Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35
"Aku sudah membuat orang yang di luar
pingsan."
"Siapa?"
"Orang yang membuatmu ketakutan!"
"Orang yang membuatku ketakutan adalah Farah,
aku tidak kenal dengan orang yang di luar sana. Dan aku juga tidak perduli
padanya."
Ical menyadari bahwa ternyata dia salah paham, Ical
menghubungi ambulans untuk menjemput Fasya di depan kamar. Setelah itu Pera
mulai menjelaskan semua situs yang sedang terjadi.
Sebenarnya Ical juga tidak percaya, yah wajar saja
Ical dan Farah bukan orang yang saling mengenal untuk waktu yang lama.
Sebenarnya Ical sempat berpikir untuk memanggil Iplan ke sana namun, Ical sudah
berjanji pada Farah untuk tidak memberi tahu siapa-siapa.
Mereka berdua tidak tahu harus melakukan apa untuk
Farah tapi Ical tau apa yang harus dia lakukan untuk Pera. Ical berusaha
semaksimal mungkin untuk menenangkan Pera.
Hingga sudah dua hari berlalu, mereka berencana
untuk memanggil polisi. Tapi bagaimana jika Farah marah saat Pera melakukan
itu, yang Pera takutkan sekarang adalah perubahan sikap Farah yang sangat tidak
masuk akal di pikirannya.
"Tidak bisa terus seperti ini, aku akan
menghubungimu Iplan tanpa menyebutkan nama Farah dan lokasi dia saat ini."
Akhirnya Ical membulatkan keputusan dengan
menghubungi Iplan.
"Iplan aku akan bertanya singkat padamu."
"Baiklah!"
"Apa yang harus di lakukan saat tiba-tiba
seseorang berusaha sikap dengan sangat drastis?"
"Sebenarnya jika kasusnya seperti itu harus di
ketahui dulu apa penyebabnya."
"Tapi aku butuh jawaban yang lebih
singkat."
"Orang yang sedang seperti itu biasa akan
membutuhkan waktunya sendiri dulu, tanpa bertemu orang lain tapi ada juga jenis
orang yang malah semakin suka keramaian di saat kondisi tersebut. Inti
jawabannya adalah beri mereka waktu."
"Apakah ada batas waktu untuk itu?"
"Biasanya sih tergantung kepada masing-masing
orang namun, jika lebih dari satu bulan tidak jika lebih dari satu Minggu tidak
berhenti juga maka itu sudah dalam kondisi kritis."
"Okey, makasih infonya."
Ical menjelaskan semua kepada Pera. Ical juga
meminta Pera untuk bersabar lebih lama. Hanya seminggu jika Farah tidak keluar
kamar juga mereka akan melaporkan pada polisi.
Dan yah tepat di hari ketiga Farah membuka pintu
kamar, Farah bersiap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Saat itu Pera menangis
melihat Farah yang akhirnya mau keluar.
"Hai Ical!" Sapa Farah dengan senyum yang
hangat, sambil berjalan ke kamar mandi.
"Wah, dia benar-benar aneh." Ucap Ical
yang merinding di buatnya.
"Tapi syukurlah dia masih hidup." Ucap
Ical.
Pera yang mendengar itu langsung memukul Ical di
punggungnya.
"Jangan bicara yang tidak-tidak tentang
Farah." Ucap Pera marah.
"Maaf-maaf aku hanya heran saja di
buatnya." Sahut Ical.
Setelah selesai mandi Farah menanyakan apakah
mereka berdua sudah makan, kebetulan mereka berdua saat itu belum makan. Farah
pun mengajak mereka untuk makan bersama di luar.
Saat membuka pintu ke luar mereka bertiga terkejut
saat melihat Fasya tertidur di depan pintu.
"Apakah dia sudah sehat?" Ucap Ical.
"Sebenarnya siap pria aneh ini?" Ucap
Pera.
"Oh... Dia tunangan ku." Ucap Farah
santai.
Farah membangunkan Fasya perlahan, Fasya yang
melihat Farah di depan mata langsung bergegas berdiri.
"Dari mana saja kamu?"
"Maaf, aku tidak tahu kalau kamu ada di luar.
Mau ikut makan diluar?"
Tanpa ragu Fasya pun mengikuti mereka bertiga.
Saat tiba di restoran, Ical mengangkat tangan
seperti sedang memanggil seseorang. Bukankah tadi pelayanan sudah menulis
pesanan, oh mungkin Ical mau pesan yang lain pikir Farah.
Ada tiga orang pria yang berdiri di samping meja
mereka berempat. Aura mereka bertiga sangat terasa, aura cemburu yang sangat
meluap saat Farah menatap satu kearah para pria itu.
Ternyata mereka bertiga adalah Iplan, Rendi dan
Reno. Awalnya Farah hanya menatap dingin karena takut ketika melihat mereka.
Takutnya Farah itu karena khawatir obsesi mereka terhadapnya semakin tinggi.
Apalagi saat ini aura yang Farah rasakan dari Meraka adalah aura kecemburuan.
Sudah satu tahun Farah sengaja menghilang dari
mereka terutama Reno. Saat ini jika Farah tidak bisa mencair suasana maka Fasya
akan dalam bahaya, jangan sampai juga terucap bahwa Farah adalah tunangannya.
Farah membuat senyum ceria di wajahnya untuk
menenangkan api cemburu mereka bertiga. Sejujurnya Farah juga tidak tahu kenapa
mereka bisa cemburu, tapi jika benar seperti yang di katakan oleh Ical bahwa
mereka bertiga terobsesi dengan Farah. Maka keinginan untuk memiliki seutuhnya
jika sangat besar.
Jika obsess yang sudah berada di tahap lanjutan,
bisa membuat orang itu menggunakan segala cara agar mendapatkan yang mereka
mau.