NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gagal Mati

Gadis pemilik wajah cantik itu, kini membuka matanya mendapati dirinya masih berbaring di tempat yang sama seperti sebelumnya. Dia masih berada di apartemen milik seorang siswa tampan yang menjadikannya tawanan.

“Apa kau puas dengan kelakuan konyol mu. Kau berharap mati konyol karena dosis obat?” kalimat tajam itu langsung menyambut Anira yang baru saja siuman dari kritisnya akibat overdosis. Namun ia hanya mengabaikan perkataan pria, si pemilik apartemen itu. Tidak ada gunanya ia menyahut sebab tidak ada kata yang tepat untuk menyahut perkataan pria itu.

“Apa kau akan terus seperti ini? Mungkin kau lebih senang tidak bersekolah.” Ujar Reyvan yang sudah rapi dengan piamanya. Ya, saat ini telah berganti malam. Detik berikutnya Reyvan melempar piama yang dari tadi dibawanya, ia meminta Anira untuk membersihkan diri.

“Gunakan kamar mandi di sana.” Tunjuk Reyvan pada ujung dapur, di sana adalah kamar mandi yang sering di gunakan oleh siapa saja tamu yang datang, termasuk si Anira juga.

“Aneh! Kau memperlakukanku seperti ini. Kenapa tidak menyiksaku saja.” Anira tersenyum getir meski ia menggenggam beberapa helai kain di tangannya.

“Aku tidak bermaksud menyiksamu. Aku hanya bermaksud membuatmu nurut kepadaku. Sekarang aku memintamu untuk mandi dan kau harus mandi.”

“Kalau tidak?”

“Aku terpaksa harus bertindak mengajarimu mandi bahkan memandikanmu.” Anira menoleh melihat seringai dari pria itu. Mana mungkin ia mau di tindak oleh pria itu, sebelum hal itu terjadi ia menyibakkan selimut lalu melangkahkan kaki dengan kasar menapaki lantai.

“Hati-hati, terpeleset!” Reyvan mengingatkan, ia tahu gadis itu kesal.

“Dia tidak pandai bersyukur.” Gumam Reyvan ketika mendengar suara pintu di hempas dengan keras.

Anira menghempas pintu kamar mandi itu karena kesal, bisa-bisanya ia bangun dalam keadaan baik-baik saja. Tidak ada mimpi selama dirinya terbaring tetapi mengapa ia harus kembali membuka mata.

“Aku harus melakukan apa setelah ini.” Anira mengedarkan pandangan, di kamar mandi itu segala perlengkapan mandi sudah lengkap bahkan ada sikat gigi baru dalam kemasan, mungkin Reyvan sudah menyediakan ini untuknya. Di sebelah kanannya sebuah bath up yang telah terisi air dengan busa yang melimpah. Namun, mata Anira menangkap sesuatu yang menyebalkan, stike note tertempel di dinding bertuliskan.

_ kau harus mandi, sungguh memalukan cewek dua hari tidak mandi_

Sontak Anira melemparkan sebotol sabun cair berwarna merah muda pada stike note itu, berikutnya ia membaui seluruh tubuhnya dan pakaian seragamnya memang benar bau.

“Jangan mencoba untuk bunuh diri di sana!” suara teriakan dari luar membuatnya tambah kesal, apakah lelaki itu mengawasinya. Tanpa merespons Anira pun dengan kasar menapaki bath up sehingga menimbulkan suara.

“Hei, kau baik-baik saja? Jangan mencoba bunuh diri atau aku akan mendobrak pintu sekarang.” Reyvan mengetuk pintu kamar mandi.

“Pergilah setan, kau menggangguku saja.” Teriak Anira dari dalam. Ia tidak suka di ganggu, pria itu dengan comotannya membuatnya tidak tenang mandi.

Usai mandi, Anira mengelap tubuhnya dengan handuk yang diberi Reyvan sekaligus dengan piama berwarna biru muda polos.

“Dia cukup baik.” Gumam Anira sembari memandangi dirinya sendiri dalam pantulan cermin, menatap betapa cantik dirinya sehabis mandi. Sentuhan sabun mahal di kulitnya mempengaruhi kulitnya menjadi lebih lembut, ia tersenyum sendiri melihat pantulan tubuhnya.

“Tapi, aku harus berhati-hati terhadapnya.” Ucap Anira sejurus kemudian serta mengubah raut wajahnya menjadi tajam mengerikan.

Lama menghabiskan waktu di depan cermin dengan menatap tajam dirinya sendiri di dalam cermin. Akhirnya Anira berniat keluar, tadinya ia sekaligus mengeringkan rambutnya juga saat berdiam sangat lama di kamar mandi.

Baru saja membuka pintu, ia di kagetkan oleh pemilik apartemen yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu melipat tangan di dada sedang bersandar di meja makan yang telah tersaji menu makanan. Anira bisa mencium aroma lezat makanan dari jauh.

“Berjalanlah dengan cepat. Gaya melangkahmu seperti ibu-ibu yang habis melahirkan.” Protes pria itu. Anira memang melangkah pelan karena tidak ingin terlalu cepat berada dekat dengan lelaki itu.

"Sembarangan saja, kau.” Anira menjawab dengan ketus. Enak saja gadis sepertinya disamakan dengan ibu-ibu habis melahirkan. Kendati begitu Anira tetap melangkah lama. Tidak tahan melihat kelambanan Anira, Reyvan melangkah dengan kaki lebar lalu menarik Anira dengan kasar seolah tak berperasaan. Lalu menghempas gadis itu di atas kursi, meski tidak kasar tetap saja Anira merasa di tindas.

“Kau tidak bisakah membiarkanku duduk sendiri?” Anira melototi pria yang akhirnya menarik kursi dan duduk di sisinya. Meja makan yang dihidang beberapa jenis makanan menggiurkan itu sangat besar untuk mereka berdua. Pertanyaan Anira tidak dijawab tetapi aroma sedap mengalihkan pandangannya. Anira menelan liur melihat makanan di sana secara refleks ia mengulurkan tangan hendak menarik sebuah mangkuk berisi lauk tetapi segera di tepis oleh Reyvan.

“Siapa mengijinkanmu menyentuhnya?” Lelaki itu begitu jahat, bukankah ia sendiri yang tidak sabar membawa Anira ke meja makan, seharusnya ia membiarkan Anira makan bahkan mempersilakan Anira mengambil semuanya. Tapi .., eits tunggu! Anira bukan siapa-siapa mana mungkin di perlakukan bak seorang ratu.

“Aku lapar, biarkan aku memakannya. Bukankah ini semua kau persiapkan untuk di makan?”

Anira mengatakannya dengan wajah memelas berharap mendapat persetujuan Reyvan, namun lelaki itu benar-benar kejam memakan makanan tanpa menghiraukan Anira.

“Ini semua punyaku. Kau duduk, diam saja. Ini perintahku.” Kejamnya pria itu membiarkan Anira kelaparan melihatnya.

“Aku juga lapar.” Rengek Anira, Reyvan melirik sekilas setelah itu ia mengulum senyum, ternyata gadis di depannya bisa bersikap seperti seekor kucing imut saat merasa lapar.

“Kau mau makan?” tanya Reyvan memancing Anira untuk mengangguk. Ya iya lah Anira mengangguk.

“Kalau begitu hanya satu syarat.”

“Apa?” dengan wajah penuh harap.

“Jadilah penurut. Jangan membantahku atau berkata kasar maupun bertindak kasar. Karna kau harus menuruti apa pun yang kukatakan.”

Anira sangat kelaparan, bukannya fokus dengan syarat yang diberikan Reyvan. Ia fokus dengan makanan di piring pria itu. Anggukan kepala penuh semangat Anira membuatnya berhasil melahap makanan. Reyvan melihat Anira makan seperti manusia rakus yang baru menemukan makanan enak.

“Kau yakin bisa menghabiskan semuanya?” tanya Reyvan yang dibalas anggukan oleh Anira.

“Ini sungguh lezat, aku sudah kenyang tapi masih ingin lagi.” Ucap Anira sembari tangannya bergerak meraih mangkuk yang lain.

“Makan saja sepuasmu. Kau seperti babi yang hampir tidak pernah merasakan makanan enak.” Kalimat tajam Reyvan membuat Anira melayangkan tatapan elangnya.

“Siapa yang menyuruhmu menatapku seperti itu. Kau harus menuruti kataku, singkirkan tatapan buas tidak berguna itu. Atau ini aku tarik.” Reyvan berhasil menghentikan tatapan elang Anira, gadis itu seketika menuruti perintahnya saat ia pura-pura menarik semua makanan dan tidak membolehkan Anira memakannya.

_ “Baiklah demi makanan ini dan demi perutku yang kelaparan. Aku akan menunduk untuk saat ini, awas saja kalau nanti sudah selesai.” _ batin Anira masih bersikap jinak.

“Jangan mengira setelah selesai makan kau akan bisa membalasku dengan sikap keras itu atau pun membantahku.” Reyvan seakan tahu apa yang di pikirkan gadis itu.

_ Anjing! Dia menyebalkan.” _

Batin Anira semakin mengunyah dengan kasar.

“Mengumpatku juga tidak boleh, walau hanya di dalam hati.” Ucap lelaki itu sibuk mengatakan hal-hal berbau peraturan. Sebenarnya Anira agak terusik merasa lelaki itu bisa membaca pikirannya.

“Kau sangat rakus. Untunglah uangku cukup banyak.” Ujar Reyvan setelah melihat semua makanan tak bersisa.

“Kau!” Anira tidak terima di katai rakus.

“Hm, kau melanggar apa yang kukatakan.” Reyvan menyadarkannya.

“Tapi kata-katamu terlalu kasar.” Protes Anira.

“Ini kewenanganku. Kau harus menerima apa yang kukatakan tidak peduli itu menyakiti hatimu.” Reyvan melayangkan senyuman sinisnya melihat gadis yang menghela nafas mengontrol diri.

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!