Pemilik Hati

Pemilik Hati (22)

" Iya. Tante tidak perlu khawatir. Aku dan David sudah mencari tahu sebelumnya tentang Syifa. Dan perlu Tante tahu, David memang jatuh hati pada Syifa saat pertama bertemu. Bahkan saat itu Syifa sudah berstatus calon istri orang."

" Benarkah?

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Mereka pun akhirnya berbicara mengenai sosok perempuan yang kini berstatus istri David.

" Maaf, soal yang tadi ya. Tante tidak bermaksud apapun. Hanya saja selama ini David sering berganti kekasih. Tak ada satu pun yang ia kenalkan pada Tante karena katanya ia hanya sekedar pacaran. Tak berniat serius.

Jadi, saat tahu dia bahkan sudah menikah tanpa memperkenalkannya,Tante sangat terkejut." jelas Flower merasa tak enak dengan responnya di awal tentang pernikahan David.

" Tidak apa-apa, Tante. " Alya tersenyum. Ia paham kekhawatiran ibunda David.

" Ya sudah kalian istirahat dulu saja di kamar. Tante mau masak untuk menyambut pengantin baru." ucapnya antusias sambil meninggalkan Alya dan Daniel sementara Reza dan Celina sudah kembali bermain dari tadi karena bosan mendengarkan cerita para orang dewasa.

" ibu David memang selalu masak sendiri? Atau khusus untuk menyambut David dan Syifa saja?," Aya heran karena ia melihat banyak pelayan disana.

" Untuk urusan dapur, Tante tidak membiarkan pelayan mengurusnya. Kecuali hanya membantu saja."

Alya mengangguk. Ia sangat menyukai apa yang di perbuat Flower.

Di sebuah toko perhiasan, David menggenggam tangan Syifa dan mengajaknya memilih perhiasan.

" Silahkan tuan dan nyonya," pelayan mengantarkan mereka ke sebuah ruangan.

Mengetahui bahwa David adalah salah satu pelanggan VIP, maka Manager pun langsung turun tangan.

Syifa di buat takjub setelah melihat katalog perhiasan yang di berikan kepadanya.

David sengaja ingin memesan cincin pernikahan yang spesial yang hanya dimiliki oleh mereka berdua saja.

" Pilihlah sesuai keinginanmu, sayang." David menggeser posisi duduknya semakin mengikis jarak di antara keduanya. Ikut melihat model-model cincin pernikahan yang di buat oleh perancang hebat.

" Bagaimana yang ini mas?," tanya Syifa sambil melihat ke sebelah kiri dimana suaminya duduk.

Deg

Jarak wajah mereka sangat dekat. Terlalu fokus memperhatikan katalog yang ia pegang, Syifa sampai tak menyadari bahwa suaminya ikut melihat katalog yang ia pegang.

Cup

Lagi dan lagi David tidak menyia-nyiakan keadaan. Ia memalingkan wajahnya dan langsung mengecup bibir Syifa sekilas.

" Mas malu. Ini di tempat umum" pipi Syifa memerah.

" Kenapa? Disini hanya ada kita berdua. Manager sengaja memberi waktu bagi kita bukan hanya memberi kesempatan kita memilih model perhiasan dengan tenang. Tapi, mereka juga paham ketika yang mendatangi mereka adalah pasangan." David tersenyum

" Lagi pula aku suamimu. Aku juga tidak akan berani melakukannya jika ada orang lain. Kecuali jika terpaksa."

" Terpaksa?," Syifa mengerutkan keningnya.

" Terpaksa menunjukkan kalau kamu milikku" tegasnya. " Aku tidak suka milikku di lirik orang. Atau jadi incaran orang lain."

Syifa tersenyum. Rasanya ia akan sangat mudah jatuh cinta pada laki-laki yang kini menjadi suaminya.

" Sudah ada model cincin yang kamu suka?,"

" Iya. Bagaimana kalau yang ini?," tanya Syifa meminta pendapat dengan menunjuk gambar model yang di maksud.

David memperhatikan. " Bagus. Simpel tapinelegan. Pilihan yang tepat " Puji David.

David segera memanggil manager toko yang tidak lama kemudian menghampiri mereka.

" Bagaimana? Sudah menentukan pilihan?," tanya Manager toko bernama Lisa itu ramah.

Kalau ia bisa membuat pelanggan VIP nyanitu puas, maka ia akan mendapatkan bonus.

" Iya, istriku memilih yang ini," tunjuk David sambil menyerahkan katalognya ke tangan Manager toko.

" Pilihan yang bagus," Lisa tersenyum. " Ada yang lainnya?"

" Boleh saya minta bahan yang berbeda untuk suami saya?," tanya Syifa.

David melihat ke arah Syifa penasaran dengan maksud ucapannya.

" Karena cincin berbahan dasar emas tidak diperbolehkan dipakai oleh laki-laki muslim. Itu pemahaman saya yang akan saya pegang"

Sang manager tersenyum.

" Tentu. Ada beberapa bahan lain yang bisa dipakai. Kami juga memiliki pelanggan yang memang memiliki pemahaman seperti nyonya. "

Syifa sedikit bernafas lega setelah bisa mengutarakan pendapatnya. Apalagi melihat suaminya tidak berkomentar apapun terkait permintaannya.

Sementara David sendiri semakin kagum pada istrinya. Ia tak pernah memikirkan hal-hal seperti itu. Tidak pernah mencari tahu hukum memakai sesuatu seperti halnya cincin yang berbahan dasar emas. Ia hanya mengikuti kebanyakan orang melakukannya jadi, ia akan melakukannya.

Aku semakin terpesona padamu, sayang. Kamu benar-benar berbeda dan sangat istimewa. Batin David yang memang baru kali ini bertemu perempuan seperti Syifa.

Kenapa baru bertemu? Tentu karena lingkungan pergaulan David. Padahal,banyak perempuan yang memiliki pemahan yang sama seperti Syifa di luaran sana.

" Ada perak, palladium, titanium, platinum, Tungsten karbida dan Zokronium hitam. Semuanya memiliki kelebihan masing-masing. Juga kekurangan."

" Mas mau berbahan dasar apa?," tanya Syifa meminta pendapat David.

"Pilihkan saja yang berbahan dasar paling bagus. Tidak masalah soal harga."

Lisa tersenyum dan mengangguk. " Baik"

Keduanya kemudian mengukur lingkar jari mereka agar tidak salah ukuran saat membuat cincin nanti.

" Baik. Sudah selesai. Ada lagi yang ingin di pesan?," tanya Lisa ramah. Berharap ada pesanan tambahan selain cincin pernikahan

" Saya juga mau satu set perhiasan yang edisi terbatas. Juga saya pesan satu yang ini " Ucap David sambil menunjuk katalog yang tadi di berikan.

Perhiasan yang ia pesan khusus artinya hanya akan jadi miliknya. Karena memang hanya di buat satu per model.

Manager segera memerintahkan pelayan membawa beberapa perhiasan.

"Kamu suka yang mana, sayang?,"

" Mas beli ini untukku?" tanya Syifa terkejut.

" Iya. Pakai cincinnya untuk sementara waktu sampai cincin pernikahan kita selesai. Aku tidak mau orang di luar sana berfikir kamu belum bersuami. Apalagi kita belum melakukan resepsi pernikahan" jelas David. Mulai ingin menunjukkan kepemilikannya.

Syifa diam. Ingin menolak namun, suaminya jelas mengatakan alasannya.

" Baiklah aku pilih yang ini," David langsung mengambil cincinnya dan memasangkan di jari manis Syifa.

" Cantik dan ukurannya pas. Saya ambil ini." Cincin itu langsung dipakai sementara perhiasan yang lainnya langsung di kemas untuk di bawa pulang.

" Perhiasan yang mas pesan untuk siapa?," tanya Syifa bertanya saat keduanya sudah ada di dalam mobil dalam perjalanan ke rumah orang tua David.

" Tentu saja untuk istriku. Lalu untuk siapa lagi?,"

" Aku pikir mas memesan untuk ibu mas David." Syifa terkejut.

" Ibu sudah terlalu banyak koleksi perhiasannya. Lagi pula ia lebih senang berbelanja sendiri." Jelasnya sambil menggenggam tangan Syifa dan mengusap cincin di jari manis Syifa dengan ibu jarinya.

" Ini sudah lebih dari cukup, Mas. Kenapa memesan lagi?,"

" Aku hanya ingin. Jangan menolak. Simpan saja. Aku membelinya bukan karena ingin kamu memamerkannya." Jelas David tersenyum.

Yang terpenting adalah, cincin nikah yang di lihat orang agar mereka tahu batasan jika berinteraksi dengan istrinya. Batasan dimana mereka harus paham wanita cantik di sampingnya sudah ada pemiliknya.

" Baiklah," Syifa mengalah. David juga memang tidak menerima penolakan.

" Pak, mampir ke tempat biasa dulu ya." perintah David pada supirnya.

" Baik, pak "

" Kita makan siang dulu," seolah tahu istrinya akan bertanya apa.

Syifa mengangguk.

...******...

Hari semakin sore dan sepasang pengantin baru itu belum terlihat akan datang.

" Mereka kemana dulu? Katanya sedang di jalan. Tapi, tidak sampai-sampai," Keluh Flower tidak sabar.

" Pasti sedang jalan-jalan dulu," timpal Daniel yang ikut duduk di ruang tamu bersama Alya.

TBC