Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menangis Sendiri.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
... HAPPY READING... ...
.
.
Sudah dua jam, Farrel bersama keluarganya menunggu di luar ruang operasi. Namun, belum juga pintunya dibuka oleh para dokter. Sedangkan Renata, setelah tahu keadaan Tasya semakin kritis, dia diusir oleh Tuan Hendrawan untuk meninggalkan rumah sakit tersebut. Beliau benar-benar marah karena tanpa sepengetahuannya, Farrel menemui sang menantu. Padahal para dokter yang menangani sudah menjelaskan seperti apa keadaan Tasya, sehingga mereka membuat larangan tersebut.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya?" seru Farrel kembali mencengkram kuat jas Dokter Dodi.
"Keadaannya untuk saat ini tidak ada perubahan, masih kritis. Namun, ada kabar baiknya, dalam keadaan genting seperti tadi, kami telah berhasil mengeluarkan darah beku dari bagian otaknya. Padahal menurut pengamatan saya dan tim dokter lainnya, operasi tersebut tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat ini," jawab sang dokter seraya memperbaiki letak kacamatanya.
"Tolong jangan menentang apa peraturan yang sudah saya buat, Tuan Muda. Karena, jika anda tidak mau menurut, keadaannya akan fatal. Untuk saat ini, anggap saja keberuntungan lagi berpihak pada Nona Tasya. Namun, untuk berikutnya sangat kecil kemungkinannya bisa hidup kembali." Dokter Dodi kembali memberikan penjelasan. Karena keinginan Farrel yang memaksa bertemu istrinya, membuat Tasya sudah dinyatakan meninggal dunia selama delapan menit. Akan tetapi keajaiban datang di saat para dokter merasa bersalah telah gagal menyelamatkan pasien mereka.
"Dokter, apakah putri kami baik-baik saja?" tanya Tuan Erwin. Tadi, disaat Tasya sudah dinyatakan meninggal dunia, beliau dan istrinya baru saja datang.
"Iya, Tuan Erwin, keadaan Nona Tasya untuk saat ini baik-baik saja. Do'akan saja supaya dia benar-benar bisa melewati masa kritisnya. Kami telah melakukan berbagai macam cara untuk menyelamatkan nyawa nya, tapi sepertinya, keinginan nona sendiri yang tidak ingin bangun dari tidur panjangnya," jawab dokter itu lagi.
"Maksudnya tidak ingin bangun bagaimana, dok?" tanya Farrel dan ayah mertuanya secara bersamaan.
"Ya, setelah saya amati, bukan luka pada tubuhnya yang membuat dia tidak ingin melewati masa kritisnya. Tapi... ada luka batinnya." Sang dokter menghela nafas dalam-dalam.
"Kenapa dokter berkata seperti itu? Kami, semua keluarganya sangat menyanyangi putri saya. Dia tidak pernah kekurangan apapun," sangah Tuan Erwin. Beliau marah karena merasa tersinggung. Sebab, selama beberapa hari ini, beliau terus di hakimi oleh besannya.
"Ah, maaf Tuan Erwin, apabila saya salah bicara. Namun, apa yang saya katakan ini karena melihat keadaan pasien kami. Ketahuilah, setiap kami mengecek keadaan putri anda, maka dia pasti dalam keadaan menangis. Biasanya, orang yang koma, dia akan meneteskan air mata apabila mendengar suara anggota keluarganya. Tapi ini tidak, Nona Tasya menangis sendirian. Menandakan bahwa hal tersebut sudah biasa terjadi padanya ketika sehat." Setelah berkata demikian, Dokter Dodi berjalan mendekati Tuan Hendrawan dan berkata.
"Sebentar lagi putri anda akan kami pindahkan kembali ke ruang ICU. Semoga kali ini dia bisa melewati masa kritisnya. Harapan kita hanya empat puluh persen, Tuan. Mohon do'akan terus untuk keselamatannya."
"Tentu, Dok. Tolong lakukan yang terbaik buat putri saya. Lakukan apapun asalkan dia bisa sembuh seperti sedia kala," kata Tuan Hendrawan.
Dokter Dodi memang mengira jika orang tua kandung Tasya adalah beliau. Karena dia dan istrinya terlihat sangat terpukul atas musibah yang menimpa gadis malang tersebut.
"Sya, apakah selama ini Elo selalu menangis sendiri? Tapi Elo bersikap tangguh agar gue tidak simpati sama Elo. Maaf, karena gue lebih memperhatikan orang lain daripada istri gue sendiri. Mungkin selama kita menikah, gue sudah menyakiti Elo," gumam Farrel Farrel menatap nanar ruang operasi.
... BERSAMBUNG... ...
.
.
Terima kasih ya, sudah mau menunggu ceritanya update. insya Allah, nanti malam up 1 bab lagi.
kapan mau update lagi selalu aq tunggu😊