Darra Smith adalah seorang anak yatim piatu yang menikah muda dengan suaminya Raynard Walt. Di tahun kedua pernikahannya, semuanya berubah. Mertua dan kakak iparnya kerap ikut campur dengan rumah tangganya. Di tambah perusahaan yang dibangun suaminya mengalami masalah keuangan dan terancam bangkrut. Situasi kacau tersebut membuat Raynard selalu melampiaskan kemarahannya kepada Darra. Ditambah lagi Darra tak kunjung hamil membuat Raynard murka dan menganggap Darra adalah pembawa sial.
"Aku sudah tidak sanggup hidup denganmu, Darra. Aku ingin bercerai!"
Kalimat itu seperti suara gelegar petir menghantam Darra.
Setelah kejadian pertengkaran hebat itu, kehidupan Darra berubah. Bagaimana kisah selanjutnya
ikuti terus ya....
Happy Reading 😊😊😊
Update hanya hari senin sampai jumat 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SANGAT BERSYUKUR
💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
LIMA TAHUN KEMUDIAN.
Darra menancap gas mobilnya, berlari mengejar waktu. Hari ini adalah acara pentas seni di sekolah Elsa dan kelas Elsa akan menampilkan sebuah cerita teater dan menyumbangkan sebuah lagu. Darra benar benar terlambat. Ia tidak ingin mengecewakan putri kecilnya. Elsa yang artinya kebahagiaan. Elsa lahir dengan berat hanya sekitar 1,5 kilogram saja. Putri kesayangannya akhirnya berada dalam pelukannya setelah tujuh minggu dirawat di rumah sakit. Kenangan lima tahun yang lalu kembali mencuat. Mata Darra seketika berkaca-kaca mengingat perjuangan bayi kecilnya itu.
Saat itu Darra tidak ingin melaporkan Floren kepada polisi karena ia hanya ingin fokus dengan putrinya. Secara emosional, itu adalah campuran stres, syok, ketidakpastian, dan di luar kendali. Darra merasa seperti orang pertama di dunia yang melahirkan bayi begitu dini, begitu mungil, begitu rentan dan rapuh. Darra tidak tahu bagaimana ia bisa mengurangi tingkat rasa sakit dan memberinya lebih banyak kenyamanan. Salah satu kenangan terbesar adalah saat Darra mendengar.
"Ibu bisa menggendongnya dengan posisi kanguru."
Sesekali ia menyentuh hidung Elsa sembari menatap penuh sendu bercampur kebahagiaan. Itu adalah setengah jam yang berharga ketika semua NICU sibuk berlarian dan ia mengalami perjalanan ikatan yang luar biasa. Darra bisa mengenal putrinya lebih dekat, merasakan detak jantungnya, menggendongnya dan menciumnya untuk pertama kalinya sejak ia lahir. Saat itu Darra tidak tahu betapa bermanfaatnya kontak kulit ke kulit bagi Darra dan bayinya.
Itu tantangan terbesarnya saat mendapatkan kepercayaan diri untuk menyentuhnya. Darra tidak yakin apakah ini menyakitinya dan butuh waktu untuk mengetahui cara mengangkatnya dan menaruhnya kembali ke dalam inkubator.
Dan saat Elsa di izinkan pulang ke rumah. Dave selalu mendampinginya. Dave mencari dokter keluarga yang tepat yang dapat memahami kebutuhan khusus bayi prematur, mengatur sendiri perawatan lanjutan, mengetahui cara memantau ROP, perkembangan jantung, pemeriksaan ortopedi, perkembangan neurologis. Dan Darra harus membiasakan diri dengan banyak istilah medis baru. Dave pendukung terbesar yang selalu ada di sampingnya. Kini putri kecilnya sudah sekolah. Darra tersenyum haru. Sekecil apapun Darra tidak ingin mengecewakan Elsa.
Sesampai di sekolah, Darra memarkir mobilnya dengan baik. Ia bahkan berlari sambil mendekap tasnya. Darra langsung menuju lift agar langsung tiba di lantai paling atas. Sekolah internasional ini memiliki jenjang TK, SD, SMP, dan SMA dalam satu yayasan. Sekolah ini memiliki fasilitas kelas dunia.
"Kenapa lama sekali, cepatlah... cepatlah! " Lift belum terbuka, ia menepuk kakinya gelisah. Sesekali Darra melirik jam yang ada di tangannya.
"Astaga 5 menit lagi?" batin Darra kaget, ia semakin gelisah dan membuang napasnya berulang kali.
"Apa kamu mau ke acara pentas seni juga?" Tanya seorang wanita berdiri di belakang Darra.
Darra membalikkan tubuhnya dan melihat kepada wanita paruh baya itu. Darra Hanya mengangguk seraya melemparkan senyumannya.
Ting pintu lift terbuka.
Darra masuk yang diikuti wanita itu. Ia berdiri tepat di samping Darra.
"Saya juga ingin melihat penampilan cucu saya."
"Ohhhh benarkah?"
"Hmmm. Mommy-nya sedang hamil anak kedua. Jadi tidak bisa mendampingi putranya di acara ini."
Darra hanya mengangguk saja dan bersamaan itu pintu lift terbuka. Darra lebih dulu berjalan keluar dari lift dan meninggalkan wanita itu. Ia tidak ada waktu lagi.
"Darra," panggil Dave berlari kecil saat melihat wanita cantik melangkah cepat sambil mencari sesuatu di tasnya. Mungkin ia ingin menghubungi Dave.
"Hei Dave..." Darra tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ia melangkah mendekat ke arah Dave.
"Kenapa lama sekali?"
"Aku harus menyelesaikan sisa pekerjaan ku yang kemarin. Maaf merepotkanmu lagi." bibir Darra mengerucut ke depan. Sudah tiga hari Elsa tidur bersama Dave. Darra harus bekerja keluar kota.
"Tidak masalah Darra, Elsa sudah aku anggap seperti anakku sendiri."
"Terima kasih Dave. Kau memang yang terbaik." Darra tersenyum haru. "Oh ia....acaranya sudah mulai?" tanya Darra kemudian.
"Acaranya dimundurkan."
"Ha? Kenapa?" Darra mengernyitkan dahinya.
"Aku dengar kepala sekolah tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit dan wakil kepala sekolah sudah beberapa kali dihubungi dan baru satu jam yang lalu beliau memberitahukan bahwa ia terlambat untuk acara ini."
"Astaga, bukankah acara ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Kasihan anak-anak loh..."
Dave mengangkat kedua bahunya. "Saya juga tidak tahu. Seharusnya yang bertanggung jawab itu pihak penyelenggara. Seharusnya mereka cepat mengabari kepada wakil kepala sekolah."
"Astaga, kasihan Elsa harus nunggu satu jam lagi."
"Aku dengar acara ini akan ditayangkan secara live di salah satu televisi swasta, jika acaranya tidak berjalan dengan baik yang malu siapa? Pasti pihak sekolah atau yayasan yang memberikan beasiswa itu. Setiap tahun mereka akan melaksanakan pentas seni."
"Benar juga sih. Aku dengar, sekolah ini akan melaksanakan pembangunan baru. Benarkah seperti itu Dave?"
"Ya aku juga pernah mendengar itu."
Mereka terus melangkah menuju aula. Benar saja di sana para orang tua sudah berkumpul.
⭐⭐⭐⭐⭐
Acara pentas seni pun di mulai. Acara pertama adalah persembahan lagu terbaik yang di nyanyikan oleh Elsa Charlet. Pembawa acara naik lagi ke atas panggung dan bertepuk tangan di sana.
"Oke, kita sudah mendengarkan satu buah lagu dari anak cantik dan berbakat ini. Dia bukan artis, tapi Ia memiliki suara emas. Berikan tepuk tangan yang meriah kepadanya."
Elsa kecil membungkukkan badannya di depan orang banyak. Darra ikut terharu dan tersenyum sambil memberikan tepuk tangannya yang meriah.
"Oke, sebelum kita lanjut ke acara berikutnya, mungkin saya akan bertanya-tanya dulu. Ke sini sayang, lebih dekat lagi." ucap pria itu tersenyum.
Elsa tersenyum manis, ia pun berdiri di dekat pria itu.
"Bisa kan saya bertanya anak cantik?"
Elsa mengangguk dan mengarahkan mic ke mulutnya. "Tentu saja bisa, uncle." jawabnya singkat.
"Astaga dia memanggil aku uncle..."
Para tamu undangan reflek tertawa. Elsa yang polos hanya mengulum senyumnya sambil menggoyang-goyangkan badannya.
"Kau memiliki suara bagus. Kenapa tidak ikut audisi bernyanyi anak-anak saja?" tanya pembawa acara itu kembali.
"Aku tidak mau menjadi penyanyi Uncle." kata Elsa dengan polosnya. Wajahnya yang imut membuat Darra tidak berhenti mengangumi putri kecilnya itu.
"Oh, iya? padahal suara kamu bagus banget."
Elsa menggeleng lagi. "Saya tidak tertarik, uncle. Saya hanya ingin bermain dengan mommy dan uncle Dave."
"Wah....saya terharu sekali mendengarnya. Apakah anak-anak di sini seperti Elsa juga?" Pembawa acara mengarahkan mic nya ke arah penonton. Tentu saja penonton menjawab dengan antusias.
"Ya ...." Jawab anak-anak TK serentak. Dave tersenyum sambil melemparkan tatapannya ke arah Darra.
"Semuanya anak-anak hebat. Terima kasih sayang, suara emasmu sangat menghibur semua orang yang ada di sini. Kita beri tepuk tangan kepada Elsa Charlet." Suara pembawa acara itu begitu lantang hingga mengundang penonton ikut bertepuk tangan di sana.
Elsa kembali membungkukkan badannya di depan para tamu yang hadir. Lalu ia pun turun dari atas panggung.
"Sekarang kita akan menyaksikan. Pertunjukan teater yang dibawakan oleh anak-anak kita."
Terdengar suara tepukan tangan di sana.
Enam orang anak tiba-tiba datang memenuhi panggung. Keenam anak membagi posisi, dua orang membentang jaring, empat lainnya mengisi kedua sisi yang kosong. Tawa dari penonton tak kunjung lepas saat menyaksikan teater tersebut. Keceriaan tak kunjung padam. Anak-anak berganti permainan. “Kita bisa main yang lebih seru!” mereka lantas membentuk lingkaran, saling memegang tangan sambil bernyanyi. Senyum di bibir Darra tidak mau lepas saat menyaksikan putri kecilnya. Ia begitu terharu saat melihat keberanian putrinya.
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
orang kl dah move on dia akn biasa saja, tp kl lihat sikap dara dah tau dara blm move on, mending Dave cari yg lain saja lah, Dara blm selesai dng hatinya, drpd sakit nnti.
Dara biar jd istri ke dua ray kn masih cinta. kl dah gk cinta pasti akn biasa saja dan dng elegant melawan ray. 🤣
kurang /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/