Bukan terjemahan ya gaes.
Lan mei seorang yang ceria, dia baru lulus dari fakultas ke dokteran. Dari kecil dia sudah belajar bela diri dari ayahnya yang seorang guru bela diri. Hanya saja sewaktu dia kecil ibunya meninggal karena sakit, jadi dia ingin belajar kedokteran takut ayahnya sakit seperti ibunya.
Tapi naas kekasih dan temannya punya niat buruk, mereka berselingkuh di belakangnya dan berencana membunuhnya di karenakan sang teman iri dengan nilai nilai Lan mei yang bagus dan sudah mendapat undangan masuk ke dalam tim rumah sakit ternama sebagai ahli bedah dan racun. Mereka berdua merancang kecelakaan mobil, dan di detik kematiannya dia mengetahui bahwa itu ulah mereka berdua.
Tapi Lan mei tidak pergi ke surga ataupun neraka, tapi dia pergi ke jaman kuno. Menjadi anak seorang Menteri sayap kiri, yang gemuk, bodoh dan tidak tahu apa - apa, wajah jelek penuh jerawat besar.
Tunangan putra mahkota, tapi adik tirinya ingin merebut tunangannya.
Ayah bajingan hanya.. lihat prolog
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13 Keadaan Di Dalam Ruang Portable
Lan Mei masih tak percaya apa yang baru saja dia alami.
Dia masih duduk mematung di atas ranjang usangnya. Dengan tatapan yang kosong memandang kedepan.
"Nona, nona, ini obatnya." Ucap Yen tang kepadanya saat sudah sampai di depan Lan mei, dan dia sempat melihat ke terkejutan di wajah nonanya.
"Nona, ada apa? Kamu sepertinya terkejut? Kenapa? Apa ada orang di luar?" ucap Yen tang sambil berlari ke depan pintu untuk melihat hal apa yang terjadi di luar.
Tapi dia tidak melihat apa - apa, dan dia kembali ke dalam lagi melihat nonanya. Dia mencari tahu dengan tatapannya, apa yang sedang terjadi sebenarnya, jangan- jangan nonanya kemasukan setan dari hutan belakang, pikirnya.
Tapi raut wajah Lan mei sudah kembali datar, dia melihat obatnya kemudian memandang pelayannya itu, bergantian.
"Kamu kenapa?" Tanya nya polos.
"Nona? Aku melihat tadi wajahmu seperti orang yang..." Dia membulatkan matanya.
"Yen tang, kamu jangan terlalu banyak menghayal. Saya cuma sedikit terkejut tangan saya baru saja terluka." Dia memperlihatkan tangannya.
"Tangan anda luka nona!? Mana, mana, biar saya obati." Dia bergegas mendekat. Kekuatirannya seperti ibu- ibu yang memiliki bayi imut, takut terluka.
"Sudah tidak apa - apa Yen tang, darahnya sudah berhenti." Ucapnya sambil memperlihatkan bekas goresan di bawah jempolnya.
"Waduh, biar saya saja yang memotong sayuran itu nona, anda belum terbiasa menggunakan pisau batu itu." Yen Tang mengambil sayuran yang ada di depan Lan Mei, dan juga pisau batu itu.
Lan mei hanya diam seperti robot dan meminum obatnya tanpa rasa kepahitan. Dia meminumnya dalam sekali tarikan nafas.
Dan itu malah membuat pelayannya lagi - lagi terkejut, apakah nonanya sedang kerasukan hantu penunggu hutan di belakang. Itu yang terpikir di dalam kepalanya. Karena biasanya nonanya ini takut pahit.
Setelah Yen tang mengambil semua bahan - bahan yang akan di masak dari depan Lan mei, dia berjalan ke dapur dan meninggalkan nonanya yang masih duduk melamun. Dia sedikit ketakutan, jangan sampai nonanya ini berubah menjadi ganas karena kemasukan setan penunggu hutan.
Setelah pelayannya pergi ke dapur Lan mei memperhatikan kembali gambar yang ada di pergelangan tangannya tersebut. Dia mengelus- elus gambar tersebut. Apakah ini suatu keberuntungan atau nantinya kemalangan? Pikirnya lagi.
Bermacam- macam pertanyaan di dalam kepalanya yang sempit itu. Apakah itu yang di namakan ruang portable seperti di buku- buku novel? Pikirnya.
Dia mencoba melambaikan tangannya dan berkata "masuk" dengan nada yang sedikit pelan.
Dan tiba - tiba 'plop' dia kembali ke taman yang tadi dia masuki. Udara segar memasuki rongga hidungnya.
"Ha ha ha aku mempunyai ruang dimensi" ucapnya sambil tertawa. Dia sangat bahagia karena bisa merasakan adanya ruang lain, bisa di pakai sebagai tempat pertumbuhan herbalnya nanti, dan bisa di gunakan sebagai penyimpanan.
Dia merasa tulang kaki dan tangannya sudah tidak merasakan sakit lagi dan dia merasa tulangnya telah sembuh setelah dia meminum air suci ilahi tadi. Jadi dia mencoba untuk berdiri.
Sekarang dia sudah bisa berdiri, dan dia mulai melangkah pelan - pelan dan berhasil.
"Ha ha aku sudah bisa jalan" ucapnya lagi kesenangan. Dan mulai maju mundur, kadang kala dia berputar- putar.
"Hanya saja badanku masih gemuk, aku harus ekstra keras untuk diet." Dia memegang perutnya yang bongsor, seperti orang hamil 7 bulan, dan menggoncang- goncangnya turun naik.
"Tapi tempat ini sangat subur, bisa di tanami tanaman obat." Dia memperhatikan unsur tanah yang ada di bawahnya. Terlihat gembur, sangat bagus bercocok tanam.
"O ya, aku belum melihat apa isi rumah ini." Dia penasaran dengan gubuk yang ada di tengah area itu. Bobroknya hampir sama dengan pondok yang mereka tempati bersama Yen Tang.
Kemudian dia mendekati rumah tersebut dan membuka pintunya.
Ketika dia membuka pintu seberkas angin kencang langsung menampar dirinya.
Coba kalau dia tidak berdiri tegak atau tubuh dia lebih kurus. Mungkin dia sudah terbang ke belakang, terlempar karena hembusan angin tersebut cukup keras.
Dia menutup wajahnya dengan lengannya untuk menghalangi angin menerpa wajahnya. Karena terasa sedikit tajam mengenai kulit.
"Siapa yang telah membangunkanku?" Suara terdengar dari dalam rumah. Suara yang terdengar marah. Dari suaranya sepertinya seorang lelaki.
Keadaan di dalam tidak terlalu terang, hanya bagian area dekat pintu yang terbuka yang terlihat karna cahaya dari luar. Tercium dari luar bau lapuk dari bangunan tersebut.
Lan mei hanya diam, dia sedikit terkejut mendengar suara itu. Suaranya seperti lelaki yang besar karena terlalu nge-bass.
Dia mendengar pergerakan dari dalam, dan dia menanti siapa yang keluar. Dia sudah memasang kuda - kuda bersiap menghadapi pria besar yang akan datang.
Matanya lurus menatap ke depan kerena mengharap dia langsung bisa menatap mata orang yang ada di dalam.
Lama dia tunggu tapi tidak ada yang nongol, 'mana orangnya?' Pikirnya.
"Apakah kamu yang membuka segelnya?" Seru suara itu lagi. Tapi anehnya suara itu sangat dekat, dan dia tak melihat siapa pun.
Lan mei mencondongkan wajahnya ke depan ingin melihat kedalam dan mengetahui siapa yang berbicara dengannya.
"Apakah engkau hendak menginjakku tuan bodoh?" Suara lelaki itu seakan ingin menghantamnya.
"Aahhhhh..!" Spontan Lan Mei melompat dan melihat kebawah.