NovelToon NovelToon
ASI, Untuk Majikanku

ASI, Untuk Majikanku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:60k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Aneh Tapi Nyata. Nathan mengidap sebuah penyakit yang sangat aneh dan langka. Dia selalu bergantung pada Asi untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Hampir setiap bulan sekali penyakitnya selalu kambuh sehingga Nathan membutuhkan Asi untuk mengembalikan tenaganya. Pada suatu ketika, stok ASI yang dia miliki benar-benar habis sementara penyakitnya sedang kambuh. Kedatangan Vivian, pelayan baru di kediaman Nathan mengubah segalanya. Mungkinkah Nathan bisa sembuh dari penyakit anehnya, atau dia harus terus bergantung pada Vivian? Hanya waktu yang mampu menjawab semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35: Peringatan Nathan

Pagi yang tenang di kediaman Arnold tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk. Ketika bel pintu berdering, salah satu anak buahnya segera membuka pintu dan menerima paket yang ditujukan untuk bos mereka. Tanpa curiga, dia membawa paket tersebut ke ruang kerja Arnold.

"Tuan, ada paket untuk Anda," kata anak buahnya, menyerahkan kotak besar itu.

Arnold mengangkat alis, sedikit bingung, dia tidak merasa memesan paket apa pun. "Taruh di meja," perintahnya singkat.

Anak buahnya segera menuruti, meletakkan kotak itu di atas meja. Arnold membuka kotak dengan sedikit rasa penasaran. Namun, begitu tutup kotak terbuka, wajahnya langsung pucat. Di dalam kotak, ada potongan kelapa salah satu anak buahnya yang hilang beberapa hari lalu.

Mata Arnold membelalak ngeri, napasnya tercekat. Bulu kuduknya berdiri seketika. "Sialan! Nathan!" geramnya sambil mengepalkan tangan, tinjunya menghantam meja dengan keras.

Anak buahnya yang masih berada di ruangan itu terkejut melihat reaksi Arnold. "Tuan, apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara gemetar.

Arnold menunjuk isi kotak dengan tatapan dingin. "Ini adalah peringatan dari, bajingan itu. Dia tidak main-main. Kita harus lebih waspada," ucapnya dengan nada tegas, berusaha mengendalikan amarahnya yang memuncak.

Pria itu mendekati kotak dan menelan ludah dengan susah payah saat melihat kelapa yang terpotong. "Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanyanya, mencoba tetap tenang.

Arnold memalingkan wajahnya dari pemandangan mengerikan itu, mencoba menguasai dirinya. "Perketat pengamanan. Dan pastikan tidak ada yang bocor tentang rencana kita. Dia, mungkin sudah mengetahui kelemahan kita, tapi kita tidak boleh kalah," jawabnya dengan suara dingin dan penuh determinasi.

Anak buahnya mengangguk cepat, memahami situasi yang sangat serius ini. "Baik, Tuan. Saya akan segera mengatur semuanya," katanya sebelum bergegas keluar dari ruangan.

Arnold duduk di kursinya, mencoba menenangkan dirinya yang masih terguncang. "Nathan, kau pikir ini akan membuatku mundur? Salah besar. Kau belum tahu siapa yang sebenarnya kau hadapi," bisiknya pada dirinya sendiri, matanya menyala dengan kebencian.

Dia mengambil telepon dan menelepon beberapa anak buahnya yang paling bisa diandalkan. "Kita harus merencanakan langkah berikutnya. Aku ingin semua orang siap. Dia, harus membayar dengan harga yang setimpal," perintahnya dengan nada mengancam.

Ketika telepon ditutup, Arnold tahu bahwa perang ini baru saja dimulai, dan dia tidak akan berhenti sampai dia melihat Nathan hancur sehancur-hancurnya. Dia menghela napas panjang, Arnold bersumpah pasti akan membalaskan dendamnya pada Nathan dan menghancurkannya.

***

Ruangan itu dipenuhi asap tipis dari rokok yang dihisap Nathan dengan tenang. Seringai tajam menghiasi sudut bibirnya, mencerminkan rasa puas atas tindakannya yang baru saja dilakukan. Max berdiri di depannya, menunggu instruksi berikutnya dengan ekspresi serius.

Nathan menghembuskan asap terakhir sebelum mematikan rokoknya di asbak. Dia menatap Max dengan mata dingin dan penuh perhitungan. "Kita baru saja memulai, Max," ucap Nathan dengan nada tenang namun tegas.

Max mengangguk pelan, matanya tetap fokus pada Nathan. "Apa perintah selanjutnya, Tuan?" tanyanya dengan hormat.

Nathan menyandarkan tubuhnya ke kursi, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme yang teratur. "Arnold, pasti sudah menerima paket kita. Itu akan membuatnya waspada. Namun, kita perlu memastikan bahwa dia tahu siapa yang sebenarnya mengendalikan permainan ini."

Max mengangguk lagi, menunggu instruksi lebih lanjut. "Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"

Nathan tersenyum tipis, tatapannya tajam seperti elang yang mengawasi mangsanya. "Kirim pesan ke semua kontak orang-orang kita. Aku ingin mereka tahu bahwa kita sedang mencari informasi lebih lanjut tentang rencana, Arnold. Tidak ada detail yang terlalu kecil untuk diabaikan. Aku ingin tahu setiap langkahnya."

Max mengeluarkan ponselnya, siap mengirim pesan. "Baik, Tuan. Saya akan segera mengaturnya."

Nathan mengangkat tangan, menghentikan Max sejenak. "Satu hal lagi. Pastikan tidak ada kebocoran informasi dari pihak kita. Aku tidak ingin ada pengkhianat di dalam organisasi."

Max menatap Nathan dengan tatapan tegas. "Saya akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Tidak ada yang akan berani mengkhianati kita."

Nathan tersenyum puas, matanya menyipit. "Bagus. Kita harus tetap selangkah lebih maju dari, Arnold. Dia berpikir bisa mengancamku dengan surat peringatannya. Tapi dia tidak tahu bahwa dia sedang bermain dengan api."

Max mengangguk sekali lagi, berbalik dan meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah Nathan. Setelah Max pergi, Nathan duduk kembali di kursinya, menghisap rokok baru dengan tenang. Dia tahu bahwa perang ini baru saja dimulai, dan dia siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan datang.

Dalam heningnya, Nathan berbisik pada dirinya sendiri, "Arnold, kau mungkin berpikir bisa mengancamku dengan mengetahui kelemahanku. Tapi aku akan memastikan kau menyesal pernah mencoba menyentuh, Vivian. Kau belum tahu apa artinya bermain-main dengan seorang Nathan."

Nathan beranjak dari duduknya, berjalan menuju jendela besar di belakang meja kerjanya. Pandangannya terfokus pada halaman di luar, di mana Vivian sedang bercanda dengan si kembar dan Sammy. Senyum lebar di bibir Vivian membuat hati Nathan menghangat. Dia tahu, di balik semua kekerasan dan konflik yang harus dia hadapi, Vivian adalah cahaya dalam kegelapan.

Melihat kebahagiaan di wajah Vivian, Nathan berjanji dalam hati. "Aku akan selalu melindungimu, Vivian," bisiknya pada dirinya sendiri. "Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu, apalagi sampai membahayakan keselamatanmu."

Dia mengamati Vivian yang tertawa lepas bersama Rio, Henry dan Sammy, matanya memancarkan cinta dan kehangatan. Nathan tahu bahwa dunia gelap yang dia geluti bisa membawa banyak bahaya, tapi dia akan menghalalkan segala cara untuk melindungi demi wanita yang dia cintai dan memastikan dia baik-baik saja.

Dia tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk Arnold, mengancam keselamatan Vivian, karena jika itu sampai terjadi, Nathan tidak bisa membayangkan hal keji apa yang akan dia lakukan pada Arnold dan anak buahnya.

Sambil memandang keluar jendela, Nathan mengingat kata-kata ancaman dalam surat dari Arnold. Tangannya terkepal kuat. Dia akan melindungi Vivian dan memastikan tidak ada yang berani mengganggu keselamatannya. Dia berbalik menghadap meja, mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat kepada Max. "Pantau terus pergerakan Arnold. Jangan beri dia kesempatan untuk mendekat."

Setelah mengirim pesan, Nathan kembali menatap keluar jendela, senyum tipis kembali menghiasi wajahnya. Meski di luar terlihat tenang, hatinya berkecamuk. Nathan tahu ancaman yang mengintai dari balik bayangan, namun keinginannya untuk melindungi Vivian tidak pernah goyah.

Dia menarik napas dalam-dalam, mengusir kekhawatiran yang menggantung di benaknya. Pandangannya kembali ke jendela, melihat Vivian yang masih tertawa dengan si kembar dan Sammy. Senyum hangat yang menghiasi wajah Vivian adalah sumber kekuatannya. Dalam keheningan itu, Nathan bersumpah akan menjaga kedamaian dan kebahagiaan mereka.

***

Bersambung

1
mawar
kenapa harus cerai Thor😥gak suka cerai masih ada cara lain😰
Ellnara: Gak jadi kok kak, tunggu di bab baru ya
total 1 replies
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
sella surya amanda
lanjut
Vanettapink Fashion
Luar biasa
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Lissaerlina
lanjuttttt
Musringah
lanjutt
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Anonymous
semangat nulis😁
Iyan
/Ok/
Meiriya Romadhon
bagus
Putu Sriasih
Luar biasa
NAJ L
/Rose//Rose//Rose/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!