*Squel dari One Night Stand With Dosen*
Pernikahan Shalinaz Rily Ausky dengan Akara Emir Hasan cukup membuat orang sekitarnya terkejut. Berawal dari sebuah skandal yang sengaja diciptakan sahabatnya, gadis itu malah terdampar dalam pesona gus Aka, pemuda dewasa yang tak lain adalah cucu dari kyai besar di kotanya.
"Jangan menatapku seperti itu, kamu meresahkan!" Shalinaz Ausky.
"Apanya yang salah, aku ini suamimu." Akara Emir Hasan.
Bagaimana kisah mereka dirajut? Simak kisahnya di sini ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 22
"Ayo berangkat, kita sarapan di luar, aku udah izin umi tadi," terang Aka menuntun lembut tangan istrinya, membawanya keluar dari kamar.
"Aku berangkat sendiri aja, Mas," tolak Shalin setengah memohon. Aka menggeleng pelan sebagai respon, membuat perempuan itu tidak bisa berkutik.
"Nomor ponsel kamu berapa, nanti ngabarin kalau mau pulang?"
"Nggak hafal," jawabnya datar.
"Mana ponselnya, coba Mas pinjam?"
"Perasaan kemarin udah dikasih tahu deh, waktu di hotel, ponsel aku ilang," jawab perempuan itu menyorot kesal.
"Owh ... lupa sih, bukan modus berarti ya, aku pikir mau minta nomor aku. Hehe." Aka memasang wajah jenaka.
Ya ampun ... ini orang, ngeselin banget sih.
"Mau dibeliin ponsel baru nggak?" tawarnya setengah menggoda. Shalin mendongak, memperhatikan wajah Aka yang tengah menatapnya. Mereka masih di teras kamar sama-sama memasang sepatu pada kakinya.
"Boleh kalau ikhlas," jawab Shalin apa adanya.
"Tetapi ada syaratnya," ujar Aka mengerling.
"Nggak usah, makasih, kapan-kapan beli sendiri aja," jawab Shalin sekenanya. Langsung berdiri meninggalkan suaminya. Sementara pria itu sendiri terkekeh pelan, berasa mood booster sendiri menggoda istrinya.
"Dek, tunggu dong ... kamu salah jalannya. Lewat sini calon Umi—" Aka menarik tangannya agar istrinya berbelok. Yang Shali tahu ia akan keluar melalui rumah utama.
"Kok lewat sini, Mas, kita nggak jalan kaki aja?" tanya Shali bingung.
Perempuan itu masih mengedarkan pandangannya, menemukan motor Aka yang tersimpan di halaman belakang bilik kamarnya. Tepat di sebelah utara terdapat gerbang kecil yang bisa menembus jalan keluar. Kamar Aka seperti ruangan khusus yang terpisah dari rumah utama.
"Pengennya sih jalan kaki, tetapi udah lumayan siang juga 'kan kamu ada kuliah pagi juga, iya 'kan? Ayo naik!" seru Aka yang sudah duduk di atas motor. Siap menarik pedal gas.
"Owh ... jadi di sini ada jalan yang tembus ya, lumayan juga sih lebih dekat," gumamnya setelah motor melaju.
"Kenapa, besok mau menyelinap masuk sini ya? Jangan harap, akan sia-sia aja nanti kamu puter balik, pintu ini khusus buat motor aku aja, setelah aku balik aku kunci gerbangnya. Jadi, Mas sarankan lewat depan, menyapa orang-orang dan bersikap ramah padanya."
"Iya bawel ih ... aku mau turun di halte kampus Mas, aku nggak mau bareng," pinta Shalin sungguh-sungguh.
"Kamu malu jalan sama aku? Atau jangan-jangan kamu punya pacar di kampus?"
"Nggak usah ngarang deh kalau ngomong, nanti presepsi orang bakalan beda kalau tahu aku istri kamu, dikira aku numpang nama lagi nanti kuliah di sini, pokoknya aku mau belajar nurut asal Mas mau nurutin permintaan aku yang satu ini. Aku nggak mau entar pada kepo sama pernikahan kita."
"Ya tinggal jawab aja bener aku istrinya Mas Aka, gitu Dek, sesimple itu. Kenapa harus dirahasiakan segala coba."
"Mas, cuma sebentar aja juga, aku lagi nata hati nih," ujarnya mrengut.
"Nata hati buat siapa? Siap-siap jatuh cinta sama aku gitu?" Aka tersenyum menggoda.
"Tahu ah kesel! Menurut kamu, emang boleh aku jatuh cinta sama orang lain?"
"Dek, kok diem, iya deh iya, demi kenyamanan hati kamu, aku ngalah untuk hari ini aku turunin kamu di sini, besok aku nggak janji."
"Makasih Mas sebelumnya." Shalin turun dari motor, gadis itu menarik tangan suaminya berujar pamit. Aka tersenyum tipis membalasnya.
Shalin langsung menuju gedung fakultas dan menempati ruang yang sudah nampak ramai menghuni mahasiswa lainnya. Sembilan puluh menit Shalin mengikuti makul dengan khusuk, perempuan itu menggumamkan syukur setelah dosen mengucap salam perpisahan.
Setelahnya mereka tidak saling menghubungi, baik Aka maupun Shalin. Tapi sungguh pria itu mengawasi dari jauh, Diam-diam Aka menyelidi sendiri pergaulan istrinya, termasuk orang yang dengan sengaja ingin mencelakainya di awal, tentu saja pria itu bermaksud membebaskan, namun tetap dalam genggaman.
Sementara Shali dan teman-temannya sore ini ada kegiatan pengajian bergilir kelas. Perempuan itu pasti akan pulang terlambat, sementara ia harus pamit, sayangnya ia bingung cara menghubungi suaminya sebab tak ada ponsel, alhasil gadis itu nekat mencari ruangan Aka berdasar petunjuk dari dosen lain yang Shali kunjungj.
Ruangan Aka ada di lantai dua, gadis itu berjalan gontai menuju lift yang lumayan lengah, bukan hanya lengah tetapi tak ada penghuni lainnya. Selain ... Azmi.
pinter bhs arab ya thor...
jd pengen mondok..