NovelToon NovelToon
Perjalanan Cerita Cinta Kita

Perjalanan Cerita Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Single Mom / Hamil di luar nikah / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Balas dendam pengganti
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

Arabella Brianna Catlin Hamilton saat ini tengah tersenyum sumringah dan perasaanya amat sangat bergembira.

Bagaimana tidak? Hari adalah hari anniversary kedelapan dari hubungannya dengan kekasih sekaligus teman masa kecilnya— Kenan Kelvin Narendra.

Namun, hatinya tiba-tiba hancur berkeping-keping ketika Kenan memutuskan hubungan dengannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian, Bella mengetahui bahwa lelaki itu meninggalkannya demi wanita lain— seseorang dari keluarga kaya raya.

Karena tidak tahan dengan pengkhianatan itu, Bella menghilang tanpa jejak.

Dan enam tahun kemudian, Bella kembali sebagai seorang pengacara terkenal dan berusaha balas dendam kepada mereka yang berbuat salah padanya— keluarga si mantan.
**


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35

    "Mommy, bolehkah kita menginap di sini malam ini? Oma ingin membacakan dongeng untukku." Pinta Stevia pada Bella sembari mengusap matanya karena telah mengantuk.

    Bella tahu jika putrinya tidak akan mendengar cerita itu karena dia sudah sangat mengantuk. Namun, anak itu tampaknya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dari ayahnya.

    "Kamu bisa menginap di sini, Bella. Kamar Kenan kosong." Kata Elena sembari mengedipkan matanya kearah putranya. "Ibu tidak akan keberatan kalau kamu membuat cucu untuk kami lagi."

    Wajah Bella memerah. Matanya melebar. "A-aku belum terpikirkan untuk— hmm... aku dan Kenan, kami tidak—" kata Bella tergagap, dia bingung harus menjawab seperti apa.

    Namun, perkataannya telah lebih dulu di potong oleh Kenan. "Tenang saja, kalau kamu tidak ingin m tidur dikamarku, kamu bisa tidur di kamar tamu."

    Mendengar kata-kata Kenan, membuat Bella menghela napas lega. Kemudian Bella menoleh kearah Elena dan Malvin. "Kami akan menginap di sini malam ini karena Stevia terlihat kelelahan dan sudah mengantuk."

    Mereka baru telah selesai makan malam beberapa waktu yang lalu dan saat ini tengah duduk bersama di ruang keluarga. Elena ingin membantu Kenan agar bisa mendapatkan Bella kembali. Jadi, dia meminta Stevia untuk bertanya pada Bella apakah mereka bisa menginap di mansion Narendra.

 

    

  "Kami akan meninggalkan kalian berdua untuk mengobrol, Ibu dan Ayah akan tidur lebih awal. Jangan khawatir dan mengobrollah selama yang kalian mau, seperti dulu. Kami akan membawa Thalia bersama kami dan menidurkannya..." kata Elena menyarankan. Wanita paruh baya itu kemudian menoleh kearah Kenan. "Ken, apa kamu mau menunjukkan dimana kamar Bella setelah kalian selesai mengobrol?."

    Sementara itu, Kayla, Keyla dan Evelina telah lebih dulu naik ke lantai atas setelah mereka selesai makan malam karena mendapat perintah dari Elena. Jadi, saat ini hanya ada Kenan yang bisa menunjukkan kamar untuk Bella dan hitung-hitung sebagai salah satu pendekatan untuk mereka berdua.

    Kenan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Dengan senang hati, Mommy."

    Elena mengedipkan sebelah matanya kearah putranya, seakan diam-diam meminta Kenan untuk mengambil kesempatan dan membujuk Bella untuk membangun hubungan mereka kembali.

    "Apa mata Oma sakit? Kenapa berkedip? Atau apakah ada debu yang masuk?." Tanya Stevia dan membuat Elena tertawa.

    "Iya, Sayang! Mata Oma terkena debu. Tapi, ini sudah sembuh. Ayo! Lebih baik kita cepat tidur! Oma akan membacakan dongeng untuk kamu."

    Ketika Kenan dan Bella telah di tinggal berduaan saja di ruang keluarga, keheningan menyelimuti mereka.

    Bella mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada Ibunya bahwa dia akan menginap di apartemen Nita bersama dengan Stevia. Sebenarnya, Bella merasa bersalah karena harus berbohong pada ibunya, tetapi hanya itulah satu-satunya cara agar Stevia bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga ayahnya.

    Katherine tidak mau dekat-dekat dengan keluarga Narendra. Kalau wanita paruh baya itu tahu jika Bella dan Stevia makan malam di kediaman Narendra dan bahkan menginap di sana, Katherine pasti akan sangat marah besar dan akhirnya mungkin depresi.

    "Kamu mau jalan-jalan?." Tanya Kenan tiba-tiba, menyadarkan Bella dari lamunannya.

    Bella mendongak, mengangkat sebelah alisnya keatas. "Jalan-jalan?."

    Kenan menyugarkan rambutnya ke belakang. "Bulan bersinar terang malam ini dan suasananya sangat sejuk. Aku rasa ini saat yang tepat untuk jalan-jalan."

    "Kenapa kamu harus jalan-jalan denganku?." Tanya Bella, jantungnya berdebar kencang.

    "Ya! Pertama, karena malam masih panjang. Apa kamu ingin gelisah sepanjang malam karena bosan? Kedua, tidak ada salah menikmati cahaya bulan. Dan yang ketiga, Mommy mungkin menunggu untuk melihat apakah kita akan mengobrol atau langsung tidur." Jawab Kenan.

    Bella menghela napasnya. Kenan benar. Saat ini baru pukul 8 malam. Dan malam akan terasa panjang jika dia tidur sekarang. Namun, perasannya bergejolak ketika membayangkan jalan-jalan bersama dengan Kenan pada waktu malam itu. Rasanya... intim.

    "Baiklah. Tapi hanya jalan-jalan biasa. Jadi, jangan berpikir akan ada yang lebih jauh." Jawab Bella pada akhirnya.

    

    Kenan terkekeh pelan, dan suara itu terdengar menusuk ke inti tubuh Bella, membuatnya mengepal. Lelaki itu menatap mata Bella dan buka suara dengan suara rendahnya yang terdengar menggoda. "Aku akan menempati kata-kata itu, tapi kalau kamu mau sesuatu yang lebih dari sekedar jalan-jalan... aku siap." Kata Kenan.

    Bella merasa ke-dua pipinya memerah ketika mendengar kata-kata gombal lelaki itu. Wanita itu berdehem dan beranjak dari duduknya, pandangannya memperhatikan ke sekeliling kecuali Kenan.

    'Selama aku tidak melihat atau memperhatikannya. Aku yakin, aku tidak akan tergoda dengan ketampanannya.' Batin Bella setelah menghela nafas panjang.

    Mereka kemudian pergi meninggalkan mansion dan mulai berjalan-jalan di sepanjang jalan masuk yang terangi cahaya lampu sekitar dan ditambah dengan cahaya rembulan.

    Malam itu sangat sunyi dan hanya suara dedaunan di pepohonan yang berdesir saat angin malam yang sejuk bertiup sesekali.

    Ketika mereka berjalan bersama, punggung tangan mereka tidak sengaja sedikit bersentuhan, mengirimkan seakan sengatan yang tajam ke tubuh mereka berdua. Keduanya tetap diam, tidak ada yang berkomentar atau ingin buka suara berlebih dahulu. Mereka juga tidak menjauh, seakan punggung tangan mereka yang bersentuhan itu sama sekali tidak mengganggu mereka.

    Keheningan yang nyaman masih menyelimuti mereka, keduanya seakan tengah menikmati cahaya bulan yang menerangi taman di sekitar.

    

    Kenan tiba-tiba meraih tangan Bella dan mengaitkan jari jemari mereka. Ketika Bella menoleh dengan raut wajah penuh tanya.  Kenan mulai buka suara. "Aku hanya ingin menggenggam tangan mu."

    "Tuan Kenan—"

    "Bella, panggil aku Kenan saja. Aku mohon..." Pinta Kenan, suara nya terdengar lembut dan ramah. Lelaki itu menghentikan langkah kakinya, menyerong untuk menghadap kearah Bella, matanya di penuhi emosi.

    Melihat hal itu, napas Bella tercekat, jantungnya berdebar kencang karena tatapan tajam Kenan kearahnya. Wanita itu menundukkan pandangannya, membuat Kenan memegang dagu Bella dengan ibu jari dan telunjuknya agar Bella kembali mendongak menatapnya.

    "Lihat aku, Bella." Pinta Kenan, suaranya lebih dari sekedar bisikan. "Aku Daddy dari anakmu dan aku masih tetap Kenan yang sama.... yang kamu kenal sejak kecil.... panggil aku sesuai dengan namaku... aku selalu merindukan hal itu.."

    Perut Bella terasa geli, seakan-akan kupu-kupu liar didalam perutnya tengah berterbangan bebas saat ini dan menggelitikinya. Jadi, wanita itu mengambil langkah mundur, memberikan jarak diantara mereka. Bella berdehem. "Kita lebih baik segera kembali.... Kenan." Kata Bella, suaranya terdengar gemetar.

    Terlihat, kedua mata Kenan berbinar, emosi yang rumit berkecamuk dalam hatinya. Jika Bella bersedia mengabaikan formalitas dengannya, itu berarti Kenan selangkah lebih dekat untuk mendapatkan Bella kembali, bukan?

    Jantungnya berdebar kencang karena gembira dan dia memutuskan untuk tidak mendesaknya lagi malam itu. Kenan tersenyum. "Ya, kalau terlalu lama di luar aku khawatir kamu akan masuk angin. Jadi, aku akan menunjukan dimana kamarmu."

    Beberapa menit kemudian, mereka telah kembali ke mansion dan Kenan mengajak Bella ke sebuah kamar sebelum akhirnya lelaki itu membukakan pintu kamar untuk Bella.

    Rasa panas merambati wajah Bella ketika dia menyadari bahwa kamarnya berada di seberang kamar tidur Kenan.

    "Apakah harus di seberang kamar mu?." Tanya Bella.

    Kenan mengangkat sebelah alisnya keatas. "Jadi, apa kamu masih ingat dimana letak kamarku?."

    Wajah Bella terlihat memerah dan wanita itu bergegas masuk kedalam kamar sebelum akhirnya menutup pintu kamar itu dengan cepat. Tawa kecil Kenan terdengar di telinga Bella dan dia merasakan sensasi yang menyenangkan dihatinya.

    Bella kemudian melihat sekeliling ruangan, ruangan itu tampak indah dengan tempat tidur besar di tengahnya. Dindingnya berwarna putih dan jendelanya dihiasi dengan tirai putih dan warna abu-abu.

Kehangatan menyebar melalui dirinya ketika Bella melihat sepasang piyama di tempat tidur dan sebuah dress yang akan dia kenakan saat setelah dia bangun di pagi hari. Kamar tidur itu bahkan memiliki kulkas kecil dan TV di dalamnya. Jika Bella membutuhkannya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, bella hendak naik ke tempat tidur, tetapi terdengar jika ada seseorang mengetuk pintu kamarnya

    Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya, hanya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya dan ternyata itu adalah Kenan. Tangan lelaki itu berada di belakang punggungnya dan ujung telinganya memerah.

    "Ada perlu apa?."

    "Eh.. aku hanya ingin membawakan ini untukmu, supaya kamu bisa tidur lebih nyenyak." Kata Kenan sembari mengulurkan tangannya.

    Bella terkesiap saat melihat boneka beruang cokelat di tangan Kenan. Boneka itu tampak familiar bagi Bella. Matanya terbelalak, terkejut.

    "B-boneka ini?..."

    "Ya, boneka beruang ini adalah hadiah ulang tahunku yang kesembilan. Aku selalu menyimpannya... dan kamu selalu ada di hatiku, Bella. Aku tidak pernah sehari pun tidak memikirkanmu," kata Kenan.

    Jantung Bella berdegup kencang. Kedua matanya terlihat berkaca-kaca, perlahan dia meraih boneka itu dari tangan Kenan.

    "Aku tidak percaya kamu masih menyimpan boneka ini." Kata Bella, hatinya tersentuh.

    "Boneka itu selalu mengingatkan aku padamu.." jawab Kenan dan kemudian tatapan mereka saling bertemu. "Aku merindukan kamu, Bella. Aku merindukan kisah kita berdua. Bisakah kita setidaknya berteman lagi?."

1
PetrolBomb – Họ sẽ tiễn bạn dưới ngọn lửa.
Asyik banget, thor! Makin sering update dong.
Jayrbr
Gak sabar menunggu kisah selanjutnya. Aku ingin tahu apa yang terjadi berikutnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!