Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20 - Menolong Sang CEO
Satu jam sebelumnya...
Clara berjalan santai menenteng tas jinjing berukuran sedang menuju ke arah kantor pusat bar Ten Feet. Kehadirannya langsung disambut hangat oleh lelaki nyentrik berambut jabrik berwarna hijau muda.
"Clara, akhirnya kita ketemu lagi!" Itto, kenalan Clara, yang memiliki gaya nyentrik khas harajuku, memeluk teman lamanya itu penuh kerinduan. Clara balik memeluk dan tersenyum kecil pada Itto.
"Itto, aku kangen bekerja denganmu. Gimana kabarmu?"
"Sangat baik. Aku sangat lega kamu bisa membantuku. Flo mendadak nggak bisa datang karena sakit. Aku hampir aja nggak manggung hari ini," jelas Itto sambil memasang earphone di telinganya. Sementara Clara merapikan rambutnya karena dia akan tampil menjadi penyanyi.
"Iya, nggak apa-apa Itto. Kebetulan aku bisa bantu, jadi aku langsung cuss ke sini. Udah, sekarang bantu aku pemanasan dulu. Soalnya, udah lama nggak nyanyi nih." kata Clara meminta bantuan Itto.
Wacana terkait PHK massal yang akan dilakukan Spark membuat Clara ambil ancang-ancang dulu. Obrolan yang Clara dengar dari beberapa orang di kantornya akhir-akhir ini, membuat Clara berpikir bahwa kariernya terancam. Maka dari itu, sebelum terjadi sungguhan, Clara harus mencari pekerjaan lain untuk menyambung hidupnya.
Untungnya, Clara tumbuh menjadi seseorang yang punya banyak talenta. Menyanyi adalah salah satunya. Meski tidak seindah diva dunia, namun Clara memiliki suara yang enak dan indah didengar. Setidaknya, dia sudah menempatkan diri hendak mengambil pekerjaan di mana sebagai pelarian jikalau benar-benar dipecat dari Spark.
"Selamat malam semuanya. Malam ini, kita akan ditemani oleh sahabat saya, Clara. Karena vokalis kita biasanya, Flo, sedang sakit. Jadi, Clara dan kami akan menemani Anda sekalian di malam ini," kata Itto sang gitaris memberikan pembukaan sebelum Clara bernyanyi.
"Selamat malam, semuanya. Buat yang tahu lagunya, bisa banget nyanyi bareng saya." kata Clara mengajak penontonnya. Sudah menjadi hal yang biasa penyanyi di sebuah bar akan diabaikan oleh penontonnya. Namun, malam itu, Clara cukup senang karena ada segerombolan anak muda sedang merayakan hari ulang tahun salah satu dari mereka. Sehingga, mereka meminta Clara dan Itto memeriahkan hari spesial itu secara singkat.
Di tengah Clara bernyanyi, tidak sengaja Clara menemukan Gery, bosnya, terkulai lemas di atas meja. Gery tampak terlihat sangat berantakan dan lelah. Clara mencoba untuk tetap konsentrasi meski ia ingin sekali menghampiri Gery.
Usai menyanyikan 4 lagu, tiba saatnya Clara dan rekan band-nya beristirahat. Clara pun segera menghampiri Gery yang terlihat ketiduran di atas meja. Disertai dengan botol-botol kosong berisi minuman keras. Clara tidak habis pikir jika bosnya sedang mengalami malam yang sulit.
Mengingat kabar bahwa perusahaan Spark akan melakukan PHK massal. Tampaknya hal itulah yang membuat Gery frustrasi.
"Tuan Rochstein? Tuan, apa Anda baik-baik saja?” tanya Clara menyadarkan bosnya yang tak berdaya itu. Pria itu tidak menggubrisnya. Clara celingukan mencari sosok ajudan-ajudan Gery yang biasanya selalu mengikuti pria muda itu ke mana-mana. Namun, ia tidak juga menemukan satu pun ada di sana.
"Tuan Rochstein? Bangunlah! Anda harus pulang. Anda tampak tidak baik-baik saja," kata Clara masih berusaha menyadarkan Gery dengan menggoyang-goyangkan tubuh raksasa itu. Perlahan, mata lentik itu terbuka. Clara bisa melihat jelas bola mata Gery berwarna cokelat muda cerah di kegelapan bar itu.
"Jangan sentuh aku! Pergi! Jangan macam-macam denganku!” Gery tiba-tiba naik pitam. Emosinya tidak terkontrol. Bahkan Gery menampar pipi Clara sampai memerah. Clara agak terkejut, tetapi Clara berusaha berpikir jernih. Mungkin bosnya berperilaku seperti itu karena di bawah pengaruh alkohol.
Gery mengangkat tubuhnya, dan lalu tidur di pangkuan Clara. Wanita itu cukup kaget karena Gery tiba-tiba saja ambruk di dadanya, lalu turun ke pangkuannya.
"Tuan, jangan bertindak aneh-aneh!" kata Clara ketakutan. Tetapi, Gery malah terkekeh. Di pangkuannya, jarak pandang Clara sangat dekat dengan Gery. Dari tawanya, Gery mendadak ingin muntah. Karena terlambat, Gery pun mengeluarkan isi perutnya sampai sedikit terkena rok mini Clara.
"Hueek...!" muntah Gery kemudian. Clara terkejut, lalu meminta seorang bartender di sana membopong Gery agar tidak menindihi badannya.
"Tuan Rochstein!" Clara berseru, ia tidak tega melihat tubuh Gery sangat lemas. Clara putus asa untuk berharap asisten Gery yang biasa bersamanya akan muncul. Akan tetapi, ia tidak tega melihat bosnya terkulai lemas dan tidur bergeletakan di sofa bar.
Clara baru ingat, dia memiliki nomor Drew, adik Gery. Secepat kilat wanita berambut panjang itu menelepon Drew. Sayangnya, tidak ada balasan dari Drew. Lagipula, orang normal mana yang akan mengangkat telepon dari nomor tak dikenal di tengah malam seperti ini?
“Sial, nggak diangkat!” umpat Clara. Tak ada jalan lain, akhirnya, Clara memutuskan untuk membawa bosnya pergi ke apartemennya. Clara tidak tahu alamat rumah Gery. Satu-satunya cara adalah membawa Gery pulang ke rumah Clara sebelum bosnya membuat keonaran lebih jauh di bar ini.
Tubuh tinggi Gery membuat Clara kesusahan menuntun. Sampai Clara butuh bantuan satpam di apartemennya untuk membawa Gery ke atas. Sesampainya di apartemen, Clara merawat Gery dengan baik. Dia menggantikan baju Gery yang bau muntahan dengan kaos bekas milik Cole, Clara yang tidak sengaja ikut masuk ke dalam kopernya saat kabur. Setidaknya, baju itu agak berguna sedikit sekarang di situasi yang genting.
*
Secara perlahan, Gery tersadar dari tidur yang panjang. Ia mulai tersadar saat merasakan kehangatan di pipinya. Hal pertama kali yang Gery lihat adalah sosok wanita berparas cantik, gerakan tangannya pun lembut. Dia tidak menyadari jika sosok itu adalah Clara.
"Tuan Rochstein, akhirnya Anda sadar juga! Mau minum teh? Atau air putih saja?" seru Clara heboh sekaligus khawatir kala mata Gery sayup-sayup terbuka.
"Air putih saja, please,” ucap Gery serak. Clara buru-buru mengambil air putih untuk sang bos dan menyerahkannya. Gery pun menyeruput minuman air putih hangat sampai habis. Setelah meminumnya, perut Gery terasa lebih enteng dan lega. Gery mencari ponselnya, ia menemukan waktu menunjukkan pukul 5 pagi.
"Aku ada di mana?"
"Di apartemenku." kata Clara singkat. Gery melotot, terkejut karena dia sekarang berada di apartemen Clara.
"Di apartemenmu? Bagaimana bisa?"
"Anda..."
"Apa jangan-jangan, kamu menculikku, ya?" tuduh Gery lantang pada wanita di depannya.
"Tuan, Tuan. Bukan begitu ceritanya!" Clara otomatis membantah dan mencegah agar Gery tidak salah paham. Kemudian, Gery tersadar jika ia tidak lagi menggunakan kemeja kerjanya. Melainkan kaos berwarna putih bersih dengan motif angka di depan baju.
Tentunya, keadaan ini menimbulkan rasa curiga bagi Gery. Dia menuduh Clara berbuat mesum padanya!