NovelToon NovelToon
Danyang Wilangan

Danyang Wilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Mata Batin / Roh Supernatural
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: neulps

RONDHO KANTHIL SEASON 2

4 tahun setelah tragedi yang menjadikan Desa Wilangan tak berpenghuni. Hanum masuk usia puber dan kemampuan spesialnya bangkit. Ia mampu melihat kejadian nyata melalui mimpi. Hingga mengarah pada pembalasan dendam terhadap beberapa mantan warga desa yang kini menikmati hidup di kota.
Hanum nyaris bunuh diri karena setiap kengerian membuatnya frustrasi. Namun seseorang datang dan meyakinkannya,
“Jangan takut, Hanum. Kamu tidak sendirian.”

CERITA FIKTIF INI SEPENUHNYA HASIL IMAJINASI SAYA TANPA MENJIPLAK KARYA ORANG LAIN.
Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neulps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tertipu

Tatapan mata Nayla yang lurus tanpa mengerjapkan kelopaknya itu terlihat aneh. Bahkan gadis yang harusnya pingsan atau bahkan sekarat itu perlahan bangun. Sandi langsung merasakan keganjilan. Tanpa buang waktu, ia segera mengambil balok kayunya lagi lalu diayunkannya ke arah Nayla.

Tangan kanan Nayla dengan gesit menangkap pukulan Sandi kemudian mencengkeramnya erat-erat. Sandi bisa merasakan kekuatan Nayla kini berbeda. Sepenuhnya ia yakin bahwa Hanum tengah merasuki gadis itu. Sandi sendiri sadar bahwa Hanum yang meski terlihat polos, manis, dan bisa tertiup angin dengan mudah karena bertubuh mungil itu jauh lebih meresahkan.

“Kamu Hanum, kan?!” teriak Sandi dengan tak sabar. Ia tarik balok kayunya hingga terlepas dari genggaman Nayla. Lalu dengan cepat ia pukulkan lagi secara bertubi-tubi. Namun hasilnya, Nayla bisa terus menangkis pukulan-pukulan keras itu hingga membuat Sandi lelah sendiri.

“Jawab! Kamu Hanum, kan?”

Pertanyaan yang lagi-lagi tak mendapat jawaban. Sandi bahkan bergidik ngeri melihat keterdiaman dan tatapan kosong Nayla yang seolah menusuk kulitnya.

“Kamu tuh lebih aneh dan menjijikkan daripada Nayla!” oceh Sandi, coba menguatkan nyali. “Mana lazim manusia mimpi ngerasukin orang lain? Aneh! Jijik! Kasihan banget, tahu!”

Tiba-tiba sorot mata Nayla berubah bengis. Tanpa buang waktu, ia merangsek maju lalu merampas balok kayu. Sandi tak bisa menahan, senjatanya kini dibuang.

Dengan tangan kosong, keduanya kembali bertarung. Jelas Sandi terdesak kali ini. Kalah teknik sekaligus kalah kuat. Karena Hanum yang Sandi duga merasuki Nayla pasti sedang ingin mengamuknya dengan bebas hingga tak mengurangi tenaga di setiap serangannya.

“Brengsek!” umpat Sandi. Ia merasakan setiap bekas serangan Hanum di badannya terasa sakit sekali. Padahal harusnya Hanum menyesuaikan dengan kondisi badan Nayla yang sudah tak bertenaga. Tapi ternyata malah sebaliknya. Perpaduan dua gadis itu cukup mengerikan.

“Oke, kalo ini yang kamu mau!” Sandi berlari ke motornya lalu buru-buru mengambil pisau lipat dari laci dashboard.

Sandi menghunuskan pisaunya dan segera melesat ke tempat Nayla. Nayla tiba-tiba tertawa. Ia ambil balok kayu yang tadi menjadi senjata Sandi lalu dengan gesit menghindari setiap ayunan pisau anak laki-laki itu. Nayla terus tertawa, membuat Sandi bingung dengan sikap anehnya.

Dan satu hantaman keras balok kayu Nayla mengenai tangan Sandi. Pisau lipat terlepas dari genggaman, Sandi kelabakan. Tanpa memberi waktu, Nayla segera memukulkan balok kayunya ke paha, lengan, bahu, lalu ulu hati Sandi.

Anak laki-laki itu tersungkur cukup keras. Meringkuk dan mengerang-erang dengan teriakan. Nayla tak berhenti, ia pukul punggung Sandi tiga kali. Dan anak laki-laki itu tak bisa bergerak lagi. Tapi Nayla masih mau mengayunkan senjatanya—

“NAYLA, STOP!!”

Teriakan Febri dan tangan besar Mahesa yang menarik kedua lengan Nayla membuat amukan gadis itu berhenti. Beruntung mereka segera tiba karena Kartika yang bergegas memeriksa kondisi Sandi memberi anggukan kepala sebagai kode bahwa anak laki-laki itu masih selamat.

Mahesa menggeram marah saat Nayla masih saja berusaha mendekat pada Sandi. Tapi tenaga Nayla jelas kalah kuat dari satpam sekolahnya itu. Nayla hanya bisa lemas lalu berteriak meluapkan kemarahannya.

“Kamu yang brengsek! Kamu yang menjijikkan! Kamu yang pantes dibenci! Sandi!!”

Sandi cukup terkejut. Di tengah menahan sakit di sekujur tubuh, Sandi coba mendongak dan menatap Nayla. Sandi mengernyit. Nayla tampak melotot marah padanya. “Nay?” panggilnya lirih.

“IYA! INI AKU, NAYLA, BUKAN HANUM!”

Dirasa pegangan Mahesa mengendur, Nayla segera berontak. Tapi Mahesa lebih sigap menahannya lagi. Alhasil, Nayla hanya bisa menginjakkan kakinya ke kaki Sandi. Kesal sekali.

“Brengsek banget kamu udah nipu aku selama lebih dari dua tahun! Kamu bahkan—” Nayla tercekat. Lalu menangis. “Kamu mau bunuh aku?!” ujar Nayla dengan suara bergetar. Perasaannya benar-benar kacau.

Sontak Kartika, Febri, dan Mahesa merasa terenyuh dengan perkataan Nayla. Mahesa menarik tubuh lemas Nayla ke pelukannya. Bisa ia rasakan dengan jelas tubuh gadis itu berguncang hebat karena tangisan. Mahesa menepuk-nepuk punggung basah dan panas Nayla untuk menenangkannya.

“Kamu pasti takut banget...” bisik Mahesa.

“Aku kesel, Om! Kesel!” gerutu Nayla.

Febri membangunkan Sandi dengan posisi duduk lalu mengunci tangannya di punggung. Kartika duduk bersila di depan Sandi. Mendengus panjang, Kartika mengeluarkan HP dari saku jaketnya.

“Kamu mulai memata-matai kami sejak Mahesa sama Febri muncul di sekolah, kan?” Kartika memulai interogasinya.

Mata Sandi tak bisa terbuka lebar. Ia terdiam cukup lama dan empat orang masih menunggunya. Sandi kemudian menggeleng lemah. “Hanum...” ucapnya, “sejak Hanum muncul.”

Kartika manggut-manggut, yang lain diam mendengarkan. “Trus kamu laporin ke Papimu?”

Sandi mengangguk-angguk. “Aku nyium bau aneh dari Hanum... Aku lihat hantu-hantu itu ngejar dia... Trus aku laporin ke Papi... Katanya... aku harus terus mengamati... Trus anehnya... muncul satpam baru sama guru baru... yang terus terlibat sama Hanum dan Nayla... Barulah aku dapet perintah masuk tim kalian.”

“Kami tadi denger kamu sempet bilang kalo dukun pelindung Papimu bukan Nyi Dasih. Kalo gitu siapa?” tanya Mahesa.

“K—kalian... denger?” Sandi tercekat.

Febri menguatkan genggamannya di tangan Sandi. Sandi tersentak. Ia seolah bisa merasakan kemarahan Febri dalam diam. “Anu—kalo soal itu aku nggak tahu...”

“Jangan bohong!” bentak Mahesa.

Sandi menggeleng cepat. “Aku jujur, Om! Aku cuma tahu kalo Papi... justru ketawa pas dapet kabar... Nyi Dasih mati. Papi juga santai banget... pas nonton berita penangkapan orang-orang semalem.”

Tiga orang dewasa itu saling pandang. Mereka memang sudah hilang kepercayaan pada Sandi. Tapi mereka pun bisa meyakini bahwa yang dikatakan anak laki-laki itu adalah kebenaran.

Febri berdecak. “Kamu bener-bener pinter pake topeng ya selama ini. Meski saya udah ngerasa nggak nyaman sama kamu sejak pertemuan pertama kita di musala waktu persami, tapi kamu sukses nipu saya juga selama ini.”

Amarah Kartika tersulut berkat perkataan Febri barusan. “Kamu pura-pura bisa nggambarin sketsa pelaku yang dilihat Hanum di mimpinya. Padahal itu karena emang kamu udah tahu, kan?”

Sandi menunduk dalam. Ia merasa gentar dikepung orang-orang dewasa seperti itu.

“Tapi Allah masih sayang sama kita, Kak Tika,” celetuk Nayla. Ia sudah membereskan tangisan dan merapikan dirinya. Tapi Mahesa masih memegang tangan gadis itu supaya tak menyerang Sandi tiba-tiba.

“Muncul orang-orang yang akhirnya ngungkapin siapa Sandi sebenernya. Dan berkat itulah kita jadi nggak ketipu terlalu lama,” lanjut Nayla.

“Siapa yang kalian maksud itu?” tanya Sandi dengan suara lirih.

“Nggak ada untungnya bagi kami ngejawab keingintahuanmu itu,” sarkas Febri. “Yang jelas berkat informasi mengejutkan itu, kami jadi berhasil nipu kamu balik.”

“Kamu pikir selama beberapa hari ini kami nggak nyiapin misi rahasia? Kami ngerencanain ini semua di grup chat yang lain. Sengaja. Buat nangkep kamu,” terang Kartika.

“Capek tahu pura-pura ketipu sama kamu!” sinis Nayla.

Rahang Sandi mengerat. Ia merasakan kegetiran sekaligus rasa kesal setelah mengetahui kena tipu oleh orang-orang yang ditipunya lebih dulu.

1
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
reska jaa
aq bca dini hari thour.. senang aja ad kegiatan sambil mencerna mkann 🤭
n e u l: monggo monggo
terima kasih /Joyful/
total 1 replies
Ali B.U
ngeri,!
lanjut kak
n e u l: siap pak! /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
Ini lebih menenangkan 🥴🥴🥴🥴🥴
Bukan teror aja tapi ktmu org2 psikopat langsung 😔
n e u l: /Cry/
total 1 replies
Lyvia
lagi thor
n e u l: siap /Determined/
total 1 replies
Ali B.U
next
Andini Marlang: Alhamdulillah selalu ada Pakdhe Abu ... Barakallahu fiik 🌺
total 1 replies
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
lanjut
n e u l: siap pak /Determined/
total 1 replies
Andini Marlang
makin seru ...💙💙💙💙💙

apa kabar ka ..... insyaa Allah selalu sehat juga sukses karya2 nya 🌺 🤲aamiin ......
Andini Marlang: Alhamdulillah sae .....🌺

sami2 .... Barakallahu fiik 💙
n e u l: alhamdulillah
apa kabar juga bund?
aamiin aamiin 🤲 matur suwun setia mengikuti karya ini ☺️
total 2 replies
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
n e u l: sami-sami /Joyful/
total 1 replies
Ahmad Abid
lanjut thor... bagus banget ceritanya/Drool/
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
reska jaa
wahhh.. masih sempat up.. thank you👌
Lyvia
suwun thor u/ upnya
Ali B.U
next
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!