NovelToon NovelToon
Pengasuh Bayi Professor

Pengasuh Bayi Professor

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Cintamanis / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Beda Usia / Pembantu
Popularitas:202.5k
Nilai: 5
Nama Author: unchihah sanskeh

Saat acara perayaan desa, Julia justru mendapati malam yang kelam; seorang lelaki asing datang melecehkannya. Akibat kejadian itu ia harus mengandung benih dari seseorang yang tak dikenal, Ibu Asri yang malu karena Julia telah melakukan hubungan di luar nikah akhirnya membuang bayi itu ke sungai begitu ia lahir.

3 tahun kemudian, dia pergi ke kota untuk bekerja. Namun, seorang pria kaya mendatanginya untuk menjadi pengasuh anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon unchihah sanskeh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 - Isak Tangis dan Derita

Kami sempat membisu. Baik aku atau pun Pak Bima, kami berdua hanyut dalam perasaan kami masing-masing. Dia terpaku dengan pandangan matanya yang sayu.

Pikiran ku terpecah menjadi kepingan-kepingan ingatan. Pecahan-pecahan bayangan bermunculan di pikiranku. Malam dimana aku ingin menyatakan cintaku pada Kak Jafar, lalu saat aku masuk ruangan yang gelap untuk mencarinya. Begitu aku masuk, seorang lelaki datang menyambutku, dia seperti kesetanan, serupa kuda liar yang mengamuk mencari tujuan. Dia memaksaku, menyentuhku, dan merenggut semua milikku tanpa tersisa.

"Julia, kamu sungguhan?" Tanya pak Bima padaku. Meyakinkan dan memohon. "Perempuan itu benaran kamu?"

Aku hanya terisak, semua masih teringat jelas. Tentang bagaimana dia menarik, mengerang, dan mencengkeram tanganku agar tak pergi darinya malam itu.

"Desa Rindu Alam, jam sembilan malam, di gudang balai desa, belakang panggung hiburan, tatto kepala harimau warna hitam di dada. Laki-laki yang bilang; 'ternyata kamu yang menjebakku, dasar perempuan kampung!'-----" Tukasku seketika.

Darahku seolah membeku, melambatkan kerja jantungku. Aku telah disentuh oleh lelaki yang tak pernah kukenal sebelumnya. Lelaki yang bahkan tak pernah datang untuk bertanggung jawab atau sekedar meminta maaf karena perbuatannya.

Setelah tiga tahun, akhirnya aku bertemu lagi dengannya. Bahkan sempat terjalin hubungan yang intens dan terbilang akrab.

Pak Bima menarik ku mendekat, memelukku erat dalam usaha yang sia-sia untuk menenangkan gemetar yang mengguncang tubuhku.

Dia berbisik lembut. "Saya minta maaf, Julia. Demi Tuhan saya minta maaf padamu."

Pikiranku berputar. Duka membuncah untuk masa lalu dan masa depan milikku. Masih terluka akibat perbuatannya, lebih dari 3 tahun lamanya aku menderita, bahkan sekarangpun tak bisa kusebut bahagia; semua karena dia. Dimana aku dibenci dan dikucilkan oleh warga kampung, dimusuhi ibu, mengandung, sampai anakku akhirnya meninggal.

"Tidak!" Aku menggeleng keras-keras, menolak permintaan Pak Bima karena menyadari kebencian di dalam hatiku masih membara.

Kusentak tanganku, ku dorong tubuhnya dari sisiku, tapi dia tetap dii sana, bertahan sekuat tenaga.

"Setelah semua yang saya alami karena perbuatan Pak Bima---saya tidak bisa melupakan itu, Pak. Saya sakit hati, saya marah, saya kecewa..."

"Hukum saya, Julia! Saya sangat paham jika kamu benci dan enggan memaafkan saya, tapi tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskan---" timpal Pak Bima sambil berbisik lembut ke telingaku dan menepuk-nepuk punggungku yang masih panas. Suaranya serak sekali, memohon, membuatku mabuk kepayang.

Wajahnya yang kecokelatan, begitu dekat dengan kepalaku. Ia masih memohon padaku.

"Lepas!" Titahku, mencoba untuk lebih tenang. Walau senyatanya perasaanku makin limbung tidak karuan.

"Lepaskan saya, Pak!"

"Izinkan saya menjelaskan semuanya, Julia. Tolong, walau hanya sebentar saja."

Dengan susah payah aku menahan isak. Tidak ku sangka kami akan berakhir begini. Semula kupikir Pak Bima akan mendukungku dari belakang, dan menyemangatiku atas semua kejadian ini. Memelukku saat aku merasakan trauma... tetapi semua hanyalah khayalan, bukan fakta yang kualami secara nyata.

"Pak Bima mau menahan Saya begini sampai kapan? Lepaskan saya!" Ujarku meyakinkannya. "Bukankah ini sama saja dengan yang Pak Bima lakukan waktu itu pada saya?"

Mendengar penuturanku itu, dengan perlahan akhirnya Pak Bima melepaskan dekapannya. Kali ini diia mengangkat kepalanya, menatapku. Tak lagi bersembunyi layaknya pecundang tak tahu malu.

"Tiga tahun lebih, Pak," kataku sambil mengacungkan tiga jemari di depannya. "Tiga tahun lebih saya menderita sendirian. Ibu saya sampai membenci dan mengurung saya layaknya binatang, disembunyikan bagai aib yang teramat memalukan. Sembilan bulan saya mengandung sendirian, apa-apa sendiri... Tanpa peran lelaki."

"Oh, dan lagi. Bukan cuma Pak Bima yang berhasil lihat saya dalam keadaan memalukan, tapi hampir seluruh warga kampung menyaksikan saya tidur sendirian di gudang tanpa busana,---" lanjutku sambil menggantung kata-kata, menahan perihnya bayangan masa lalu itu harus ku ungkapkan kembali, agar dia tahu betapa menderitanya aku saat itu.

"Saya malu, Pak..." Aku terisak sambil meremas pakaian tepat dibagian dada. "Saya malu...."

Air mata memenuhi mataku. Kutundukkan kepala sambil menekan dada kuat-kuat, begitu sesak dan menyesakkan.

"Saya salah, Julia. Saya siap bertanggung jawab untuk kamu."

Lekas kudongakkan kepala dan menatapnya meski dengan mata yang berlinang. "Tanggungjawab, Pak?"

"Saya siap menikahi kamu. Bahkan sekarang pun saya siap."

"Selama ini, Pak Bima kemana, Pak?" Kukepalkan tangan. "Waktu itu, kenapa Pak Bima tinggalkan saya sendirian?! Kalau memang mau bertanggung jawab kenapa Bapak tinggalkan saya sendirian di gudang?!"

"Kenapa?!" Aku berteriak, kupukul berkali-kali dadanya yang bidang itu dengan kepalan maut yang sakitnya jelas tak sebanding dengan sakit yang kurasakan bertahun-tahun lalu.

Hancur hatiku. Air mata semakin tak bisa kubendung, entah bagaimana saat ini datang begitu tiba-tiba. Rahasia yang dari dulu tak kuharapkan lagi jawabannya.

"Semua saya jalani sendirian. Satu hari, satu minggu, satu bulan, bahkan satu tahun; tak ada satu kali pun saya dengar kabar atau kedatangan Bapak minta maaf dan mau bertanggung jawab, atau jelaskan semuanya di depan Ibu saya. Saya mengandung sembilan bulan, menyayangi dan melahirkan sampai dia kembali lagi ke Tuhan. Dimana Pak Bima saat itu? Padahal dia anak saya, anak kita berdua, Pak Bima!"

Badanku makin gemetar dan sempoyongan. Begitu sesak, sampai mau mati rasanya. Tiga tahun perasaan marah yang kupendam itu akhirnya kini bisa kuungkapkan di hadapan orangnya langsung. Meski harus kurasakan pula sakitnya, sebab orang itu hadir sebagai sosok yang kucinta.

"Lalu apa artinya tanggung jawab Pak Bima sekarang?" lanjutku. "Hati saya sudah terlanjur terluka dan anak kita sudah tiada---"

Pak Bima pun membisu. Kemudian berlutut di hadapanku, meraih tanganku dan menggenggamnya erat-erat. Lalu, diangkatnya wajahnya, menatapku memohon pengampunan.

Dan di saat itulah kusaksikan air matanya, menetes dan mengalir bagai bulir bening yang jatuh dari langit.

"Demi Tuhan, Julia. Saya mengakui kesalahan saya." Ucapnya. "Izinkan saya memperbaiki semuanya."

"Pak, sudah ya?!" Jawabku dengan nada pelan. Ku seka air mataku dan ku usahakan untuk tersenyum. Harapku segala yang keruh dalam suasana hati ini tersaring sedemikian rupa hingga tinggal menyisakan suasana yang jernih, sehingga aku tak lagi menikmati keperihan ini.

"Saya akan berusaha memaafkan, meski tidak sekarang. Biarlah waktu yang menghapus semua."

Kusentak tangannya dan menjauh. Namun, lagi-lagi Pak Bima menahanku.

"Saya tahu rasa kecewa dan sakit hati kamu, Julia. Dan saya tidak akan memaksa kamu untuk memaafkan saya karena itu." Ucapnya. "Saya cuma minta sedikit waktu kamu agar saya bisa menjelaskan. Tidak harus sekarang, tunggu keadaan kamu sedikit lebih tenang biar semua bisa kita obrolkan dengan tenang."

Meski aku tak melakukan kejahatan apa pun atas kejadian ini, aku mesti harus melihat bagaimana Tuhan mengatur hidupku untuk lebih baik. Memang dari awal, akulah yang memberikan kepercayaan dan pengharapan untuknya, dan untuk memperbaikinya aku memerlukan waktu, waktu yang menurutku tidak sebentar.

Saat kesempatan yang dimintainya itu, aku tak tahu apa yang akan keluar dari bibirnya nanti. Satu sisi aku akan membuat Pak Bima tahu, bahwa aku tak main-main dengan kata-kata ku hari ini, aku kesulitan membuka maaf dan melupakan perbuatannya. Meski di satu kemungkinan, aku tak sanggup, sebab aku juga mencintainya.

Mau tidak Mau, Aku harus siap dengan segala kemungkinan itu...

Dia terdiam sejenak, membetulkan posisi tubuhnya, lalu kembali berkata. "Saya akan menunggu kamu menenangkan diiri, saya akan tunggu kesempatan dari kamu."

"Saya tiidak tahu, Pak."

Aku hanya bisa terisak, kemudian membisu lagi.

1
Rui_holib
belum lanjut ditunggu ka
Dewdewdew
Slalu nungguin up.nya kakak author ini. Semangat kak🫶🫶🫶
ummah intan
Lily benar² anak kandung pak Bima dan julia
Teh Yen
ah syukurlah benar ternyata Lily ank kandung bima dan Julia ,,.cepet.sembuh Lily mmh kandung kamu ada d sini jagain kamu cepet sadar yah
Andriyani Lina
congratulations pak Bima dan Julia, akhirnya lily anak kalian. benar katanya pak Bima, liliy tidak disia-siakan.. tinggal tunggu lily sembuh, pasti sangat bahagia memiliki orang tua sempurna.
lanjut kak uchi
Sidieq Kamarga
Uuuuh lepas sudah ini air turun dari mataku 😭😭😭😭😭😭😭😭😭
ngatun Lestari
ikut seneng, akhirnya bisa kumpul ya dgn keluarga utuh
winnidew
Bima dan julia bahagia.. lalu bagaimana dgn ibumu julia? bahagia krn mendapatkan org kaya?
Esther Lestari
akhirnya tes dna membuktikan kalo Lily anak kandung pak Bima & Julia....selamat buat kalian berdua🥰🥰.

bgmn skrg perasaan ibu Julia melihat cucu kandung nya yg dulu dibuang dan skrg dalam keadaan sakit ?
Del Rosa
huaaa sedih sekali, semoga lily baik baik ajaa... aku kan pendukungnya lily, ga terima kalo lily kenapa napa!!!! awass ajaa ya thorr!!?!
Del Rosa
puk puk puk peluk jauh untuk pak Bima (sambil di sinisin julia)
Iges Satria
senangnya /Heart//Heart/
Debu Nakal
kok daku rada tak nyaman dg panggilan julia yg djadikan "jul"
imajinasi penokohannya jd brubah arah /Smirk//Applaud/
Yayuk Bunda Idza
Alhamdulillah.... untuk hasil Julia dan Lily kok gak dibacakan??
Brizy El-anshory
cuma dalem novel anak d buang neneknya trus d temukan bapak kandungnya sendiri y gk tw klo udah punya anak....
Ummee
huhu... ikut terharuuu
Sri Rahayu
Alhamdulillah....ternyata Lily benar2 anak Bima dan Julia, semoga Lily lekas sembuh 😘😘😘.... lanjut Thorr 🥰
Sugiharti Rusli
walo harus berdarah-darah dulu sama kondisi Lily selama ini, semoga dengan diketahui kalo dia putri kandung mereka, kelak kesehatan Lily semoga semakin pulih yah,,,
Retno Amin
Alhamdulillah..aku sampe sedih bacanya 🥲
ERNY TRY SANTY
Alhamdulillah akhirnya, Lily benar ank kandungnya pak Bima n Julia 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!