Hanya dalam waktu 2 tahun, Greg berhasil membuat Juan Permana, seorang pengusaha ternama, menjadikan dirinya orang kepercayaan. Selain itu, Greg juga membuat Mia, putri tunggal Juan, tergila-gila padanya.
Ternyata di balik sikapnya yang mempesona itu, Greg berniat membalas dendam atas kematian orangtuanya. Ia pergi setelah berhasil mengambil alih kekayaan Juan dan menyakiti Mia yang sudah menjadi istri sahnya.
Namun takdir berbicara lain. Setelah 7 tahun berpisah, keduanya dipertemukan kembali dengan perasaan dendam yang terbalik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan
“Mau kemana ?” cegah Kristin yang buru-buru menyusul Joe saat pria itu turun di lobi perusahaan.
“Balik kerja.”
“Temani aku jalan hari ini,” pinta Kristin dengan wajah memelas.
”Maaf Nona, sekarang masih jam kantor dan banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan. Saya permisi dulu.”
“Jangan bicara terlalu sopan seperti itu padaku !”
Kristin mendahului Joe dan berdiri di hadapan pria itu sambil merentangkan kedua tangannya.
“Aku ingin jadi temanmu bukan sekedar kenalan boss-mu yang harus diperlakukan seperti tamu agung.”
“Tentu saja permintaan tidak bisa saya penuhi karena faktanya Nona adalah putri Tuan Radit, pengacara keluarga Nyonya Mia.”
“Aku tidak akan memaksamu jadi kekasihku, aku hanya ingin berteman denganmu. Om Greg sudah memberi ijin, kalau tidak mana mungkin dia sengaja menyuruh aku pulang bersamamu !”
Suara Kristin yang cukup nyaring menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitar lobi tapi Joe adalah pria tahan banting yang tidak akan goyah dengan sikap Kristin.
“Tuan punya urusan pribadi dengan Nyonya Mia jadi tidak ada pilihan lain selain menyuruh saya membawa anda kembali ke kantor karena mobil anda masih di sini.”
Kristin menghela nafas melihat ekspresi wajah Joe bagaikan robot yang tidak memiliki perasaan. Ia pun menurunkan tangannya.
“Saya permisi dulu.”
Kristin menepi, membiarkan Joe melwatinya namun tidak membiarkan pria itu begitu saja. Tanpa bicara apa-apa ia berlari kecil menyusul dan berkalan di samping pria itu. Tanpa malu-malu ia ikut masuk ke dalam lift.
Joe mulai serba salah karena Kristin tidak bicara apa-apa. Selama di dalam lift, wanita itu berdiri di belakang Joe sambil mengutak-atik handphonenya.
Kristin ikut turun di lantai yang sama dan tetap membuntuti Joe tanpa bicara. Begitu sampai di ruangan, wanita itu langsung duduk di sofa membuat Niken dengan isyarat mata bertanya pada Joe yang menjawab dengan gelengan kepala.
“Biarkan saja,” ujar Joe saat melewati meja Niken.
*****
“Kenapa harus ke sini ?” tanya Mia sambil menghela nafas.
“Kenapa memangnya ? Mal-nya nyaman dan lokasinya nggak terlalu jauh dari apartemen jadi kita nggak akan pulang kemalaman.”
Mia tidak menjawab hanya menghela nafas dan turun dari mobil sementara Greg tersenyum tipis sebelum menyusul Mia yang sudah dulu masuk ke dalam mal.
Mia menoleh sambil melotot saat Greg menggandeng tangannya.
“Biarkan aku jadi kekasihmu untuk hari ini saja,” pinta Greg sambil tersenyum.
Mia tidak menjawab, senyum pun tidak namun jemarinya balas menggenggam Greg membuat pria itu makin melebarkan senyumannya.
“Kamu mau nonton apa ?”
“Terserah aja, aku ikut sesuai pilihanmu.”
“Seleramu belum berubah kan ?”
“Sejak kamu pergi, aku belum pernah menginjakkan kaki lagi di bioskop.”
“Maaf,” lirih Greg dengan tatapan sendu.
“Jangan salah paham. Bukan karena kamu tapi waktuku habis untuk mengurus Langit dan Senja sambil kerja meski ada Bik Sumi yang membantu.”
“Kalau begitu hari ini kita bersenang-senang berdua. Jangan khawatirkan Langit dan Senja karena aku sudah mengijinkan mereka berenang dan memesan menu spesial makan malam.”
Mia menautkan alisnya dan sebelum bertanya, handphonenya berdering. Terlihat nama Sumi di layar.
“Pasti Senja.”
Greg mengangguk sambil terkekeh dan berjalan untuk antri membeli tiket.
“Aku beli tiket dulu.”
Mia menggangguk sambil menggeser tombol di kayar handphonenya. Senja melakukan panggilan video.
“Ada apa Senja ?”
“Mami lagi dimana ? Kata Tante Saras lagi pergi urusin kerjaan sama Papi, kok kayak lagi di mal gitu ?”
Mia menoleh ke sekelilingnya dan tersenyum saat melihat di belakangnya berjejer poster film yang sedang tayang.
“Urusan kerjaannya sudah selesai, sekarang memang sedang di mal sama papi.”
“Papinya mana, kok mami sendirian ?”
“Sebentar.”
Mia berjalan menghampiri Greg yang masih mengantri membeli tiket.
“Siapa ?” tanya Greg saat Mia menyodorkan handphone.
”Senja.”
“Hai sayang ! Kalian lagi ngapain ?”
“Kata Tante Saras Papi sama Mami lagi kerja, kok malah jalan-jalan di mal nggak ajak Langit dan Senja ?”
Greg tertawa melihat putrinya cemberut sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
“Hari Sabtu nanti Papi ajak Senja dan Langit ke mal dari pagi sampai malam. Kalau hari ini sudah kesorean jadi sayang karena nggak bisa lama-lama.”
“Beneran ya Papi !”
“Iya Papi janji. Sekarang Senja main dulu sama Langit. Papi udah pesenin makanan kesukaan kalian.”
“Asyik !” Senja bersorak sambil melompat-lompat membuat Greg teesenyum dan Mia geleng-geleng kepala.
“Senja, awas jatuh. Jangan lupa nanti bagi makanan yang dipesan Papi untuk Tante Saras dan Bik Sumi.”
“Siap Boss !”
“Jangan berantem sama Langit dan jangan tidur terlalu malam biarpun nggak sekolah. Lalu…”
“Bye Mami ! Bye Papi !”
Senja langsung memutus sambungan telepon padahal Mia belum selesai berbicara.
“Kebiasaan,” gerutu Mia dengan wajah cemberut.
“Namanya juga anak-anak kalau kamu sudah mulai banyak nasehat, mereka pasti langsung cari alasan buat menghindar,” sahut Greg sambil terkekeh.
“Beneran terserah aku ya ?” tanya Greg saat mereka sudah di depan loket.
“Iya.”
Greg senyum-senyum dan memilih film yang sudah diincarnya sementara Mia pura-pura tidak melihat karena sudah bisa menebak pilihan Greg.
“Nggak usah senyum-senyum terus, banyak orang lihatin,” gerutu Mia saat Greg kembali menggandengnya.
“Biar pada iri sama kamu karena disayang banget sama suami.”
“Mereka bukan lihatin aku tapi fokus ke kamu. Jangan tebar pesona !”
“Takut suami kamu direbut orang ?”
“Jangan ge-er !”
“Jawab iya dong biar bikin aku senang.”
Mia hanya mencibir namun membiarkan Greg menggandengnya masuk ke dalam bioskop.
***
“Ngeledek aja terus ! Kamu sengaja pilih film action yang sadis gitu kan ?”
“Mana mungkin bisa lulus sensor kalau terlalu sadis, Mia.”
“Awas kalau besok-besok pilih film kayak begitu lagi, aku nggak bakalan mau diajak pergi lagi.”
Kamu benar-benar menggemaskan Mia. Tanpa sadar kamu sering mengungkapkan isi hatimu padahal mulutmu sering menolakku, batin Greg.
“Iya, besok-besok kamu yang pilih filmya.”
“Sekarang kita mau kemana ?”
“Makan malam. Kamu mau makan di sini atau di luar ?”
“Boleh kita keliling dulu ?”
“Tentu saja.”
Greg mengikuti kemanapun Mia melangkah. Seolah lupa dengan hidupnya yang berat, Mia malah tenggelam dalam kenangan saat mereka berdua sering menghabiskan waktu di tempat ini.
Saat itu Greg masih jadi pria jutek yang terpaksa menuruti apapun kemauan Mia karena tugas yang diberikan Juan Permana. Hanya Greg yang dipercaya pergi berduaan dengan Mia meski Juan tahu kalau putrinya cukup agresif mengejar cinta Greg.
“Belum banyak yang berubah,” gumam Mia.
“Sejujurnya aku juga enggan menginjakkan kaki di sini sejak berpisah denganmu dan baru kali ini aku kemari lagi. Bukan karena aku membenci kenangan yang pernah kita buat tapi ingatan tentangmu membuat hatiku sakit dan menyesal meninggalkanmu.”
“Hhmmm.”
“Mau makan di sana ? Ternyata restoran favoritmu masih ada malah tambah bagus.”
Mia menahan lengan Greg dan menggeleng.
“Tidak usah. Aku tahu kamu tidak pernah suka makanan di sana. Dulu aku sengaja mengajakmu meski tahu kamu tidak suka tapi aku senang melihatmu wajahmu ditekuk sambil misuh-misuh,” ujar Mia sambil tertawa pelan.
“Mau dengar pengakuan jujurku ?”
Mia menautkan alis dan menatap Greg dengan penuh tanda tanya.
“Aku akan menceritakan semuanya padamu sambil makan. Yuk kita ke sana !”
Belum sempat Mia menolak, Greg sudah membawanya masuk ke restoran dan duduk di tempat yang selalu menjadi favorit Mia.
sadar jg ternyata si Greg...
😃😀🤣🤣
si Greg sok acuh...