NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Istri Tak Dianggap

Kutukan Cinta Istri Tak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Paksa / Penyesalan Suami
Popularitas:103.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bareta

(Revisi)

Merasa akhirnya bebas dari ikatan pernikahan dengan Elsa, wanita pilihan orangtuanya, Edward, berniat menata ulang hidupnya dan membangun rumah tangga bersama Lily, sang kekasih.

Namun tanpa disadari saat tangannya menggoreskan tandatangan di atas surat cerai, bukan sekedar perpisahan dengan Elsa yang harus dihadapi Edward tapi sederetan nasib sial yang tidak berhenti merudungnya.

Tidak hanya kehilangan pekerjaan sebagai dokter dan dicabut dari wasiat orangtuanya, Edward mendadak jadi pria impoten padahal hasil pemeriksaan dokter, dirinya baik-baik saja.

Ternyata hanya Elsa yang mampu mengembalikan Edward menjadi pria sejati tapi sayangnya wanita yang sudah terlanjur sakit hati dengan Edward, memutuskan untuk menikah kembali dengan Erwin, adik iparnya.

Apakah Edward akan memaksa Elsa kembali padanya atau memutuskan tetap menjadi pria mandul dan menikahi Lily ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Skenario Baru

Edward menatap tanda pengenalnya dengan wajah sumringah. Tidak ingin menunda kesempatan bisa kembali berinteraksi dengan pasien, ia menyanggupi permintaan rumah sakit untuk mulai praktek sore ini juga meskipun baru tadi pagi Edward tiba di kota yang akan menjadi tempat tinggalnya selama 3 bulan ke depan.

Daripada menjadi dokter pengangguran, Edward yang sudah rindu memegang stetoskop dan masuk ruang operasi menerima tawaran untuk menjadi dokter tamu meskipun hanya untuk sementara.

Ia pun beranjak bangun, memasang tanda pengenal di bagian kantong atas snellinya. Ditatapnya dengan bangga baju kebesaran seorang dokter yang akhirnya bisa dipakainya kembali setelah tergantung di lemari selama hampir 4 bulan.

Tidak lama pintu ruangannya diketuk dan sebelum Edward sempat menjawab, pintunya sudah dibuka.

Edward yang baru saja selesai memakai snellinya berbalik badan.

“Selamat sore dok…. Dokter Edward ?”

“Elsa ?”

Keduanya sama-sama membelakakkan mata, tidak menyangka akan bertemu kembali di rumah sakit yang jaraknya ratusan kilometer dari Jakarta.

“Kamu kok ada di sini ?”

Elsa langsung menautkan alisnya, merasa aneh dengan pertanyaan Edward, refleks ia menunjuk tanda pengenal yang tersemat di dada sebelah kirinya.

“Dokter lupa kalau saya memang kuliah di kota ini ? Seharusnya saya yang tanya kenapa dokter bisa ada di sini, ini ruang prakteknya dokter Surya dan tidak ada pemberitahuan kalau beliau tidak datang hari ini.”

“Saya pengganti dokter Surya selama beliau ditugaskan ke Jerman.”

“Tapi tidak ada yang memberitahu saya, apa dokter yakin tidak salah rumah sakit ?”

Edward tertawa dan gantian memperlihatkan tanda pengenalnya yang sama dengan milik Elsa. Dahi Elsa masih berkerut saat ia mengambil handphone dan mencari-cari sesuatu yang mungkin terlewatkan.

“Bisa-bisanya aku nggak teliti,” gerutu Elsa dengan suara pelan dan ditujukan hanya untuk dirinya sendiri.

“Kenapa ? Memangnya tidak ada yang memberitahumu soal penugasan dokter Surya ?”

“Ternyata ada. Baru semalam dikirim lewat wa dan saya belum membaca pesan masuk seharian ini jadi terlewatkan dan tumpang tindih dengan pesan yang lain.”

“Memangnya kamu kemana seharian ini ? Biasa handphone nggak bisa lepas,” ledek Edward sambil terkekeh.

“Kepo ! Saya ners magang yang kebetulan ditugaskan membantu dokter selama praktek jadi tidak ada kewajiban melaporkan aktivitas saja sama dokter !”

Nada bicara Elsa yang ketus tidak membuat Edward kesal malah tertawa, berbeda dengan sebelumnya, ia pasti langsung marah bahkan balas membentak Elsa.

“Kenapa kamu kelihatannya tidak senang aku ada di sini ?”

Elsa tidak menjawab dan menatap Edward dengan wajah kesal bahkan bibirnya sampai mengerucut.

“Gimana ceritanya dokter bisa bekerja di sini ? Bukannya ijin praktek dokter dicabut makanya tidak bisa kerja di rumah sakit manapun juga ?”

“Ngawur kamu ! Ijin praktekku aman hanya saja tidak ada rumah sakit yang mau menerimaku, entah karena permintaan daddy atau mereka segan karena nama keluargaku.”

“Terus kenapa bisa nyasar kemari ?”

Edward menatap Elsa lekat-lekat dengan dahi berkerut. “Kenapa kamu jadi ketus begini ?”

“Ini sifat asli saya, dokter keberatan ? Kalau dokter tidak mau saya membantu di poli ini ajukan saja permintaan penggantian ke bagian administrasi, saya tidak masalah. Permisi !”

Edward kembali tersenyum melihat wanita yang sebentar lagi akan jadi mantan istrinya berubah galak.

“Elsa !” Elsa berbalik badan, tangannya tidak jadi membuka pintu.

“Aku sama sekali nggak keberatan, malah senang bisa bekerjasama denganmu lagi. Semoga ke depannya kita….”

“Nggak usah basa-basi. Tolong jangan macam-macam di sini, sudah cukup dokter bikin ulah di rumah sakit sendiri.”

Edward tertawa melihat Elsa buru-buru keluar dan menutup pintu sedikit keras.

“Menyebalkan !” gerutu Elsa yang berdiri di depan pintu.

Di dalam ruangan Edward kembali duduk di kursi kerja dan mengambil handphone dari saku celananya.

Sepertinya semua ini bukan kebetulan tapi sebuah skenario baru yang dibuat oleh daddy-nya entah untuk tujuan apa.

(EDWARD) Terima kasih Dad karena memberikan aku kesempatan untuk berada di dekat Elsa.

Edward tersenyum saat pesan wa-nya yang centang dua langsung berubah warna biru. Meski tidak dibalas setidaknya daddy Robert sudah membacanya.

Satu pesan lagi dikirimnya untuk Bagas yang menawarkan pekerjaan ini untuknya.

(EDWARD) Thanks sudah membuat gue bisa sering-sering ketemu Elsa. Apa ini kesempatan atau pelajaran ?

Pesan untuk Bagas hanya centang 2, belum dibaca oleh pemiliknya.

Kepala Edward mendongak saat pintu ruangannya dibuka tanpa ditekuk, tampak Elsa kembali masuk masih dengan wajah ditekuk menyerahkan selembar kertas untuk Edward.

“Ini daftar pasien sore ini, data rekam medisnya bisa dokter lihat di laptop,” ketus Elsa

“Hhmm, terima kasih Elsa.” Edward mengangguk sambil tersenyum.

***

Sudah pukul 12 malam tapi Edward belum bisa memejamkan mata. Pikirannya tidak bisa lepas dari bayang-bayang Elsa bahkan perasaannya mulai campur aduk antara bahagia dan takut.

Bekerja satu rumah sakit dengan Elsa membuat Edward bahagia karena bisa sering-sering bertemu dengan wanita yang mulai dicintainya sekaligus takut kalau perasaan cinta yang membuncah semakin subur hingga rasanya ingin memiliki Elsa kembali.

Belum lagi aset berharganya yang bereaksi tanpa mengenal waktu. Seolah terlalu senang berada dekat dengan pawangnya, Edward sampai dibuat gelisah karena miliknya mendadak seperti magnet setiap kali berdekatan dengan Elsa, tertarik kuat karena berhadapan dengan kutub yang berlawanan.

Huuffttt ! Buang pikiran kotormu itu Edward ! Jangan pernah berharap Elsa bisa menjadi mlikmu lagi karena ia sudah memutuskan kemana hatinya akan berlabuh setelah terombang-ambing dengan sikapmu !

Entah apa maksud daddy Robert menyusun skenario semacam ini. Apakah ini ujian atau balasan untuk Edward karena pernah mempermainkan perasaan Elsa ?

Ingatannya kembali melayang pada kejadian 3 hari yang lalu saat makan siang bersama dokter Harris dan Cindy.

“Ayolah Ed, diterima saja tawaran papa, toh hanya untuk sementara daripads setiap hari kamu hanya duduk memandangi laptop dan handphonemu menunggu tawaran kerja. Sekarang kesempatan itu sudah ada di depan mata dan cukup dengan satu kata semuanya sudah berada dalam genggaman tanganmu.”

“Om yakin rumah sakit tidak akan membiarkanmu berhenti setelah masa 3 bulan berakhir apalagi kamu bisa menjadi partner yang seimbang untuk Cindy.”

“Apa kamu nggak tertarik untuk mencoba alat baru dan metode terkini yang lebih canggih, Ed ? Kita bisa sama-sama mengasah kemampuan dan akan lebih menyenangkan karena kita sudah sejalan sejak lama.”

Edward tidak bisa mengelak kalau hatinya tergoda dengan ucapan Cindy. Jabatan dan pendapatan tidak terlalu masalah namun kesempatan untuk mengasah otak dan memperdalam pengetahuannya membuat hati Edward bimbang apalagi tawaran untuk mempelajari teknologi terbaru yang sempat dipromosikan saat simposium kemarin.

Di saat hatinya sedang ragu dan menimbang-nimbang, tiba-tiba satu pesan masuk dari Bagas, menawarkan pekerjaan sebagai dokter pengganti hanya untuk 3 bulan.

Tawaran di kota Yogya membuat pikiran Edward langsung terkoneksi dengan nama Elsa hingga tanpa ragu ia menolak permintaan dokter Harris dan penuh keyakinan membalas pesan Bagas dengan satu jawaban : GUE MAU !

Edward kembali memejamkan matanya karena waktu terus bergerak hingga mendekati pukul 1 dini hari.

Ia sempat menghela nafas karena bayangan wajah Elsa malah semakin jelas di depannya. Benar-benar gila dan membuat pusing kepala !

1
Sri Wahyuni
menarik ceritanya anjut thor
Arin
/Heart/
Soraya
lanjut thor
Nelly Hidayati
Luar biasa
Uthie
itulah akibat Kinan yg bodoh telah menilai laki2 yg salah 😏🤨🤨😤
Putri Chaniago
jgn sampai Erwin mo tanggungjawab terhadap Kinan
Okah Collection
alhamdullilah erwin udah mutusin kinan
Sunaryati
jangan sampai minta pertanggung jawaban Erwin, toh sudah putus
Lee Mba Young
paling tidur ma laki yg kemarin itu kan kapok lah, putus bukan instropeksi diri mlh mabuk hadehhh.
ntar minta Erwin tanggung jawab lagi 😅😅😅😅
Uthie
Hahahaa.... cerita yg paling seru tuhhh kalo ada unsur saling membakar cemburu gtu 🤣🤣👍
Anonymous
k
Soraya
Edward kena sindir terus sama Elsa
Diny Julianti (Dy)
ngeselin hbs diselingkuhin, baik2 m Elsa
Diny Julianti (Dy)
emang enak
Soraya
lanjut thor
Uthie
Pengagum dokter Edward itu kayanya 🤨
Uthie
Aahhhhh..... sweetnya mereka /Drool/
Lee Mba Young
Semoga Erwin dpt jodoh yg baik pling tidak yg pikirannya dewasa gk kayak bocil.
Widi Widurai
lah dirinya ga bsa ngimbangi erwin juga. pengen dimengerti mulu. sedangkan elsa, dia kan berkorban dlu.
Widi Widurai
baguslah. ak pun ga setuju erwin sama kinan. kekanakan. dah ga cocok.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!