NovelToon NovelToon
RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

RAHASIA GELAP GADIS MISTERIUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Reinkarnasi / Identitas Tersembunyi
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: LennyMarlina

“Apakah kau sedang berusaha untuk mengakhiri hidupmu?”

Celphius menemukan seorang gadis yang di buang seseorang di dalam hutan dalam kondisi tubuh yang sudah memprihatinkan. Suatu ketika saat Celphius membawanya pulang ke rumah, terjadi keanehan misterius pada gadis itu di mana setiap pulang dari luar, tubuh gadis itu sudah di penuhi dengan darah dan kamar yang berantakan. Ingin mencari tahu sumber masalah itu, Celphius pun memasang kamera tersembunyi di kamar gadis itu dan hasilnya membuat bibirnya menganga!

Apa yang terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LennyMarlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alat Pendeteksi Kejujuran

Celphius tahu bahwa Ruby tak akan mau melupakan masa lalunya meskipun terlihat sangat berat dan menakutkan. Bila dipaksakan untuk menceritakan semuanya, apakah rasa trauma itu benar-benar akan membunuhnya?

Terkait soal kasus pembunuhan yang sempat diceritakan oleh Ruby beberapa waktu yang lalu, adalah kasus yang sudah lama terjadi dan bahkan tidak ada berita apa pun soal kasus tersebut. Artinya beritanya dirahasiakan.

Dan siapa yang melakukannya?

Tatapannya melirik pada Daniar yang terlihat ketakutan memperhatikan bagaimana Dokter mengobati pergelangan tangan Ruby. Terlihat juga wanita itu sesekali menggigiti jari kukunya seperti ada sesuatu yang disembunyikan.

“Ayo kita bicara.”

Dan memutuskan untuk berbicara empat mata dengan istri kontraknya. Tidak di dalam ruangan kamar Ruby yang bisa saja terganggu dengan tindakannya. Daniar pun mengikuti langkah Celphius sampai keluar rumah.

Hatinya agak sedikit gemetaran saat Celphius memutuskan untuk berbicara hanya dengannya saja. Pikiran Daniar sudah beragam macam halusinasi buruk yang memenuhi kepalanya. Rasanya ingin menangis.

“Kenapa kamu mengajakku kemari?” Dengan perasaan was-wasnya, Daniar mencoba untuk bersikap lebih tenang supaya Celphius tidak selalu mencurigainya. ‘Padahal aku baru seminggu di sini tapi sudah membuat kekacauan.’

“Anda tebak saja sendiri kenapa Anda dibawa ke sini. Hanya berbicara empat mata saja dengan saya bukankah Anda sudah mengerti saya sedang menuntut apa dari Anda?” tanya balik Celphius yang tahu kebohongan Daniar.

‘Jangan bilang dia ingin aku keluar dari sini sebagai permintaan atas tuntutannya? Hanya karena hal seperti itu? Aku juga tidak tahu apa-apa!’ jerit Daniar di dalam hatinya merasa tak adil jika harus terusir dari sana.

Ah, tetapi ... apa yang terjadi kepada Ruby yang hampir memotong pergelangan tangannya sendiri setelah disentuh olehnya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap sepele. Telat sedikit saja nyawanya bisa melayang.

“Kenapa Anda diam saja? Jawaban apa yang sedang Anda pikirkan sampai terdiam cukup lama? Sejak tadi, gerak-gerik Anda tampak mencurigakan. Apa Anda— ” Ucapan Celphius dipotong oleh wanita itu yang berteriak.

“AKU HANYA MENYENTUHNYA DENGAN KETIDAKSENGAJAAN, KOK!!” ujar Daniar dengan kecepatan yang melebihi perkataan Celphius. Dirinya seperti itu hanya untuk mengubah cara pandang suaminya.

Namun, ungkapan tersebut justru malah membuat lelaki itu terdiam bahkan suara napasnya pun tidak kedengaran sama sekali. Apakah yang dipikirkan oleh Celphius bukan jawaban itu melainkan sesuatu yang lain?

“Apa maksud Anda?” Dengan nada dinginnya, suara Celphius seperti akan membekukan setiap orang yang berdiri di dekatnya. “Apa maksud Anda hanya menyentuhnya saja? Apa Anda menyinggungnya?”

“Begini, aku hanya ingin akrab dengannya dan meminta maaf secara jelas soal kesalahanku dari seminggu yang lalu. Karena Ruby ingin masuk ke kamarnya, aku malah dengan spontan memegang tangannya.”

“Dan ... tangan yang terluka itu adalah tangan di mana aku sempat menyentuhnya secara tidak sengaja hanya untuk memintanya menemaniku. Sepertinya dia memang tersinggung. Ruby tampak tidak menyukaiku,” lanjutnya.

Hanya dengan menyentuh tangannya membuat trauma gadis itu kembali sampai melukai dirinya sendiri. Ada berapa banyak pengalaman pahit yang di terima oleh Ruby? Saat Celphius menyentuhnya, ia baik-baik saja.

Atau karena Daniar adalah seorang wanita dan Ruby membunuh seorang wanita ketika Daniar menyentuhnya Ruby menjadi teringat pada korban yang katanya pernah ia bunuh dengan kedua tangannya sendiri?

Memang sedikit tidak masuk akal tetapi pikiran Celphius hanya tertuju ke arah sana. Masa depan Ruby semakin terancam. Banyak orang yang sudah menyaksikan penderitaan dan kelemahannya dalam setiap menit.

Celphius harus mulai membatasi siapa saja yang boleh melihat Ruby dan meminta izin padanya terlebih dahulu. Sebelum identitas gadis itu terkuak, Celphius harus bisa menjaga privasi Ruby sebagaimana menjaga nyawa.

“Katanya Ruby sudah sering mengurung diri tanpa sebab, 'ya? Temanmu berkata seperti itu saat aku merasa bingung kenapa Ruby tidak keluar kamar. Kalau boleh tahu, kenapa dia bisa seperti itu?” tanya Daniar.

“Sebaiknya Anda tidak terlalu ikut campur dalam masalah ini. Saya tidak ingin Anda ikut terlibat jika terjadi masalah besar yang nantinya akan menyusahkan Anda. Lagi pula, Anda bukan siapa-siapa,” jawab Celphius.

Lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Daniar yang sudah siap mendengarkan penjelasannya. Tetapi, walaupun ia melarang untuknya ikut campur, jika kejadiannya tepat di depan mata, tidak ada pilihan lain.

.

.

.

CEKLEK!

Pandangan sendu melihat bagaimana Celphius memasuki bagian dalam kamarnya tanpa mengalihkan sedikitpun sorot matanya. Semua tatapan matanya menusuk perasaan Ruby untuk hanya menunduk dan merenung.

Ruby sendiri pun tidak tahu bagaimana caranya menatap dengan benar. Walaupun sudah ada banyak orang yang mengajarkannya sesuatu yang baik, rupanya itu tidak mengubah kenyataan bahwa dia seorang pembunuh.

“Aku diperintahkan oleh Dokter untuk mengganti perbanmu.” Hanya ingin mengatakan itu, siapa tahu Ruby merasa bingung mengapa dirinya datang. “Kau tidak lapar? Sudah berhari-hari kau selalu mogok makan.”

Sudah beberapa hari telah berlalu dengan dramatis dan waktu itu sampai waktu sekarang Ruby sama sekali belum menyentuh nasi sedikitpun. Hanya memandanginya saja seperti lukisan butiran kecil berwarna putih.

Kondisinya itu tidak ada bedanya dengan kondisi di mana semua tubuh Ruby belum mengenal tempat itu. Sangat kaku dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri di dalam kamar yang sangat gelap.

Celphius mendekati Ruby setelah membawa kursi kecil untuknya duduki supaya bisa lebih mudah mengobati luka itu. Rasanya pasti menyakitkan. Namun dilihat dari ekspresi Ruby, tampaknya ia adalah gadis yang kuat.

“Dulu, aku juga pernah membunuh orang.” Saat mendengarnya, Ruby mendadak melirik Celphius. “Bahkan sampai melemparkan mayatnya ke dalam jurang yang sangat dalam dan curam. Dan aku tidak menyesalinya.”

“Karena orang kubunuh adalah orang yang pantas mati setelah melakukan banyaknya kejahatan di dunia. Bagiku, tidak apa-apa membunuh orang asalkan tubuhku masih bisa memiliki oksigen untuk bernapas di dunia ini.”

“Tidak ada salahnya untuk menyelamatkan diri sendiri jika masih ingin menikmati dan melihat sejauh mana dunia akan berubah. Orang-orang itu yang melakukan kejahatan lebih dulu, jadi, kita tidak perlu menyesali apa pun.”

“Justru mereka yang harus merasa menyesal telah mengganggu ketenangan orang-orang yang memiliki jiwa harimau dalam dirinya. Akibat ulah mereka sendiri, mereka mati setelah menjebak dirinya sendiri.”

Sebetulnya ada banyak hal yang masih belum bisa Celphius katakan kepada Ruby bahwa sebenarnya sudah ada banyak orang yang sempat berurusan dengannya dan berakhir dengan kematian. Itu adalah rahasianya.

Yang ada di cerita Celphius tadi adalah kasus di mana dia memang membunuh orang dan melemparnya ke sebuah jurang. Itu ditarik dari kisahnya saat pertama kali menyelamatkan Ruby ketika hendak dilecehkan.

“Tapi, orang yang kubunuh memiliki seorang anak. Dia jadi tidak bisa melihat anaknya lagi karena aku menghabisinya. Anaknya pasti mencarinya dan merindukannya. Andai saja aku tidak melakukan itu dia pasti masih hidup.”

Ketakutannya itu sangat jelas sekali. “Lalu, orang yang kau bunuh itu apakah dikubur dengan baik-baik? Apa kau sendiri yang menguburnya sampai tidak ada seorang pun tahu bahwa kau telah membunuh seseorang?”

Ruby menggeleng. Itu berarti ada orang lain yang melakukannya. “Coba kau jelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu. Aku bersumpah akan menjaga rahasiamu. Kau boleh memercayaiku sebisa yang kau mau.”

Tangan Ruby mendadak gemetaran. Ketika hal itu terjadi, gadis itu langsung menggenggam tangannya sendiri untuk membantu menghentikan getarannya. Tetapi, apa yang terjadi? Gemetaran itu terus berlanjut tiada henti.

Sampai orang yang menggunakan tangan tersebut merasa kewalahan dengan situasinya. Itu pasti sangat menyulitkan dirinya. Celphius ikut menggenggam tangan Ruby sebagai tanda penyemangat dan membangkitkan rasa percaya.

“Jika kau sangat ingin keluar dari situasi ini, percayakan semuanya padaku. Kau hanya perlu melihat diriku, melihat bagaimana aku merawatmu tanpa menuntut apa pun darimu. Ingatlah mulai dari hal terkecil itu.”

“Lawanmu bukan sesuatu yang bisa dimusnahkan hanya dengan menggunakan embusan napas. Jika dia masih hidup, aku akan menemuinya dan membicarakan banyak hal dengannya tanpa melibatkanmu terlalu jauh.”

“Kau hanya perlu memercayaiku dan memberikan semua beban hatimu padaku. Kebahagiaan sedang menunggumu, Ruby. Jangan terus menyiksa dirimu seperti ini. Dari sekian banyaknya orang, hanya aku yang paling bisa kau percaya.”

Sebenarnya, Ruby sangat percaya pada apa yang Celphius katakan dan lakukan terhadapnya. Memang dirinya yang tidak mampu melakukan itu semua. Dirinya sangat lemah hanya karena sakit kepala yang tiba-tiba menyerang.

Namun, karena itu adalah sakit kepala yang tiba-tiba ketika sedang berbicara mengenai tentangnya, Ruby tiba-tiba menyadari dalam kepalanya itu tertanam sesuatu sejenis alat pendeteksi kejujuran dan menyetrumnya.

Ketika mencoba bersikap sangat jujur atau bahkan mengungkapkan kehidupan di masa lalunya agar tidak diketahui orang lain, alat tersebut akan berfungsi dan membuat si pemakainya berhalusinasi sejenak.

Benar, persis seperti yang Ruby alami selama ini. Apakah tidak apa-apa memaksakan kehendaknya dan membiarkan alat itu menyakitinya? Bukan hanya kegilaan yang akan menyerangnya tetapi juga kematian pada sarafnya.

‘Jika dugaanku ini ternyata benar kalau mereka memasang alat penyadap atau apa pun di dalam kepalaku, maka mereka pasti akan mengetahui setiap ucapan yang kukatakan, bukan? Aku harus memastikannya.’

Tidak ada cara lain. Jika ingin memastikan apakah semuanya memang benar sesuai pikirannya dia harus menguji semuanya dari awal dan mengingatnya satu per satu. Itu pasti akan menyala jika dia berkata jujur.

“Sebenarnya memang benar aku sangat menderita.” Tubuh seolah tersentak sesuatu padahal hanya kepalanya saja yang terasa begitu sakit. Ruby akan menahannya. “O, orang itu ... dia terus-terusan memukul dan melukaiku.”

“Lalu ... dia juga mengancam akan membunuhku jika aku tidak bisa melakukan perintahnya dengan baik sesuai keinginannya. Dia selalu memperlakukan aku sangat buruk walau ... walaupun aku sudah bekerja keras.”

“D, dia sangat buruk...! Dia terus ... memarahiku dan ... membentakku dengan keras ... A, aku mencoba untuk bertahan ... hidup ... D, dan akhirnya aku ... bisa terlepas dari neraka itu saat dia memutuskan membuangku ... ”

“Ha–!! Haha...! A, aku sangat berharap ... aku bisa mati saja agar berhenti ... merasakan kesakitan dan penderitaan itu ... T, tapi ... ” Ruby sudah memegangi kepalanya yang terus menyetrum. “ ... kamu malah menolongku...!”

“ARRRGGGHHH— HENTIKAN!!!”

“Ruby?! Ruby!!?”

Ah, tidak. Ruby benar-benar sudah melewati batasnya sendiri. Dia menerobosnya tiada henti seolah ancaman itu bukanlah apa-apa. Tidak ada rasa sakit setelah menceritakannya. Tetapi, kenapa rasanya masih sakit?

Orang yang tidak kuat menanganinya pasti akan mengeluh sampai memecahkan kepalanya sendiri hanya demi kehilangan rasa sakit itu. Semua bayang-bayang pembunuhan itu datang padanya secara silih berganti.

Dan ketika dia mencoba mendongakkan wajahnya, terlihat jelas korban yang dia bunuh saat itu hadir di depan matanya yang kemudian melebar. Napas Ruby memburu dengan dada yang naik-turun. Apakah itu sungguhan?

Korban itu berkata dengan nada melirih, “Kenapa kamu membunuhku? Aku tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi kenapa kamu malah membunuhku? Kamu menjauhkan aku dari anak-anak yang menungguku.”

Orang itu semakin mendekati Ruby dengan mendahulukan kedua tangannya. “Kembalikan nyawaku. Kamu harus membayar dosa-dosamu. Nyawamu akan membayar semuanya. Kamu tidak akan bahagia. Kamu akan mati.”

“TIDAAAK!!” Ruby tidak bisa menerima semuanya. Walaupun tahu itu adalah halusinasi buruk yang menerornya, tetap saja wujud fisik dari orang itu terlihat jelas sangat nyata. “AKU TIDAK SENGAJA! MAAFKAN!!”

“Ruby! Ada apa denganmu?” Celphius yang kebingungan dengan sikap Ruby yang tiba-tiba menjadi aneh setelah menceritakan masa lalunya mencoba untuk mendekatinya. “Ini aku, Ruby! Ada apa denganmu sebenarnya?”

“JAUHI AKU! JANGAN DEKATI AKU! AKU AKAN MATI SENDIRI DENGAN CARAKU SENDIRI! KAU TIDAK PERLU MELAKUKANNYA!!” teriak gadis itu yang semakin menjadi-jadi. Dia sampai keluar dari tempat tidurnya.

Sebagai manusia, Ruby membutuhkan kebebasan dalam hidupnya dan terhindar dari segala udara buruk yang bisa membuatnya sakit. Jika langkah ini adalah satu-satunya cara maka ini adalah konsekuensi dari kejujuran itu.

Orang yang di satu tempat memasangkan headphone di telinganya tiba-tiba tersenyum mendengar suara teriakan Ruby yang menggema. Sangat mudah membuatnya menderita walaupun jarak mereka sedang berjauhan.

“Suara ini ... aku menyukainya.”

BERSAMBUNG

1
Glamours Style
mana lanjutannya ka?
Abi Zar
keren kak
Abi Zar: trimaksih kak
total 1 replies
Sunraku
Recommend
Sunraku
Lanjut Mba/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!