NovelToon NovelToon
CINTA WINARSIH

CINTA WINARSIH

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:16.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: juskelapa

Winarsih, seorang gadis asal Jambi yang memiliki impian untuk bekerja di ibukota agar bisa memberikan kehidupan yang layak untuk ibunya yang buruh tani dan adiknya yang down syndrome.

Bersama Utomo kekasihnya, Winarsih menginjak Jakarta yang pelik dengan segala kehidupan manusianya.

Kemudian satu peristiwa nahas membuat Winarsih harus mengandung calon bayi Dean, anak majikannya.


Apakah Winarsih menerima tawaran Utomo untuk mengambil tanggungjawab menikahinya?

Akankah Dean, anak majikannya yang narsis itu bertanggung jawab?

***

"Semua ini sudah menjadi jalanmu Win. Jaga Anakmu lebih baik dari Ibu menjaga Kamu. Setelah menjadi istri, ikuti apa kata Suamimu. Percayai Suamimu dengan sepenuh hati agar hatimu tenang. Rawat keluargamu dengan cinta. Karena cintamu itu yang bakal menguatkan keluargamu. Ibu percaya, Cintanya Winarsih akan bisa melelehkan gunung es sekalipun,"

Sepotong nasehat Bu Sumi sesaat sebelum Winarsih menikah.

update SETIAP HARI
IG @juskelapa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Dean Danawira Hartono

Winarsih tak mengerti kenapa Pak Hartono harus memakai dirinya sebagai bahan untuk menyudutkan Dean.

Bisa dipastikan, jika sekarang Dean pasti semakin terganggu dan tak suka akan keberadaannya. Sebelum tiba kembali di dapur, Winarsih sempat mengusap air matanya yang sempat menetes. Dia tak mau Mbah mengetahui soal kejadian barusan.

"Mbah, lain kali Mbak Tina aja ya yang mengantar sesuatu ke depan. Jangan saya," ucap Winarsih seraya menyimpan kembali nampan ke lemari.

"Kenapa? Dean bilang apa lagi?" tanya si Mbah.

"Nggak ada Mbah. Saya cuma lebih suka bekerja di belakang," gumam Winarsih.

"Sejak dulu Dean selalu jadi anak baik. Semua yang diminta orang tuanya dia jalankan dengan benar. Dia anak pintar dan tidak terlalu banyak protes. Apa yang dijalaninya selama hidup, bisa dibilang adalah pilihan orang tuanya. Tapi sejak dia menyelesaikan kuliahnya di luar negeri, dia tak pernah lagi mengikuti apa kata pak Hartono. Dean tidak mau meneruskan usaha papanya. Dia malah membuka kantor pengacara dan berpraktik di sana. Malah sukses. Jadi semua sikap Dean seperti ingin menunjukkan kalau dia mampu menjalani hidupnya dengan menjadi dirinya sendiri. Semua-semua yang dilakukannya belakangan ini adalah hal yang bertentangan dengan apa yang diminta pak Hartono. Termasuk perjodohan. Dean menolak. Sekarang Dean jadi lebih berani. Tapi pak Hartono sering sakit-sakitan." Mbah berbicara di balik punggung Winarsih yang sedang berdiri mengiris cabai.

Sepertinya Mbah tahu kalau Winarsih baru saja menjadi korban Dean barusan. Ingin segera menjawab perkataan Mbah, tapi hidungnya mampet. Winarsih harus menarik nafas dalam-dalam sebelum berhasil mengeluarkan suaranya.

"Maksud Mbah, dulu pak Dean baik?" tanya Winarsih.

"Sampai sekarang pun dia baik sebenarnya. Pada dasarnya dia baik. Masih anak yang baik." Mbah menerawang. Winarsih sedikit melirik ekspresi Mbah saat mengatakan itu.

"Dia tidak mau kuliah di luar negeri. Tidak mau pisah sama Bu Amalia, dan tak mau pisah dengan Mbah juga. Apalagi semua teman dekatnya semua di sini. Setiap malam dia membujuk pak Hartono agar bisa tetap berada di Indonesia. Karena pada saat itu juga Dean punya pacar." Mbah terkekeh.

"Pacar SMA-nya Mbah?" Winarsih mulai tertarik tentang cerita Dean dan sedikit lupa akan kesedihannya barusan.

"Iya. Dulu kalau sedang tidak ada orang di rumah, Dean sering pulang sekolah bareng pacarnya. Sampai akhirnya mereka lulus SMA dan Dean kuliah ke luar negeri. Mbah tidak tahu lagi ke mana pacarnya itu. Karena rumah langsung sunyi senyap. Anak-anak sekolah di luar negeri dan orang tuanya sibuk." Mbah berdiri dari duduknya dan menyerahkan bawang putih dan bawang merah yang telah selesai dikupas.

"Oya Mbah, tadi pak Hartono sempat bercerita soal masakan khas Jambi kesukaannya, gulai tepek ikan. Jadi saya masakin sekalian saja ya Mbah. Mbah kan bilang saya harus sering-sering masak biar semakin tahu seleranya tuan rumah," ujar Winarsih.

"Iya, kamu yang masak. Nanti Tina yang bantu-bantu," jawab Mbah.

Winarsih melanjutkan pekerjaannya dengan secepat mungkin. Setelah berbicara dengan Mbah, hatinya terasa lebih ringan.

Dia memang belum benar-benar mengenali Dean. Setiap orang pasti pernah mengalami hari yang buruk sehingga tak sengaja memperlakukan orang lain dengan buruk juga.

Dalam hati, Winarsih memaafkan perkataan Dean. Dia mencoba memahami apa yang dirasakan anak majikannya itu.

Tinggal di rumah sebesar itu tanpa kehangatan keluarga pastilah tak mengenakkan. Tiba-tiba Winarsih rindu pada ibunya dan Yanto.

Sedang apa mereka sekarang.

*****

Dean Danawira Hartono, pria dewasa berusia 29 tahun. Anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya seorang perempuan yang telah menikah dan ikut suaminya di luar negeri.

Meski papanya seorang pengusaha tambang sukses, Dean selalu menolak jika diminta mengurus grup perusahaan ayahnya. Alasan pria itu sederhana, dia hanya ingin berdiri dengan kakinya sendiri. Dia sudah lelah mengikuti semua hal yang diatur orang tua untuknya. Termasuk menentukan dengan siapa dia akan menikah nanti.

Dean sudah cukup sakit hati dengan cara kedua orang tuanya menyingkirkan pacarnya semasa SMA dulu.

Begitu menerima ijazah kelulusan SMA dia langsung dikirim ke luar negeri untuk berkuliah. Dan Dean tak pernah mendengar kabar pacarnya sejak saat itu.

Ratusan surat dan telepon yang ditujukannya untuk mencari sang kekasih tak membuahkan hasil. Kekasihnya semasa SMA yang dikira Dean dapat melanjutkan hubungan dengannya hingga ke jenjang yang lebih serius malah hilang seperti asap.

Ara, wanita manis dari keluarga biasa-biasa saja pergi meninggalkannya.

Dean mengetahui semua itu pasti adalah ulah orang tuanya. Meski Pak Hartono baik kepada semua pegawainya dan terkenal dermawan, tapi pria itu sangat keras terhadap anak-anaknya dengan alasan demi kebaikan.

Sejak Pak Hartono menjadi seorang menteri di kabinet pemerintahan yang sekarang, frekuensi pertemuan Dean dan pria tua itu semakin sangat jarang.

Pertemuan mereka yang terbilang sangat jarang itu sering dihiasi dengan pertengkaran demi pertengkaran. Jika dulu yang menjadi bahan pertengkaran adalah soal Dean yang tak mau memegang perusahaan Pak Hartono, kali ini yang menjadi bahan pertengkaran adalah pacar Dean.

Ya. Pak Hartono tidak merestui hubungan Dean dengan seorang wanita yang setahun terakhir ini dipacarinya.

*****

"Semua sudah selesai Tin?" tanya Bu Amalia sambil berkeliling melihat hidangan yang sudah terhampar di atas meja makan porselen.

"Sudah Bu. Semua masakan yang diminta bapak juga sudah selesai. Apa ada yang kurang Bu?" tanya Tina menunggu perintah Bu Amalia.

"Tidak ada, kamu boleh ke belakang. Hari ini saya harus membuat suasana ceria. Pusing saya dengan bapak dan Dean kalau bicara. Ya sudah sana. Jangan ke sini kalau tidak dipanggil." Bu Amalia mengibaskan tangannya.

Makan siang di hari sabtu dengan kehadiran Pak Hartono menjadi sangat istimewa bagi semua penghuni rumah. Termasuk seluruh pegawai yang bekerja di rumahnya.

Pria tua itu sangat gemar makan enak dengan bermacam-macam menu. Saat Winarsih menyiapkan semua hidangan tadi, dia berpikir jika apa yang dimasaknya hari ini bisa dipakai untuk memberi makan seluruh penduduk desanya.

Bu Amalia sering mengomel dengan kebiasaan makan Pak Hartono yang dinilainya sangat membahayakan kesehatan.

Pak Hartono sudah cukup tua dan memiliki penyakit darah tinggi. Tapi pria itu sama sekali tidak bisa mengerem kebiasaan makannya.

Dean muncul lebih dulu di tepi meja melihat-lihat semua hidangan yang terhampar.

"Makan besar lagi Ma?" sindir Dean.

"Biasalah papamu, tidak bisa dilarang."

Bu Amalia menarik salah satu kursi di sebelah kanan persis menghadap Dean yang mulai melirik-lirik hidangan di meja yang lebih persis display rumah makan padang.

"Wah, pasti ini enak semua!" seru Pak Hartono sebegitu tiba di sisi meja dan menarik kursi makan yang terletak paling depan.

"Jangan banyak makan santan Pa, ingat darah tinggimu," ucap Bu Amalia sembari menyendokkan nasi ke piring Pak Hartono.

Bu Amalia benar-benar menjaga suasana antara Pak Hartono dan Dean agar tak membahas hal apappun yang akan menyebabkan keduanya kembali bertengkar.

Wajah Dean terlihat masih masam saat tiba tadi, tapi saat pria itu mulai ikut menyendokkan nasi, Bu Amalia melihat wajah putranya sudah kembali santai.

Bu Amalia benar-benar bertindak seperti pembawa sebuah acara talk show. Wanita itu tak hentinya bertanya pada Pak Hartono tentang Kalimantan, dan tentang cita rasa hidangan yang sedang mereka santap.

Saat Dean mulai makan dan menunjukkan ekspresi bahwa pria itu menyukai makanan yang sedang dimakannya, Bu Amalia juga bertanya kepada putranya soal rasa masakan.

"Enak Ma, Enak. Mama makan juga deh, dari tadi Mama bicara terus," ucap Dean.

"Ini kamu cobain." Pak Hartono Mengangsurkan sebuah mangkuk berisi gulai ikan kepada anaknya.

Bu Amalia senang bukan kepalang karena suaminya tampak hendak berdamai dengan putranya. Dean menerima mangkok yang diulurkan Papanya dan memasukkan gulai ke dalam piring.

Pak Hartono memperhatikan Dean yang mulai menyendok gulai ke dalam mulutnya.

"Hmmm... enak banget. Ini gulai ikan favorit Papa kan? Ini yang terenak. Dean suka banget"

Dean berusaha menyambut itikad baik Papanya yang hendak berbaikan.

"Serius enak banget?" Bu Amalia tampak ragu karena mengira Dean hanya ingin menyenangkan hati Pak Hartono.

"Ini enak banget serius." Dean kembali menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Itu yang masak asisten dapur baru. Makanya ketimbang kamu nikah sama pacar kamu yang marketing mobil itu, masih lebih baik kamu nikah dengan dia aja. Sudah jelas dia lebih baik dari pacar kamu. Meski miskin, setidaknya kamu dapat istri yang polos!"

"Pa! Papa udah keterlaluan menghina Disty! Apa salah Disty sampai Papa selalu begitu ke dia?" Dean membanting sendoknya dan berdiri.

"Jangan pergi kamu!" hardik Pak Hartono.

"Sampai kapanpun Dean gak akan terima kalo Papa terus-terusan menghina Disty dan membandingkannya dengan pembantu itu!" teriak Dean.

"Setidaknya pembantu itu masih polos dan tidak pernah pergi bermalam di hotel dengan salah satu pejabat!" balas Pak Hartono.

Pria tua itu kemudian terengah-engah dan bersandar ke kursinya.

Bu Amalia membelalakkan matanya dan Dean menatap tak percaya pada Pak Hartono yang bersandar dengan wajah memerah.

Disty ke hotel dengan pejabat? Tak mungkin, batin Dean. Pandangannya tertumbuk pada ayahnya yang sibuk mengatur napas dengan wajah memerah.

To Be Continued.....

1
Anonymous
Terkadang sikap orang tua lebih memelihara egonya daripd menyalurkan kasih pd anaknya.tindakan win yg sabar itu sudah betul.
Anonymous
Masa sih sekelas kelga mentri cari info rasanya lelet banget gak gercep gitu,anak buah nya pd kmana aja wkwkwk
Rima Wardhani
keren ceritanya... terimakasih
Anonymous
Seorang ibu jika anak nya bahagia ibunya duluan yg merasa bahagia.dan jika anaknya ber aib maka orang tua yg kena lebih dulu😭😭😭
Dyana
ga lepas itu jahitan nunduk2 ngemut s otong/Silent//Silent//Silent//Facepalm/
Anonymous
Sumpah aku mewek gak tega miris banget sih winarsih😭😭😭😭😭
Linda Antikasari
Luar biasa
Anggraeni Leea
luarrrr biasaaa👍👍👍👍👍👍👍
Anna
semua wanita selalu ingat akan sejarah terutama yang g enak 😂
Sastri Dalila
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Tuty Ismail
Luar biasa
Riski Candra
mulutnya mau di tabok
Tami Andriani
ampun dah dean🙈
Magdalena Ambatoding
baru tau rasa dean , didiemin istrinya emang enak /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Yoe Anita
lakik gue beud
azima pml
waduh 🤣🤣🤣semoga bu amelia juga menerima
Zachary
Luar biasa
Rin Riyanti
cerita bagus banget
Bundy Syifa Achmad
keren abis ini novel...kok kamu pintar si thor , buat alur ceritanya, sini gwa jitak thor wkwkwk
Bundy Syifa Achmad
haduh thor karyamu luarrr biasa, macam orang gila... ngikik sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!