal di sini, aku hanya akan mengijinkan Celine saja yang berada di sini. Kamu..? urus saja masalah mu dengan Alex, aku tidak peduli." Ini ketiga kalinya Abut memotong ucapan Aline sebelum anaknya itu menjelaskan apapun padanya.
"Mana bisa seperti itu pa? Celine pasti akan butuh aku, mamanya! Dan di sini, siapa yang menjamin jika dia tidak diajarkan yang tidak baik oleh kedua bocah dari entah berantah itu. Pa, aku sedang tidak ingin berdebat. Jadi tolong, jangan mempersulit ku pa!" Kata Aline tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Abut tertawa. Dia memberi kode pada asisten rumah tangganya untuk membawa Celine masuk ke dalam kamar. Dia tak ingin mental cucunya rusak oleh ulah arogan mamanya.
"Apa yang lucu pa?" Tanya Aline bingung.
"Kamu! Kamu dan semua yang ada di otakmu itu lucu! Lucu dan memuakkan Aline. Kamu sendiri yang meminta menikah dengan Alex, kamu juga yang memutuskan tidak pernah lagi berkunjung ke sini sejak kalian menikah, bahkan saat aku sakit, kamu hanya menanyakan kabarku melalui video call. Dan sekarang kamu bilang aku mempersulit mu?? Hahaha... Entah apa yang ada di otakmu itu Line Line.."
"Pa.. Aku-Aku.. Oke pa, aku minta maaf karena dulu sudah mengabaikan papa. Aku salah karena terlalu fokus dengan karir Alex dan pernikahanku. Tapi papa tidak bisa membiarkan ku terlantar kan pa? Alex mengusir ku!!"
"Itu urusan mu. Sudah malam. Silahkan pergi dari sini. Aku mau istirahat."
Ketus dan dingin. Bahkan tidak menunjukkan ada rasa iba sama sekali dalam ucapan Abut, Aline jadi mengatupkan bibir saking bingung dan tidak tahu harus berkata apa lagi agar papanya mau memberikan tumpangan untuknya.
"Sialan!! Ini pasti karena dua bocah kampung itu, lihat saja.. Aku akan membuat mereka pergi dari sini secepatnya!!!"
bukan nyari muka
seperti kata kong abut berubah lebih baik untuk kalian sendiri
bulu apa ini 🤔🤔🤔