NovelToon NovelToon
Pria Gila Itu Milikku

Pria Gila Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: nona yeppo

Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.

Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.

Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.

Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta Pertama

Hari terakhir aku menghitung hari sejak tanggal pernikahan itu ditentukan. Ponselku yang berdering dengan tulisan Ayah dilayar tak kuhiraukan lagi.

Aku tidak ingin menangis lagi, sudah cukup cinta pertamaku kandas tanpa pernah kumulai. Tanpa dianggap, aku harus membawa hatiku menjauh.

Sejak awal aku sudah menyadari jika mimpi yang kubangun tidak mungkin terjadi, namun tetap saja aku berusaha.

Aku menganggap semua perhatiannya sebagai bentuk dari cinta. Nyata nya aku hanya dianggap anak kecil yang masih harus diperhatikan, dan dilindungi.

Hei,,,! ayo turun...

Ella menyadarkanku dari lamunanku, karena bis yang kami tumpangi telah tiba di gerbang sekolah.

Apa sebaiknya aku pulang saja,,?

Jangan gila Shell, semalam kemana saja kau...

Argh...

Aku berjalan sempoyongan tanpa arah, hanya mengikuti langkah Ella. Hatiku masih sakit, air mataku masih tersedia banyak, siap meluncur kapan saja.

Mau tak mau, aku harus mengikuti waktu yang terus berjalan tanpa henti. Bahkan kali ini sepertinya berjalan lebih cepat dari biasanya.

Disaat guru sedang sibuk menjelaskan dari depan, aku hanya fokus pada sepasang burung kecil yang bermain begitu leluasa terbang kesana kemari.

Burung yang selalu berada dibelakang itu pasti lah jantannya. Berbanding terbalik dengan kisahku yang mengejar pria namun pria itu tak melirik ku sama sekali.

Shella, sudah sampai dimana khayalanmu...

Hah,,?

Hah hoh, hah hoh... Kau sedang patah hati..?

Rasanya semua siswa di kelas menatap ke arahku. Pandanganku tak sengaja bertemu dengan mata Raymond. Yang malah semakin membuatku salah tingkah.

Maaf Pak...

Aku segera mengalihkan pandanganku lagi. Bicara tentang Raymond, sudah tiga hari ia tak menggangguku.

Seharusnya aku merasa lega, namun tatapan matanya barusan membuat hatiku sedikit tak tenang.

Ingatanku kembali pada kejadian satu minggu lalu, ia menyatakan perasaannya padaku. Jelas aku menolak dengan sangat tegas, namun pria itu masih bersikeras akan berusaha.

Ella, tolong bawakan ini ke ruangan ku...

Suara guru meminta Ella untuk membantunya membawa lembar tugas kami, setelah bel tanda istirahat berbunyi.

Aku hanya diam didalam tempat duduk ku sambil memandang keluar mencari-cari sepasang burung pipit yang mencuri perhatikan ku tadi.

Tapi burungnya sudah tak ada, meninggalkan aku yang nelangsa sendirian disini. Hingga suara Raymond mengejutkan ku.

Aku menyadari hari ini Irene tidak masuk, namun tetap saja aku tidak ingin terus-terusan berurusan dengan keduanya.

Maaf Raymond, aku harus pergi...

Aku beranjak dengan tergesa-gesa, karena hanya tinggal kami berdua didalam kelas ini. Entah sejak kapan mereka semua pergi tanpa mengajakku.

Namun naas, kaki ku menendang kaki meja yang membuat ku seketika terjatuh. Sial, mengapa kesialan selalu menghampiriku hari ini?

Aku tidak punya keberanian untuk bangkit, entah karena malu atau rasa sakit di hatiku. Aku hanya bisa menangis lagi, menjadikan lecet di lututku menjadi alasan.

Tanpa bicara, Raymond membantuku berdiri. Ia juga membawaku keluar kelas, namun aku tak tahu akan dibawa kemana.

Aku hanya diam sambil mengikuti tarikan tangannya. Begini kah rasanya patah hati? Tidak punya nafsu sama sekali untuk melakukan apapun.

Ternyata ia membawaku keruang medis di sekolah ini. Ia menyuruhku untuk duduk dikursi yang tersedia.

Kemudian dengan telaten ia mengobati lukaku yang teramat kecil itu. Bahkan aku tidak merasakan sedikit pun rasa sakit disana, karena hatiku lah yang sakit.

Tapi mungkin karena tangisanku, ia merasa kalau aku sangat kesakitan. Posisi kami mengingat kan ku pada sosok paman Rangga saat ia menyelamatkan aku dari jurang maut ditengah hutan.

Lain kali berhati-hati lah dengan langkahmu...

Apa yang kau pikirkan...

Kuperhatikan keadaanmu sedang tidak baik-baik saja.

Perhatian Raymond sedikit menghibur hatiku dari kegundahan. Selama ini aku tidak pernah memperhatikan sosoknya yang seperti ini, karena aku selalu fokus pada rasa cinta tak berbalas ku.

Jangan terlalu perhatian, karena perhatianmu bisa menimbulkan salah paham...

Aku membalas semua pertanyaannya dengan pesan berharga. Karena aku adalah salah satu korban dari perhatian berlebihan seseorang.

Aku hanya seperti ini pada orang yang kusukai saja...

Aku membuang pandanganku, paman Rangga tidak mengatakan hal seperti itu. Namun aku tetap berharap lebih.

Aku menyukai orang lain, sangat menyukainya...

Akhirnya aku jujur, mungkin ini yang bisa membuat Raymond berhenti memberikan perhatiannya padaku.

Tunggu disini sebentar....

Ia berlalu pergi tanpa meminta persetujuan dariku. Tentu aku tidak akan menurutinya, karena sekali tidak, tetap tidak.

Ia memang tampan, baik dan perhatian. Namun banyak hal yang harus kuperhatikan jika harus berhubungan dengan Raymond.

Hatiku yang tak bergetar ketika bersamanya, juga tidak ingin terlihat suatu masalah dengan Irene, sekalipun mereka tidak terikat hubungan apapun.

Aku berjalan menelusuri lorong sekolah, hingga kakiku mengantarkanku pada sebuah ruangan yang bertuliskan ruangan seni.

Pria yang tadi meninggalkanku karena sebuah urusan ternyata ada disini sedang melukis. Lukisan wajah wanita didalam kanvas itu mendorong kakiku untuk memasuki ruangan itu.

Lukisannya sangat mendetail, bahkan sepasang burung pipit yang tadi pagi kuperhatikan masuk kedalam goresan tinta kuasnya.

Ia tersenyum lalu mengajakku duduk, sedangkan kepalaku masih dikelilingi berbagai pertanyaan-pertanyaan tentang tindakan nya ini.

Aku tahu kau pasti tidak akan mau mendengarkan ku untuk menunggu...

Benarkan.?

Aku mendengus sambil membuang pandanganku keluar jendela. Ia bahkan tahu isi hatiku.

Mengapa masih bertanya jika sudah tahu..?

Karena itu aku membuat ini, karena akan aku selalu memperhatikan mu... Jawabannya membuatku tak bisa mengatakan apapun lagi.

Bukankah itu termasuk pelanggaran privasi..?

Tanyaku mencoba keluar dari ketidaknyamanan ini. Ada pria yang peduli dan terang-terangan mengungkapka perasaannya.

Namun disisi lain ada juga pria yang peduli namun selalu menolak perasaanku. Entah permainan apa yang sedang semesta kirimkan padaku.

Lalu kuperhatikan lagi lukisan ini, semua detailnya sangat mirip dengan ku. Bahkan rambut-rambut kecil yang keluar dari gerombolannya juga tak luput dari goresan lembut kuasnya.

Seperti nya kau seorang pelukis hebat..

Aku memberinya pujian, sebagai langkah awal untuk mengeluarkan aku dari keadaan terhimpit ini.

Ini untukmu... ucapnya.

Tidak, untukmu saja. Kau yang membuatnya...

Aku pergi...

Aku meninggalkannya tanpa menoleh, ada sedikit rasa tidak nyaman menusuk hatiku. Apakah aku terlalu tega? Pertanyaan itu menemani langkahku menuju kelas.

Kulihat Ella sedang duduk sambil mengeluarkan makanan dari laci mejanya.

Dari mana saja kau, ponselmu juga tertinggal...

Aku hanya tersenyum, lalu menyantap makanan yang tadi dikeluarkannya. Terlalu lelah rasanya untuk memulai ceritaku. Namun tetap saja harus ku keluarkan.

Raymond tak berhenti berusaha, padahal sudah satu minggu sejak aku menolaknya.

Biarkan saja dia, aku tidak ingin kau berurusan lagi dengan Irene... Jawab Ella.

Kalau seandainya Irene tidak ada, bagaimana.?

Aku tidak menutup kemungkinan hatiku yang mungkin sudah mulai goyah. Atau mungkin saja otakku hanya sedang mereset ulang memori yang banyak menguras air mata.

Mungkinkah kau tergoda,,?

Ella meninggikan suaranya,membuatku gelagapan. Tentu tidak semudah itu bukan? Aku yakin ini hanya pelarian hatiku saja.

Itu hanya pelarian saat kau sedang patah hati...

Jawaban Ella membuatku tenang kembali. Aku hanya seorang gadis yang tidak mengerti akan artinya Cinta.

Karena sejak kecil, keluarga ku yang kelihatan nya harmonis nyatanya hanya sibuk dengan dunianya masing-masing.

Tidak seperti keluarga Ella, ditengah kekurangan yang mereka miliki, mereka selalu harmonis karena rasa syukur mereka akan hidup.

.

.

Next...

Mohon dukungannya ya teman-teman,

Saran dan masukannya sangat diterima kok 😊

Terima kasih...

1
Suciati Ginting
up donk kk
Tanti Purba
lanjut donk
kayla: Hallo jangan lupa mampir di karya terbaru aku yah " My Baby Girl" mohon dukungannya
yeppo: oke kak, ditunggu aja ya ☺
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!