Lily Light Kato, yang terlahir dengan limpahan materi dan kemewahan, lebih memilih hidup mandiri dan jauh dari keluarganya.
Lily menyembunyikan status aslinya juga menutupi kecantikannya dengan berpenampilan culun dan berwajah buruk rupa.
Lily lebih memilih menjadi, tenaga relawan di salah satu panti sosial.
Niat hati ingin menolong sepasang suami-istri yang mengaku terlantar, malah menjerumuskan Lily pada sebuah pernikahan kilat, dengan putra semata wayang pasangan suami-istri itu.
bagaimana kisah Lily, putri Kimberly dan Arthur selanjutnya?
saksikan terus kisah mereka hanya di sini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uma_bhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
Lily sudah tiba di lantai 23. Wanita itu berjalan sambil diiringi beberapa petinggi perusahaan. Sambil memeriksa beberapa berkas dan mempelajarinya.
"Kenapa begitu banyak keanehan?" Tanya Lily dalam hati.
Lily terus berjalan dengan penampilan aneh menurut karyawan yang semuanya adalah wanita.
Lily yang tersadar begitu terkejut dan menatap sekitar sebelum memasuki ruangan khusus untuknya.
Wanita itu memperhatikan penampilan para karyawan wanita. Dan tidak ada pun dari mereka memiliki penampilan sopan.
"Sepertinya, pakaian mereka tidak layak berada di sini? Lebih pas berada di klub menjajakan dirinya." Lily terus bermonolog dengan lirikan mata tajamnya di balik kacamata.
Tidak ada sambutan mewah dan ramah, yang ada, tatapan mereka terlihat begitu bingung dan heran.
Bahkan terlihat sinis dan memperlihatkan ekspresi wajah jijik. Lily mencoba tetap tersenyum ramah, namun hanya dibalas dengan masing-masing melemparkan wajahnya ke arah samping.
Lily kini berhenti di depan pintu ruangan pemimpin dan sebelahnya ruangan asisten pribadi.
Terlihat wanita berdiri di depan pintu ruangan suaminya dengan wajah sombong dan kedua tangan dilipat.di dada dan memasang senyum mencemooh.
"Perhatikan!" Seru pengacara pribadi keluarga Smith
Pria yang memiliki jabatan khusus di perusahaan Smith mencoba mengalihkan perhatian para karyawan yang berada di lantai tersebut.
"Perkenalkan, dia adalah …."
"Asisten pribadi yang baru, tuan Smith," sela Lily. Memotong ucapan pria berbadan besar gemuk itu.
Semuanya terkejut dan tidak menyangka, asisten pribadi tuan mereka begitu buruk rupa. "Entah pelet apa yang wanita culun ini gunakan
" Bisik salah satu karyawan wanita — Brian.
"Kamu serius?" Tanya salah satu karyawan senior di sana.
"Iya," sahut Lily cuek.
Wanita dengan penampilan seksi itu, terlihat tidak terima dan itu membuatnya sakit hati.
"Kamu memiliki apa? untuk bisa menjadi asisten pribadi tuan?" Wanita itu bertanya dengan wajah protes.
Bukan apa-apa, selama ini dirinya yang berusaha untuk, bisa mendapatkan posisi itu agar bisa lebih dekat dengan pimpinan arogan mereka.
"Saya tidak memiliki apapun. Saya hanya memiliki kepercayaan diri, kejujurannya dan attitude begitu baik. Bagiku dan tuan Brian pendidikan tinggi nomor kesekian." Lily membalas perkataan wanita itu dengan nada santai.
Jelas saja, wanita itu terlihat tidak terima dan ia merasa Lily adalah ancaman. Ini tidak adil, kenapa bukan dirinya yang memiliki pendidikan tinggi dan didukung oleh paras menawan, plus tubuh indah menggoda.
"Salam kenal semua!" Sapa Lily ramah. Terserah lah, dengan ekspresi wajah mereka yang terlihat aneh dan jijik.
Lily tidak perduli dan segera masuk ke dalam ruangannya, mengabaikan tatapan tidak suka para karyawan di sekitarnya.
Lily kini hanya mencoba fokus untuk memeriksa sesuatu dan menghubungkan dengan kedua robot kesayangannya di seberang sana.
Lily memberikan perintah kepada kedua robotnya, untuk mencari informasi kecurangan yang ada di perusahaan suaminya.
Bukan tanggung-tanggung kerugian yang didapatkan, bisa saja, perusahaan suaminya gulung tikar kalau begini terus.
"Ternyata, pria tua itu begitu bodoh. Memeriksa berkas begini saja tidak becus." Lily kembali bermonolog.
"Apakah, semua karyawan di sini melakukan penggelapan uang?" Lily membatin dan tanpa sengaja, tatapan Lily bertemu dengan wanita yang terlihat sombong kepadanya.
"Wanita yang aneh dan pas, menjadi mainanku," gumam Lily dan melempar senyum ke arah wanita yang berusia 32 tahun itu.
"Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, nona." Wanita berpenampilan culun dan buruk rupa itu, terlihat begitu genius dan mampu menebak pikiran seseorang.
Brian mendengus kesal, melihat Lily memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu ruangan terlebih dahulu.
"Apa pedulimu, menggunakan tangan untuk mengetuk pintu," cerca Brian dengan wajah jengah.
"Apa peduli anda juga saat tidak menggunakan kedua mata dan melihat kedua tangan saya," balas Lily dengan wajah santai.
Brian bisa melihat kedua tangan istrinya terdapat tumpukan berkas, pria itu mengkerut heran, melihat begitu banyak berkas di tangan Lily.
"Itu apa?" Pria tampan itu bertanya konyol.
Lily menarik ke atas alisnya sebelah, melihat wajah bodoh suaminya.
"Jangan berpikir ini adalah tumpuk makanan," celetuk Lily.
Wanita itu meletakkan berkas-berkas itu diatas meja suaminya dengan kasar. Membuat Brian yang masih duduk di kursi roda terkejut.
"Apa yang kau lakukan culun?" Brian tampak gerang tertahan.
"Menurut anda?" Tanya Lily balik dengan cuek.
"Kau bisa melakukannya dengan lembut," sungut Brian, kedua mata pria itu mendelik ke arah istrinya.
"Aku lupa, kau kan wanita kasar," lanjut Brian dengan nada mencemoohkan.
"Yah, saya adalah wanita kasar, saya juga tidak akan berpikir dua kali untuk mendorong anda dari lantai ini ke bawah," pungkas Lily dengan wajah tenang.
Wanita itu duduk di kursi depan meja kerja suaminya dan memulai memeriksa berkas. Brian masih melirik jendela dan menatap ke bawah. Tiba-tiba ia bergidik ngilu, membayangkan dirinya di lempar oleh wanita di depannya ini
