"Ahhh, sakit sekali. Apa yang kau lakukan?”
“Maaf, aku tidak sengaja.”
“Aku tidak akan memaafkanmu, kecuali kamu bertanggungjawab atas apa yang terjadi padaku.”
“Ya. Kalau perlu Aku akan menikahimu!” Siapa yang akan menyangka perkataan tanpa pikir panjang itu, mendatangnya kepada masalah yang rumit dan mengubah hidupnya sangat jauh hingga tak ada jalan untuk kembali.
Kecelakaan hari itu, membawa mereka berdua pada ikatan paksa bernama pernikahan.
____
Pernikahan yang semula indah dan damai seolah pernikahan pada umumnya, hingga Ia lupa, bagaimana pun Ia adalah penyebab kehancuran suaminya. Ia layak untuk di benci.
Kau bersabar atas luka di sekujur tubuhmu
Aku bersabar atas sikapmu yang menyakitiku.
Jika kau tak pernah selembut itu mungkin perubahanmu tak begitu menyakitiku. Figuremu di hatiku seindah itu, sebelum sifatmu berubah membekukanku.
#Nikahpaksa
#Cintahadirkarnaterbiasa
Jangan lupa tinggalkan tanda di setiap partnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Light_Ryn23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Lain
Di sepanjang perjalanan pulang Luthfi hanya diam sembari menatap jendela mobil mengamati perjalanaan yang terasa membosankan, tangannya terkepal dengan kuat di atas lututnya. Matanya memerah dan pikirannya berkelana tak tentu arah.
Dari arah kaca spion tengah, Hasan memperhatikan saudaranya itu dan sesekali menatap adiknya. Keduanya berbicara lewat tatapan mata Kenapa lagi tuh? Annisa menggangkat bahu tanda tak tahu, Ia malah terang-terangan menghadap belakang memperhatikan Luthfi.
"Udahlah Fii, gimana pun Fidzah sudah Nikah." Hasan bersuara sambil sesekali melirik Luthfi di belakang sana.
"Kamu fokus aja sama pendidikan kamu. Jangan berlebihan mikirin orang yang udah jadi Istri orang." Sudah jadi Rahasia umum kalau Luthfi sangat mengangumi sepupunya itu, Ia bahkan pernah terang-terangan meminta Fidzah pada OM Zafran Papa Fidzah untuk diizinkan menikahinya.
Tapi yang namanya aturan tetap saja tidak bisa diabaikan, Di keluarga mereka ada istilah sepupu satu Nasab yaitu mereka yang satu kakek, sama-sama anak dari anak laki-lakinya Kakek. Nasab keduanya terhubung terlalu dekat, aturan tersebut bagai sekat tak terlihat yang membuat mereka terjerat.
Memang dalam hukum Islam di perbolehkan, namun terlalu banyak pertimbangan untuk dinikahkan. Agak sulit bagi Papa menikahkan sang anak dengan anak laki-laki dari kakak tertuanya. Papa takut itu hanya obsesi sesaat karna mereka terlalu sering bersama, takut kehilangan satu sama lain membuat mereka salah mengartikan kata Cinta.
"Kalian tau kan kalau mereka menikah terpaksa? Gak ada cinta!" Bantah Luthfi
"Cinta hadir karna terbiasa." Sanggah Hasan dengan tegas
"Tapi sampaikan dia bisa terbiasa? Sampai lukanya semakin berat?"
"Udahlah Fi, gimana pun itu benar. Kamu gak bisa paksain ego kamu, kamu cuma terobsesi sama Fidzah!" Jerit Annisa keras.
"Obsesi apa? Gak ada. Suami Fidzah bukan orang baik!"
Brakk Kepala Annisa terbentur dashbord mobil karna Hasan berhenti tiba-tiba. Hasan menatap tajam Luthfi di bangku belakang, Ia pun kaget mendengar pernyataan Luthfi yang diluar nalar.
"Aku gak bisa ikhlasin dia, sampai aku tau dia tidak menyesali keputusannya."
Mengabaikan Annisa yang terus mengusap-usap kepalanya, Hasan hanya dapat menggelengkan kepalanya pelan dan kembali melajukan mobilnya. Dia pun tak habis pikir, bagaimana bisa Luthfi mencintai sepupunya seterang-terangan itu. Bahkan sampai berani menilai buruk orang lain semudah itu.
***
Tujuh Belas Tahun Yang Lalu
Di tengah derasnya Hujan malam itu, Luthfi berada di dalam mobil bersama orang yang hanya dikenalnya sebatas panggilan Ayah, mereka pernah bertemu tapi saja tidak ada jalinan kasih terjalin. Ayahnya menafkahi Ia dan Ibunya, tapi Ia tidak tau apa arti kasih sayang sesungguhnya.
Luthfi kecil menangis sembari menatap kaca jendela, menampilkan jalan yang basah dan rumah-rumah kayu beratap seng itu menambah gemuruh suara hujan. Ia akan meninggalkan kampung halamannya, tempat kelahirannya, dan kenangan bersama ibunya yang kini telah tiada.
Tujuh tahun lamanya, sejak Ia lahir ke dunia, statusnya masih disembunyikan dan Ia tak pernah mengenal keluarga Ayahnya, karna pernikahan kedua orangtuanya hanya sebatas pernikahan di bawah tangan, hanya sah di mata hukum Agama bukan negara. Ibunya istri kedua yang disembunyikan sang Ayah di sudut terpencil kabupaten, jauh dari hingar-bingar keramaian.
Beberapa hari yang lalu, Ibunya pergi meninggalkannya untuk selamanya, membuat Luthfi sendirian tanpa ada sandaran. Orang yang dikenalnya sebagai Ayah tak dapat datang hari itu, Ia sungguh kecewa sebab hanya Ayah harapan terakhirnya. Setelah beberapa hari mengungsi di rumah tetangganya, sebab ibunya hanya sebatang kara di sana. Ia lelah berharap pada Ayah yang tidak ada kabarnya, Ia juga sudah enggan mengungsi dan dimarahi pada anak tetangga.
Hingga, pagi itu tiba. Mobil yang pada masa itu adalah barang yang cukup langka datang ke desa, menarik perhatian banyak warga. Di sana keluar sosok pria yang dikenalnya sebagai Ayahnya, datang menjemputnya dan membantu berkemas, lalu berpamitan pada warga.
Berjam-jam perjalanan di tempuhnya hingga Ia memasuki kota yang jalanannya penuh cahaya dan bangun berjejer rapi di samping-sampingnya. Mobil berhenti di depan rumah berpagar tinggi, dinding yang berwarna biru, dan atap yang bukan dari seng seperti rumahnya dulu.
Ayahnya turun, membuka pagar dan membiarkan Luthfi masuk lebih dulu. Dengan kaki kecilnya Luthfi masuk dan berdiri di depan pintu yang baru di buka, Wanita di depannya terlihat kaget melihatnya, mengingat ajaran dari ibunya, Luthfi perlahan mengangkat tangannya ingin menyalami wanita itu, walau enggan wanita itu mau menerima salamnya.
Sambutan di keluarga barunya kurang baik, namun mereka tak membencinya secara terang-terangan, hanya enggan untuk akrab dengannya. Bagaimana pun Ayah menyembunyikannya, Ia tetap saja mirip dengan saudara perempuannya, anak kecil yang sering berkepang dua itu paling mirip dengannya walau matanya sering mengilatkan permusuhan.
Beberapa hari di sana memang tak cukup baik, tapi setidaknya lebih baik dari cacian anak para tetangga. Ia sering diabaikan oleh Annisa dan Hasan, walau secara tak langsung Ia adalah Kakak dari keduanya. Sering kali Hasan menolaknya ikut bermain, seperti hari ini.
"Stik gamenya cuma dua, jadi kamu gak bisa ikutan." Ucap Hasan dan cekikan tertawa bersama Hafidz sepupunya.
Luthfi mengabaikannya saja, Ia hanya menonton permainan itu walau Ia tak ikut bermain. Sampai Ia akhirnya bosan, Ia keluar dan mendapati saudaranya yang berkepang dua itu terlihat sedang bermain pasir di bawah pohon mangga bersama anak berbando pink.
"Halooo, Kakak ini Kakak barunya Icha ya?" Tanya anak berbando pink yang terlihat kotor karna badannya di penuhi pasir.
"Iyaa Ichaa jadi tiga, Izaah cuma punya dua. Aku menang karna punya banyak." Pamer Icha dan tertawa sambil berdiri penuh kemenangan.
"Tapikan Izaa punya Amy kan juga sayang sama Izaa." Kedua anak itu akhirnya bergulat dan saling menarik rambut, Luthfi mencoba melerainya walau akhirnya baju dan badannya jadi kotor karna kedua tangan anak itu.
Sejak saat itu Annisa mulai menerima menjadi Kakak, walau awalnya hanya untuk memamerkan Luthfi dan menjadikan Luthfi tameng kemenangan kalau berkelahi dengan Fidzah. Kalau Annisa suka mengusilinya, Fidzah akan membelanya. Bahkan Fidzah adalah orang pertama yang menerimanya secara terbuka di keluarga ini.
Semakin besar dan masa sekolah tiba, Luthfi lebih memilih bersekolah beriringan dengan adiknya walau Ia harus bertahan 2 tahun lebih lambat dari usianya. Ia enggan untuk satu angkatan dengan Hasan ceroboh, atau dengan Hafidz yang tidak pernah menyapanya.
Ia bersekolah diumur delapan tahun, ikut pada Annisa dan Fidzah yang waktu itu baru berumur enam tahun. Kedekatan ketiga semakin terjalin erat, hingga akhirnya bersahabat. Selama masa-masa sekolah dasarnya Luthfi habiskan dengan kedua anak itu, walau sesekali Hafidz dan Hasan ikut.
Cinta yang rela menunggu, tapi bukan sebagai kekasihmu 🤕
Ditunggu Partnya Satriaa ya Thor