"Aisyah mau kah kau menikah denganku?" Tanya Leon dengan harap-harap cemas. Aisyah tak segera menjawab dia bingung. Walaupun hatinya juga sudah terbuka untuk Leon.
Ada sesuatu yang sedang Aisyah selidiki yaitu kecelakaan ayah kandungnya.
Akan kah pernikahan Leon dan Aisyah terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
"Hidup itu lucu ya mas, aku enggak nyangka pak Raka ternyata adikku." Lirih Aisyah. Sekarang keduanya sudah ada di kamar mereka, Aisyah bersandar di dada suaminya yang polos. "Iya sayang, takdir. Berarti Raka ipar aku hehehe."
"Euh mas...ahhh..." Leon sudah men jamah tubuh istrinya yang membuatnya candu setiap hari. "Aku ca-capek mas ahhh."
Leon tak menjawab dia makin terus menyesap leher dan gunung kembar istrinya. "Aku aja yang kerja sayang .. ahhh...!" Leon sudah memasukan pusakanya ke dalam lembah istri tercintanya. Keduanya bertempur malam itu.
"Udah mas aku ngantuk...!" Ucap Aisyah, matanya sudah lelah sekali. "Hihi iya sayang tidur."
Setelah di rasa istrinya sudah tidur nyenyak, Leon turun dari kasur masih dengan ber te lan jang dada, dia ke meja kerjanya dan membuka laptop. Dia melihat rekaman CCTV kecelakaan orang tua Aisyah yang menewaskan ayah mertuanya.
"Siapa orang yang turun dari truck itu? Bukan perempuan, tapi siapa? Kalau Nindi, tidak mungkin. Nindi setinggi tante Fira. Apa jangan jangan ada pelaku lain?" Gumam Leon dalam hatinya.
Dia menghubungi Ray tengah malam begini, padahal Ray sudah di alam mimpi. "Ck...kemana lagi si Ray? Bukannya di angkat!" Leon menutup lagi ponselnya. Jelas saja Ray tak menjawabnya ini sudah hampir jam 2 malam.
"Aku harus mencari tahu siapa lelaki itu."
-
-
Kakaknya Leon, Shaka pagi pagi sekali sudah kerumah Leon. Dia datang bersama Tama membawa sesuatu yang penting. "Kita ke ruangan ku kak!" Leon dan kakaknya pergi ke sana, Aisyah sendiri sesudah subuh dia tidur lagi tak enak badan.
Shaka memberikan bukti keterlibatan seorang pria yang di duga kekasihnya Nindi. Baru dugaan! Karena Tama menemukan sesuatu yang baru. Leon melihat rekaman video menjijikan itu. "Astaga...Nindi, ini gila kak!"
"Tama masih menyelidikinya, kamu enggak usah ngelakuin apa pun, cukup jaga Aisyah. Jangan sampai lengah, urusan yang lainnya biar kita yang urus." Kata Shaka
"Tapi kak, Ray juga lagi cari bukti."
"Biar kakak yang urus, kakak enggak mau kalian kenapa kenapa. Wanita yang kalian hadapi ini, sangat jahat.
Leon mengangguk dia menurt pada kakaknya. Tak lama Shaka dan tama pergi dari sana. Leon keatas lagi membawa sarapan untuk istrinya. Untung saja hari ini jadwalnya tak terlalu padat, jadi Leon bisa menemani istrinya dirumah.
"Makan dulu sayang. Kamu pucet banget."
Leon dengan telaten menyuapi istrinya dan merawatnya. Dokter yang dia panggil pun datang kerumah memeriksa Aisyah. "Gimana dok?"
"Hanya kecapean saja pak, karena kandungannya baru 2 bulan, kegiatannya tolong dikurangi ya pa, bu. Bisa bahaya kalau terus terusan kecapean." kata dokter itu.
Dokter itu pamit dari sana setelah meresepkan obat dan vitamin. Leon merasa bersalah memang karena ulahnya yang suka mengajak bergadang istrinya sampai malam. "Maafin aku ya sayang, mulai hari ini selama kamu hamil, kita jadwalin yah." Lirih Leon dia memeluk perut istrinya dan menciuminya.
"Iya mas, tapi kan aku juga suka gimana donk hehehe."
Leon mencubit hidung istrinya gemas "Dacal mamah kalian malu malu tapi doyan hahahah."
Seharian itu Leon di kamar bersama istrinya, bahkan kerjaanya pun dibawa ke kamar. Aisyah sama sekali tak masalah, dia sudah menyuruh suaminya untuk ke kantor. Namun suaminya engggan pergi meninggalkan istrinya.
"Sayang, aku telepon ibu yah?"
"Eum, apa enggak ngerepotin ibu mas?" Aisyah nampak ragu kalau memberi kabar pada ibunya mengenai kondisi badannya. "Enggaklah! Ibu juga berhak tahu keadaan anaknya sayang. Anaknya bukan cuma Arsy, kamu juga anaknya."
Leon menjawab dengan sedikit kesal, Aisyah terlalu mengalah untuk Arsy. Bagaimana pun, Aisyah juga anaknya bu Dina. "Iya mas, mas yang telepon yah. Aku tidur dulu bentar ya mas, kepalaku masih pusing."
CUP
"Iya sayang, istirahat yah. Nanti aku bangunin."
Di rasa istrinya sudah pulas, Leon baru menelepon tante Rosma, mengabari keadaan Aisyah. Tante Rosma dan bu Dina akan segera kesana menengok Aisyah. Kabarnya tante Fira dan Arsy juga akan ikut. Kecuali Bella yang masih les, dan Tristan yang masih meeting.
Opah Emran tak bisa ikut, karena harus menjaga omah Tatiana. Jadilah anggota keluarga yang lain yang menengok Aisyah. Sebelum kerumah Aisyah, mereka membeli buah buahan dulu dan juga makanan untuk Aisyah.
-
-
Mereka sudah sampai dirumah Aisyah dan suaminya. "Silahkan masuk bu." kata Leon, dia menekan tombol lift rumahnya. Bu Dina melihat sekeliling rumah Leon yang megah. "Besar sekali rumah mu nak." Ucap bu Dina.
"Eum, sederhana kok ibu. Ibu juga kapan kapan harus nginap di sini, biar Aisyah enggak kesepian."
TING
Pintu lift terbuka mereka kini berada di kamar Aisyah yang super luas itu. "Sayang, bangun dulu. Ada ibu di sini." Leon membangunkan istrinya pelan.
Aisyah menggeliat melihat ibunya ada di depan matanya. "Ibu, Aisyah kangen sama ibu." Aisyah langsung memeluk ibunya. Dia juga melihat Arsy "Kakak sakit apa? Badan kakak panas" Kata Arsy.
Leon pergi meninggalkan istri dan keluarganya. Dia menuju ruang kerjanya. Ray memberikan bukti baru tentang pria yang menyabotase kecelakaan itu. Ternyata ada dua pria. Satunya bersama Nindi, satunya lagi yang memotong kabel rem mobilnya om Zacky.
"Siapa dia?"
"Masih kami cari tahu boss. Ternyata mereka juga meretas CCTV rumah orang tua non Aisyah."
Ray memperlihatkan beberapa orang masuk ke dalam rumah Aisyah, dan meretas CCTV itu. Jadi pada saat kejadian, polisi menetapkan bahwa kecelakaan ini murni. Bukan adanya sebuah kejahatan.
"Jangan sampai ada yang terlewat Ray, wanita itu harus menerima ganjarannya."