Cassanova Pencabut Nyawa

“Itu bukan salah Keysa. Dave yang merencanakan semuanya.”

"Apa?!" Ailen menatap Mona nanar. “Apa maksud Kak Mona?”

“Keysa tidak pernah menulis surat wasiat itu.”

“Apa?!” mata Ailen terbelalak.

Mona kemudian mengambil selembar kertas dan pena lalu menuliskan sesuatu di atasnya. Mata Ailen kian membulat melihat betapa miripnya tulisan tangan Mona dengan Keysa. Mona kemudian menyerahkan kertas dan pena kepada Ailen lalu menyuruhnya menulis sesuatu di sana. Ailen menulis sebuah kalimat lalu mengembalikannya kepada Mona.

Tak lama kemudian, Mona menirukan tulisan tangan Ailen dan hasilnya sama persis tak kurang sedikitpun. Ailen baru tahu bahwa Mona ternyata memiliki kemampuan menirukan tulisan tangan orang lain dengan nyaris mirip sempurna.

“Aku yang menulis surat itu sesaat setelah Keysa meninggal.”

“Tapi kenapa?”

“Dave memaksaku melakukannya. Jika tidak, ia mengancam akan menyakiti Nana dan membuat kematian Keysa seolah adalah perbuatanku. Saat itu aku sangat takut dan tidak bisa berfikir jernih. Jadi aku menirukan tulisan tangan Keysa dan menuliskan semua yang Dave katakan. Aku tidak menyangka bahwa Dave ingin memanfaatkan kematian Keysa untuk menikahimu. Tapi saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya meninggalkan sedikit tanda dengan huruf a yang berbeda juga bekas tetesan air mataku yang memudarkan kata ‘menikahi Dave’ di sana. berharap kamu akan menyadarinya dan melarikan diri dari pernikahan itu.”

Ailen buru-buru membuka tasnya, lalu mengeluarkan secarik kertas yang selama ini disimpannya baik-baik. Ia membacanya sekilas.

[Dear Ailen,

Saat kamu membaca surat ini, kakak pasti sudah berada di surga. Kakak sangat menyesal karena tidak bisa berpamitan langsung kepadamu. Tapi kakak ingin kamu tahu bahwa kakak selalu menyayangimu dan tidak ingin kamu larut dalam kesedihan karena kepergian kakak.

Ailen, selama ini kakak tidak pernah meminta apapun kepadamu. Tapi kali ini, untuk terakhir kalinya, kakak mohon agar kamu menikahi Dave dan menjaga Alvin. Setidaknya hanya tiga tahun sampai Alvin bisa mengerti dan menulis surat untukku di surga.]

Ailen membandingkan tulisan tangan dalam surat itu dengan tulisan tangan Keysa lainnya yang masih sempat disimpannya. Dan ternyata benar. Huruf a keduanya berbeda.

“Tapi kenapa? Kenapa Kak Dave ngelakuin ini?”

“Karena sejak awal dia menginginkan kamu, bukan Keysa.”

“Apa?!”

“Sejak awal ia berniat untuk melamarmu. Tapi kedua orang tua kalian malah menjodohkan Dave dengan Keysa.”

“Tapi saat itu Kak Dave tahu kalau aku sudah lama berpacaran dengan Tom. Bahkan Tom lah yang memperkenalkan kami.”

“Karena itulah, semua tragedi ini terjadi.”

Ailen menghela nafas. “Apa Kak Keysa tahu tentang ini?”

Mona mengangguk perlahan.

Tubuh Ailen lunglai seketika. Perasaannya berkecamuk, ada rasa sedih, kecewa, rasa bersalah dan amarah yang bercampur di sana. “Apa mungkin Kak Keysa sakit-sakitan karena ini? Karena diam-diam dia tahu bahwa suaminya ternyata menyimpan hati untuk wanita lain, dan itu adalah aku, adik kandungnya sendiri?”

“Entahlah, mungkin iya tapi mungkin juga tidak. saat aku tiba di rumahmu hari itu, aku tidak sengaja mendengar Dave sedang beradu mulut dengan Keysa. Selain kamu, mereka juga sedang membicarakan orang lain. Tapi sayangnya, belum sempat aku mendengar nama orang itu, Kamil sudah lebih dulu memergokiku menguping dan memberitahukan kedatanganku kepada mereka. Tak lama setelah itu, Keysa memegangi dadanya dan mengeluh kesakitan kemudian meninggal dunia.”

“Ini pasti berhubungan dengan Kak Dave. Aku akan mencari tahu kebenarannya dan menegakkan keadilan untuk Kak Keysa.”

Mona menggenggam tangan Ailen penuh rasa cemas. “Tidak bisakah kau melepaskan masalah itu? Dave sangat licik dan berbahaya. Dia tega melakukan apapun demi mendapatkan keinginannya."

"Tapi -"

"Apa kau tahu kalau aku tadi ke kantor polisi untuk mengunjungi Mas Halim.” lanjut Mona

“Apa?! Kak Halim ditahan di kantor polisi? Kenapa?” pertahanan Ailen runtuh juga. Ia tidak bisa terus-terusan berpura-pura tidak ingin tahu apapun.

“Apa kamu dengar masalah kecelakaan kerja yang menimpa perusahaan ayahmu beberapa waktu lalu?”

“Iya aku dengar. Tapi apa hubungannya dengan Kak Halim?”

“Beberapa minggu sebelum kejadian, Mas Halim tiba-tiba saja ditunjuk menjadi pimpinan proyek. Karena merasa sangat senang dan bersemangat, ia mempelajari semua hal tentang proyek pembangunan gedung kantor itu. Tapi itu justru membuatnya menemukan hal yang tidak seharusnya ia ketahui.”

“Apa itu?”

“Ia mendapatkan data bahwa ada banyak kebocoran dana proyek yang berakibat pada pemangkasan alokasi dana keselamatan kerja karyawan. Ia sudah melaporkan masalah itu kepada ayahmu, tapi beliau justru mengancam Mas Halim dan memintanya menutup mata. Lalu kecelakaan itu terjadi, sebagai manajer perencanaan, ia berusaha keras terlibat dalam penyelidikan itu demi mengungkap kebenarannya tapi yang terjadi, ia justru dituduh lalai dan menjadi penyebabnya. Semua kesalahan dilimpahkan pada Mas Halim.”

“Apa?! Kenapa papa bisa berbuat seperti itu? Kenapa Kak Mona diam saja? Kak Mona bisa menuntut balik dan menempuh jalur hukum untuk membebaskan Kak Halim.”

Mona menggeleng. “Papamu juga pasti mendapat tekanan dari Dave. Sebagai kontraktor yang mengandalkan proyek dari Dave, papamu pasti tidak leluasa bertindak sesuka hati. Selain itu aku ngga bisa berbuat apa-apa karena aku tidak ingin membuat Dave menemukan keberadaanku. Aku adalah satu-satunya saksi kematian Keysa dan orang yang tahu tentang kebenaran surat itu. Jadi dia pasti akan melakukan segala cara untuk menemukan dan membungkamku untuk selamanya. Karena itu ia mencelakai Mas Halim untuk memberiku peringatan.”

Ailen mengepalkan tangannya di atas meja. “Aku ngga nyangka kalau Kak Dave akan sekejam itu.”

“Dia adalah orang yang sangat berbahaya karena kekuasaannya. Karena itu, kamu harus berhati-hati. Setelah hari ini, kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi.”

“Apa maksud Kak Mona? Apa kalian akan pergi lagi?”

Mona mengangguk.

“Tapi Nana masih sakit –“

“Ini bukan pertama kalinya kami berpindah-pindah seperti ini. kami-“

Kali ini giliran Ailen yang menggenggam tangan Mona dan menenangkannya. “Mulai sekarang, aku tidak akan membiarkan Kak Dave menyakiti kalian. Aku akan membawa kalian ke tempat yang aman, tempat dimana Kak Dave tidak akan pernah bisa menemukan kalian.”

Kriiiing!!! Sebuah panggilan telpon masuk ke ponsel Ailen. Dan nama Kamil muncul di layarnya.

'Mau apa lagi dia?'

*************

“Dimana Nyonya?” tanya Dave ketika bangun dari tidurnya di rumah sakit malam itu. “Apa dia belum tahu kalau aku ada di sini?”

“Sudah Tuan. Sore tadi kami langsung menghubungi Nyonya begitu Tuan dilarikan ke sini. Tapi sampai saat ini, Nyonya masih belum datang. Orang rumah juga bilang kalau Nyonya belum pulang sejak pergi ke kantor polisi pagi tadi.”

“Apa? Kemana dia pergi? Apa dia sedang bersama Tom?”

“Tidak Tuan. Saya sudah memastikan bahwa Tuan Tom masih berada di kantor bersama Rendi, sedangkan Nyonya tidak ada di sana.”

“Lalu kemana dia pergi? Akhir-akhir ini dia sangat sering pergi tanpa berpamitan.” Gumam Dave.

“Kami akan segera menyiapkan orang untuk selalu mengawasi Nyonya, Tuan.” Gagas Kamil yang paham betul arah pemikiran sang Tuan.

“Lakukan!”

“Baik, Tuan.”

*********************************